GW 14

264 28 3
                                    

"Diam bukan berarti tidak tahu segalanya, terkadang diam lebih baik saat mulut tak bisa untuk bersuara"

Akhir pekan seperti sekarang ini, Sarah selalu menyempatkan untuk membaca novel karya penulis favoritnya; Pramoedya Ananta Toer. Secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang produktif dalam sejarah sastra indonesia. Ia telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam kurang lebih 41 bahasa asing.

Sarah kini tengah membaca salah satu novel Pramoedya yang berjudul 'Jejak Langkah' yang sangat menginspirasi bagi Sarah. Karena novel tersebut menceritakan tentang perjuangan seorang jurnalis dalam melawan penjajah pada masa Hindia Belanda dengan membuat sebanyak-banyaknya bacaan untuk pribumi. Dalam novel tersebut juga menjelaskan bahwa berjuang tidak hanya dengan menggunakan senjata namun juga menggunakan pena.

Sarah ingin menjadi seperti Pramoedya Ananta Toer yang dapat menghasilkan banyak Karya. Sebab menjadi seorang penulis, jika telah hilang dari bumi karya-karyanya masih ada untuk dikenang. Namun, dengan berat hati Sarah harus mengesampingkan keinginannya itu, sebab orangtuanya lebih menyukainya menjadi seseorang yang bergelut di dunia kesehatan.

Ponselnya yang bergetar, mengalihkan pandangan Sarah dari novelnya ke ponselnya. Ada sebuah notif pesan dari nomor yang tidak ia kenal.

087xxxx
Assalamualaikum, cewek batu.

Sarah mengernyitkan dahinya begitu membaca pesan yang dikirim oleh nomor yang ia tidak kenal. Jari-jari Sarah lalu bergerak di atas keyboard ponselnya, menulis beberapa kata untuk membalas pesan tersebut.

Sarah
Waalaikumsalam, ini siapa?

Tidak butuh waktu lama bagi Sarah untuk menunggu balasan, seseorang tersebut sudah membalasnya.

087xxxx
Ini aku si pemahat batu.

Sarah menggelengkan kepalanya begitu membaca balasan pesan dari seseorang yang menurutnya sangat iseng. Sarah memilih tidak menanggapinya, ia lalu kembali membaca novelnya dan menaruh ponselnya kembali di meja.

Namun lagi-lagi ponsel Sarah bergetar membuat Sarah menyimpan novelnya yang sebelumnya telah menandainya dengan pembatas buku, kini bukan notif pesan yang masuk namun panggilan suara dari nomor tersebut.

Sarah menggeser layar ponselnya lalu mendekatkannya ke telinga, 'Gue ada di depan rumah lo' Ucap seseorang di sebrang sana membuat Sarah sontak terkejut.

"Ini siapa?" tanya Sarah

'Buka gorden kamar lo, terus lo liat sendiri' titahnya yang langsung diikuti oleh Sarah.

Sarah membuka gordennya, lalu ia melihat ke bawah. Seseorang yang tengah berada diatas motor dengan ponsel yang ditempelkan di telinganya melihat kearahnya dengan wajah datar.

Sarah lalu menutup kembali gorden kamarnya, ia terkejut melihat seseorang yang akhir-akhir ini selalu bertemu dengannya datang ke rumahnya. Selama ia SMA, baru kali ini ada yang berani datang ke rumahnya malam-malam.

"Kamu ngapain ke rumah aku malam-malam?" tanya Sarah.

'Temenin gue makan' Ucapnya membuat Sarah lagi-lagi terkejut.

"Aku gak bisa keluar, abang aku lagi gak ada di rumah" Tolak Sarah

'Ya udah, kalau gitu gue makan di rumah lo aja' Ucap seseorang itu seraya tersenyum simpul.

"Jangan" Sergah Sarah, ia bisa di introgasi abangnya membawa cowok ke rumah apalagi makan malam bersama di rumah. "Makan di luar aja. Nanti aku minta izin sama abang aku" sambung Sarah.

Perempuan KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang