GW 22

271 17 0
                                    

"Tidak semua perhatian yang didapatkan, ada rasa suka dibaliknya. Terkadang perhatian yang didapatkan hanya atas dasar kemanusiaan"

Tiga sejoli yang terkenal tukang bikin onar, kini tengah berjalan santai di koridor sekolah. Mereka hendak menuju kantin, mengisi perut yang sedari tadi keroncongan. Sapaan dari adik-adik kelas, hanya dibalas senyuman tipis oleh Rio dan Danu. Sementara Kai, tidak menghiraukannya sama sekali. Matanya fokus ke depan, dengan tangan yang dimasukkan ke dalam kantong hoodynya. Suhu tubuhnya sedang menurun, membuat moodnya tidak baik hari ini.

"Kai" panggilan dari pak Zen; pelatih basket SMA Sevit, membuat tiga sejoli itu menghentikan langkah dan lantas menoleh ke belakang.

Pak Zen berjalan mendekat ke arah tiga sejoli itu, sambil membawa beberapa lembar kertas ditangannya, "Persiapkan diri kalian, turnamen bola basket akan diadakan setelas UAS" Ucap pak Zen, sambil memberikan formulir kepada Kai selaku kapten basket.

"Anak-anak yang lain udah pada tau, pak?" tanya Kai, sambil membaca isi formulir yang berada ditangannya sekilas. Kemudian, mendongakkan kepala menatap pelatih basketnya kembali.

"Belum, bapa belum sempat memberitahu. Pulang sekolah nanti, kalian berkumpul dilapangan. Kita akan bahas soal ini" jelas Pak Zen.

Kai mengangguk, "Baik, pak"

"Kalau begitu saya pergi dulu, sampai ketemu nanti" Pak Zen menepuk pundak tiga sejoli itu secara bergantian "Permainan kalian harus lebih bagus dari tahun kemarin" Ucapnya, kemudian pak Zen melenggang pergi dengan santai.

"Bawa" Kai memberikan formulir yang berada ditangannya ke Danu, lalu berjalan melewati kedua sahabatnya begitu saja.

"Untung teman" Ucap Danu dengan nada kesal, sementara Rio hanya terkekeh melihatnya. Rio dan Danu kemudian berlari kecil menghampiri Kai, yang sudah berjalan lebih dulu.

****

Katya menyandarkan tubuhnya di kursi. Setelah berkutat dengan gambar organ-organ manusia yang diberi simbol X, akhirnya ia bisa bernafas dengan lega, "Gak nyangka, soalnya diluar dugaan banget"

Sarah dan Rana mengangguk, "Gue sampe frustasi tau gak" Rana mencepol rambutnya asal kemudian beralih mengaduk-aduk baksonya.

"Kat, Rio tuh" Rana menunjuk menggunakan dagunya, tiga sejoli yang terkenal di SMA Sevit baru saja masuk di kantin sambil tertawa, kecuali cowok yang memakai hoody; diam tanpa ekspresi, Kai.

Sontak mata Katya dan Sarah mengikuti. Seutas senyum kemudian mengembang dibibir Katya, sebab Rio menoleh kearahnya.

Rio dan Katya resmi jadian. setelah insiden di laboratorium tempo hari mereka jadi dekat. Tidak ada lagi pertengkaran, rasa kesal yang mereka miliki setiap kali bertemu, hilang seketika hanya dengan rasa peduli.

Mata Kai dan Sarah bertemu. Sarah yang menyadari hal itu, buru-buru mengalihkan pandangannya. Ia memilih memusatkan pandangannya pada segelas jus jeruk kesukaannya, mengaduknya, lalu meminumnya perlahan "Lo ada apa sih sama, Kai? Cara natap Kai ke elo itu beda banget, Ra" Ujar Rana kemudian ia memasukkan sesendok bakso ke mulutnya, sambil menunggu respon dari Sarah.

Sarah menoleh ke Rana "Gak ada apa-apa, Na"

"Masa sih? Gua rasa ada, something"

"Perasaan kamu aja kali, Na"

"Iyah, perasaan gue gak mungkin salah. Iyah kan, Ra?" Rana menjawil lengan Sarah. Menggoda Sarah sampai merasa sedikit kesal membuat Sarah terlihat lucu dan menggemaskan.

"Gak, Na"

"Ah masa, sih" tangan Rana beralih mencolek pinggang Sarah, dan Sarah sedikit terkekeh karena merasa geli.

Perempuan KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang