GW 6

334 33 6
                                    

" Pergi tanpa alasan lebih kejam dari jarak"

Bel pulang baru saja berbunyi, lebih awal dari biasanya. Sebab akan diadakan rapat mengenai kurikulum baru.  Sarah menyempatkan untuk Sholat zuhur terlebih dahulu sebelum akhirnya ia pergi mengajar anak-anak jalanan yang merupakan rutinitas baru Sarah semenjak 2 bulan yang lalu.

Rana dan Katya sudah pulang lebih dulu, Sarah yang memintanya. Ia tidak ingin merepotkan kedua sahabatnya.

Sarah pergi ke bawah kolong jembatan yang merupakan tempatnya mengajar dengan berjalan kaki, sebab jaraknya dengan sekolahnya tidak terlalu jauh. Sebelumnya ia telah singgah di sebuah toko buku untuk membelikan beberapa buku tulis baru.

Setibanya Sarah disana, ia disambut dengan sangat suka cita oleh beberapa anak yang merupakan muridnya, membuat Sarah tersenyum sangat lebar.

"Assalamualaikum, apa kabar adik-adik" Sapa Sarah, tidak lupa dengan senyuman khasnya seraya membagikan buku tulis yang ia bawa.

"Baik kak Sarah" Jawab semuanya secara serentak

"Alhamdulillah, sekarang kita belajar menghitung yah" Ujar Sarah sembari berdiri di samping papan tulis seadanya.

"Iyah kak" jawab semuanya serentak dengan pandangan fokus menuju Sarah.

Tangan Sarah mulai bergerak-gerak di papan tulis membentuk beberapa angka. Ia mulai mengajarkan anak-anak menghitung, sesekali menghibur mereka dengan beberapa lelucon untuk mencairkan suasana. Setelah belajar, biasanya ia pun bermain game tebak-tebakan bersama anak-anak dengan memberi hadiah berupa permen jika mereka dapat menebak dengan benar.

Kai dengan mengendarai motor sportnya, tidak sengaja melihat Sarah dibawah kolong jembatan tertawa begitu lepas hingga membuatnya menghentikan laju motornya.

Ia menatap ke arah Sarah 'Manis' gumamnya. Ponsel Kai tiba-tiba saja berdering, membuat pandangannya langsung beralih ke saku celanya.

Feby

Nama yang tertera di ponselnya. Kai langsung menggeser layar ponselnya dan mendekatkannya ke telinga. Sebenarnya ia masih enggan untuk berbicara dengan Feby karena rumor yang ia dengar namun menjauh tanpa alasan adalah tindakan seorang pengecut.

'Bisa ketemu? Ada yang pengen aku bicarain' Tanya Feby dari sebrang sana

"Dimana?" ujar Kai sekenanya

'Cafe biasa'

"Oke" jawab Kai singkat membuat Feby menghembuskan nafas dengan kasar yang masih dapat didengar oleh Kai sebelum akhirnya ia memutuskan sambungan telponnya.

Pedangang asongan tiba-tiba saja melintas dihadapan Kai, membuat Kai berpikiran untuk membelikan beberapa makanan dan minuman untuk Sarah dan anak-anak jalanan yang sedang diajarnya.

"Bang" Panggil Kai dan yang dipanggilpun langsung menghampiri Kai.

"Mau beli apa?" tanyanya

"Saya mau beli semua makanan sama minuman yang abang jual" Jelas Kai membuat raut wajah abang pedagang asongan seketika berbinar.

"Serius?" tanyanya memastikan.

"Iyah saya serius, tapi abang antarin makanan sama minumannya ke cewek sama anak-anak itu" Ucap Kai sambil menunjuk kearah Sarah.

"Oke, saya anterin" Ucapnya dan Kai langsung memberikan 3 lembar uang seratusan.

"Saya pamit dulu bang" Pamit Kai yang dibalas anggukan.

Perempuan KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang