"Jangan terlalu cepat mengambil keputusan jika belum mencari tau kebenarannya, nanti sakit sebelum waktunya"
Kai memicingkan matanya mendapati orangtuanya ada di meja makan bersama Raina. biasanya pagi-pagi seperti sekarang ini orangtuanya masih tertidur.
"Pagi sayang" sapa bunda Kai, begitu melihat anak laki-lakinya itu berjalan ke arahnya.
"Pagi juga bun" Balas Kai, ia mendudukkan tubuhnya di kursi samping bundanya, yang tengah mengolesi selai ke roti.
Bundanya menyodorkan beberapa potongan roti ke hadapan Kai. "Happy sweet seventeen yah sayang" ucapnya seraya mengusap sekilas puncak kepala Kai. "Anak laki-laki bunda ternyata udah besar yah" lanjutnya dengan tersenyum begitu lebar.
"Iya dong, udah bisa jadi pembalap kan bun" goda Kai, ia menoleh sekilas ke arah Ayahnya yang menatapnya tajam karena perkataannya barusan.
"Gak ada yah jadi pembalap-pembalap, kamu harus jadi pengusaha. Terusin bisnis ayah" Ayah Kai tidak suka dengan cita-cita Kai yang ingin jadi pembalap. Ia lebih suka melihat anaknya kelak memakai dasi dengan setelan jas rapi.
Kai tidak menanggapi perkataan ayahnya itu. Sebab, akan berujung pertengkaran. Ia lebih memilih menikmati roti yang ada di hadapannya.
"Bunda titip ini yah?" Ucap bunda Kai, ia menyodorkan sebuah bingkisan ke hadapan Kai.
Kai mengernyitkan dahinya "Buat siapa bun?" tanyanya penasaran dengan mulut yang tengah mengunyah roti.
"Buat Feby lah" jawaban bundanya membuat Kai mendengus. Feby sangat dekat dengan bundanya, hubungan merekapun sudah diketahui. Setiap kali dari luar kota bundanya selalu memberikan Feby sebuah bingkisan.
"Titip sama Raina aja, kampusnya lewati sekolahan Feby." tolak Kai, ia tidak mau bertemu dengan Feby. Jangankan bertemu dari jarak dekat, dari jarak jauh saja emosi Kai sudah naik dengan melihatnya. Padahal dulu, Kai sangat suka menatap wajah Feby yang meneduhkan hatinya itu, tapi sekarang ia seperti lihat sosok Bima versi cewek, sama-sama membuat hatinya teluka.
"Kalian lagi marahan?" tebak bundanya
"Gak"
"Terus?"
"Udah putus bun" Sahut Raina lalu terkekeh.
"Kok bisa putus?" tanya bundanya seraya menoleh ke anak laki-laki satu-satunya itu.
"Udah gak cocok kali bun" perkataan Ayah Kai membuat Kai tersenyum simpul, baru kali ini ia sependapat dengan ayahnya itu.
Ayah Kai tidak begitu menyukai Feby, menurutnya Feby terlalu manja dan sifat kekanak-kanakannya itu membuatnya kesal.
"Ayah kok ngomongnya gitu sih" maki bunda Kai, ia masih tidak terima anaknya putus begitu saja dengan Feby.
"Kenyataannya emang gitu bun" Ucap Kai, ia menyampirkan tasnya di salah satu bahunya" Aku pamit dulu, udah telat nih" lanjut Kai seraya mencium punggung tangan bundanya dan ayahnya secara bergantian.
"Kamu belum jawab pertanyaan bunda"
"Jawaban ayah udah benar bun" Kai lalu beranjak dari tempatnya.
"Sekolah yang bener, jangan berantem mulu" Ucap Ayah Kai dengan nada sedikit berteriak karena Kai telah beranjak dari meja makan.
Kai menoleh sekilas lalu mengancungkan jempolnya sebagai jawaban.
Saat hendak melajukan motornya meninggalkan halaman rumah, tiba-tiba saja seorang wanita paruh baya yang bekerja di rumahnya memanggilnya, membuat Kai mematikan mesin motornya "Ada apa bi?" Kai membuka kaca helemnya agar suaranya dapat di dengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Kahfi
Teen Fiction[On going] Ini adalah kisah dua anak manusia yang memiliki masalah dalam keluarga, membuat takdir menuntun mereka agar saling bertemu untuk menguatkan satu sama lain Namun bukan semesta namanya jika jalan kisah mereka hanya lurus saja tanpa belok da...