Di dalam sebuah café dengan nuansa klasik yang cukup kentara, tampak seorang barista dengan wajah cool-nya tengah serius meracik berbagai jenis kopi.
Tak diragukan lagi rasa dari setiap racikan kopi dari barista tampan yang seringkali disapa sebagai 'Prince of Coffee' ini. Dan tentu saja, kemampuan profesionalnya itulah yang membuat café ini selalu ramai oleh para pengunjung setiap harinya.
"Permisi, saya ingin pesan moccachino dan waffle," ujar seorang namja imut seketika menghentikan aktivitas sang Prince of Coffee.
"Silahkan tunggu 5 menit lagi. Maaf, atas nama siapa?" ucap Mark, sang Prince of Coffee dengan ramah.
"Jaemin."
Seperti yang telah dikatakan oleh Mark sebelumnya, satu cangkir moccachino telah sampai di meja namja imut tadi. Dengan senang hati, Jaemin menerimanya.
Jaemin segera menyesap aroma dari moccachino yang telah ia pesan dengan perlahan. Manis dan menenangkan. Itulah yang dapat ia simpulkan dari aroma moccachino, kopi favoritnya.
Tak butuh waktu lama, sepiring waffle telah menyapa indera penglihatan Jaemin.
"Wah! Luar biasa! Moccachino dan waffle disini benar-benar enak!" seru Jaemin dengan mata berbinar dan nada bicaranya yang terkesan seperti anak kecil.
Tanpa disadari Jaemin, sikap kekanakannya itu telah menjadi perhatian dari seorang Mark sejak beberapa saat yang lalu.
"Dia sungguh lucu," gumam Mark seraya menyunggingkan senyum tipisnya.
***
Seperti hari-hari sebelumnya, Mark kembali menjalani rutinitasnya sebagai barista di sebuah café milik teman baiknya. Namun untuk beberapa hari ini ada yang sedikit berbeda dari seorang Mark.
Dia yang biasanya terkesan dingin mendadak menjadi seseorang yang begitu sering menunjukkan senyumnya. Dan satu-satunya alasan dari perubahan sikapnya ini tak lain bersumber dari seorang namja manis dan begitu imut yang hampir setiap hari mengunjungi café, tempatnya bekerja. Jaemin.
"Permisi, saya ingin pesan-"
"Moccachino?" sela Mark yang memang sudah hafal dengan pesanan Jaemin.
"Eh? Hehe iya. Saya pesan moccachino," jawab Jaemin dengan senyum khasnya. Melihat senyuman manis Jaemin, seketika membuat Mark terpaku. Entahlah apa yang sebenarnya ia rasakan. Setiap kali ia berhadapan dengan Jaemin dan senyuman khasnya itu, Mark selalu saja merasa bahagia.
"Baiklah. Silakan tunggu-"
"5 menit lagi, bukan?" Kini giliran Jaemin yang menyela ucapan Mark. Untuk beberapa detik, baik Jaemin maupun Mark hanya terdiam. Hingga pada akhirnya mereka berdua sama-sama mengulum senyum.
Disaat Jaemin sedang sibuk membaca novel dengan genre romance kesukaannya, ia merasakan bahwa ada seseorang yang tengah berdiri dihadapannya.
Ia pun mendongakkan kepalanya dan kembali menunjukkan senyum khasnya. Jujur saja, sebenarnya ia sedikit terkejut melihat kedatangan seseorang yang kini sedang memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ini pesanan Anda," kata Mark pelan.
"Oh, terima kasih," jawab Jaemin singkat dan kembali berkutat dengan novelnya.
"Bolehkah saya duduk disini?" tanya Mark tiba-tiba, membuat Jaemin kembali menatap Mark.
"Maaf?" Jaemin tampak bingung dan hanya bisa mengerutkan dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Moccachino [MarkMin] - END
RandomJust the stories about how that sweet feeling could grown in their heart ♡ "Memperhatikanku? Kenapa?" "Jujur saja, aku sendiri juga masih tidak mengerti dengan perasaanku ini. Tapi kurasa, aku telah jatuh hati padamu, Nana." by : bc08