"Pertemuan adalah awal dari sebuah perpisahan"
Hujan baru saja reda, membuat udara malam di kota Jakarta sangat dingin. Hingga menembus kulit Sarah walaupun telah di balut dengan sweater berbahan tebal, dan selimut yang menutupi tubuhnya.
Semenjak pulang dari sekolah, Sarah terus berbaring dikamarnya. Sebab rasa sakit di perutnya belum juga hilang walaupun Bi nani-ibu rumah tangganya telah memberikannya obat.
Suara ketukan pintu membuat Sarah yang tengah berbaring mengubah posisinya menjadi bersandar di tempat tidurnya "Masuk aja, pintunya gak di kunci" ucapnya.
Bi Nani masuk membawa nampan berisi sup hangat dan beberapa obat "Perutnya masih sakit nak Sarah?" Tanyanya khawatir sembari duduk ditepi ranjang Sarah.
"Udah sedikit mendingan bi"
Bi Nani menyerahkan semangkuk sup kehadapan Sarah "Makan dulu, setelah itu diminum obatnya"
Sarah hanya mengangguk, lalu menyuapkan sup ke dalam mulutnya dengan tidak berselera karena semua yang masuk ke dalam mulutnya terasa hambar. Tapi ia amat menghargai bi Nani.
"Oh iya, ibu sama bapak udah pergi ke semarang. Gak sempat bilang sama nak Sarah, katanya buru-buru" tutur bi Nani.
"Gak papa kok bi, saya udah biasa gak dikasih tau" Jawab Sarah seraya tersenyum ramah. "Oh ya bi, bang Hilmi ada gak dirumah?"
"Ada dibawah, lagi menggambar. Katanya sih buat lomba" Jelas bi Nani dan Sarah hanya beroh ria.
Orang yang tengah dibicarakan tiba-tiba saja muncul di balik pintu seraya tersenyum dan berjalan masuk ke dalam kamar Sarah.
"Sakit mulu lo, gak bosan? Canda Hilmi seraya duduk disamping Sarah.
"Sakit itu anugerah bang, bisa gugurin dosa yang kita lakuin" Jawab Sarah sekenanya.
"Iyah deh. Kok gak di habisin makanannya?" Tanyanya lagi ketika melihat Sarah menaruh makanannya di meja.
"Udah kenyang" balas Sarah.
"Lain kali kalau mau pergi ke sekolah sarapan dulu ra, lo mau kejadian hari ini terulang lagi" tukasnya.
Sarah hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Kalau jalan juga hati-hati, Jangan ceroboh"
"Iyah bang"
"Gue mau keluar dulu, lo sama bibi dulu yah. Gak papa kan gue tinggal?" Izin Hilmi yang dibalas anggukan oleh Sarah.
"Hati-hati bang" ucap Sarah sebelum Hilmi beranjak dari kamarnya.
Sebelum menutup pintu, Hilmi memutar tubuhnya menghadap ke arah Sarah "Jangan lupa di minum obatnya ra"
"Iya Bang" jawab Sarah lalu pintu tertutup.
20 menit berlalu setelah kepergian Sinta dan Hilmi, Sarah berusaha memejamkan matanya tapi hasilnya nihil karena ia belum juga tertidur. Sunyi, bosan, kini tengah dirasakannya. Akhirnya Sarah memutuskan untuk membaca novel di teras rumahnya, Sarah berharap kebosanannya sedikit menghilang dengan melihat keramaian lalu lalang kendaraan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Kahfi
Tienerfictie[On going] Ini adalah kisah dua anak manusia yang memiliki masalah dalam keluarga, membuat takdir menuntun mereka agar saling bertemu untuk menguatkan satu sama lain Namun bukan semesta namanya jika jalan kisah mereka hanya lurus saja tanpa belok da...