Tiga

2.1K 204 34
                                    

Mark Hyung 🍉
Nana-ya

Nana
Ya, Hyung?

Mark Hyung 🍉
Apa kau sedang ada kuliah?

Nana
Iya, Hyung. Memangnya ada apa?

Mark Hyung 🍉
Ah, tidak
Sebenarnya aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat

Nana
Baiklah, Hyung
Nanti akan kuhubungi lagi jika kelasku sudah selesai

Mark Hyung 🍉
Apa kau benar-benar bisa? Jika kau memang sedang sibuk, tak apa lain kali saja

Nana
Tidak kok, Hyung

Mark Hyung 🍉
Benarkah? Apa nanti kau tidak akan lelah?

Nana
Haha tenang hyung, aku baik-baik saja
Aku senang karna akhirnya bisa bertemu dengan Mark hyung

Mark Hyung 🍉
Wah wah, siapa yang mengajarimu berkata seperti itu?

Nana
Tidak ada
Aku sendiri yang ingin mengucapkan seperti itu padamu, Hyung

Mark Hyung 🍉
Oke oke
Nanti hubungi hyung saja jika kau sudah selesai
Biar kujemput

Nana
Siap hyung ~

“Ah! Betapa manisnya Na Jaemin ini.”- batin Mark tak mampu menahan senyumannya.

Sambil menunggu Jaemin menghubunginya, Mark kembali berkutat dengan buku bacaannya. Ya, sedari tadi Mark memang sedang berada di perpustakaan yang ada di lantai atas cafe tempatnya bekerja. Beginilah kebiasaan Mark, jika tiba waktu gilirannya untuk istirahat, ia akan dengan sesegera mungkin menuju perpustakaan cafe.

Dengan penampilan yang sungguh sangat tampan, Mark membolak-balikkan setiap lembar buku yang tampaknya begitu menarik bagi sang ‘Prince of Coffee’ ini. Tak dapat dipungkiri bahwa Mark memang termasuk seorang namja yang memiliki pesona cukup kuat. Terbukti dengan banyaknya pengunjung yeoja yang tak mampu mengalihkan pandangan dari Mark.

Asal tahu saja, hobi Mark ini dimulai saat ia masih berumur sekitar 10 tahun. Pada waktu itu, appa-nya seringkali mengenalkan Mark pada berbagai macam buku yang tentu saja sesuai dengan usianya. Masih teringat jelas dalam benak Mark, bagaimana wajah sang appa yang selalu terlihat bersemangat saat mengenalkan berbagai macam buku pada Mark.

Hingga kebiasaan yang sudah diajarkan Tuan Lee itu benar-benar membuat Mark mencintai hobinya saat ini. Tentu saja, suatu kebetulan juga yang membuat ia bisa menemukan seseorang yang juga memiliki hobi yang sama dengannya. Seseorang dengan senyum yang begitu manis dan menenangkan. Na Jaemin.

Mengingat nama yang memiliki kesan cute itu seketika membuat jantung Mark berdegup tak karuan. Sungguh, ia sendiri pun masih tak juga memahami apa yang sebenarnya membuat ia mampu menyukai seorang Na Jaemin. Sebelumnya ia tak pernah sekalipun merasakan hal seperti ini. Bahkan bisa dikatakan jika Mark cukup menutup diri pada orang lain.

“Selamat siang, Mark hyung!” sapa Jaemin yang entah sejak kapan sudah berada dihadapan Mark. Sontak saja kehadiran Jaemin ini membuat Mark terlonjak kaget.

“Nana? Mengapa kau ada disini? Bukankah aku sudah memintamu untuk menghubungiku jika kelasmu sudah selesai dan aku akan menjemputmu?” ujar Mark sambil meletakkan buku yang sedari tadi ia baca.

“Hehe, aku pikir hyung pasti akan sangat lelah jika harus menjemputku. Jadi, lebih baik aku saja yang menghampiri hyung ke cafe. Lagipula aku juga memang sedang ingin berolahraga.”

“Berolahraga untuk apa memangnya?” tanya Mark sedikit heran. Heol! Untuk apa Jaemin berolahraga di tengah tmatahari yang cukup terik seperti ini.

Hyung coba lihat ini! Pipiku sudah semakin chubby. Aku jadi jelek seperti pacarnya boboho saja.” Jaemin mengucapkannya dengan pipi yang menggembung dan bibir yang mengerucut lucu. Oh! Jangan lupakan juga nada bicaranya yang sungguh mewakili apa itu definisi imut yang sesungguhnya.

“Kau ini ada-ada saja, Na. Memangnya kata siapa kalau kau memiliki pipi chubby seperti itu jelek? Kau justru terlihat semakin manis dan menggemaskan, tau.” Tidak tahukah kau Mark bahwa ucapanmu telah mampu membuat pipi si penyuka kopi ini memerah hingga ke telinga.

Ish, Mark hyung ini. Jangan bicara seperti itu. Aku kan jadi malu. Uhh~” seru Jaemin seraya menundukkan pandangan karena jujur saja ia begitu malu mendengar rentetan kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Mark.

“Hei, ada apa? Aku kan hanya berbicara yang sebenarnya.”

“Iya-iya. Aku memang manis dan menggemaskan kok. Terimakasih ya Mark hyung atas pujiannya,” cicit Nana pelan.

“Haha baiklah. Kita pergi sekarang saja bagaimana? Kau tidak keberatan, kan? Apa kau masih ingin beristirahat sejenak?” tanya Mark dengan suara yang begitu dalam. Benar-benar sukses membuat Jaemin berkali-kali memperingatkan degupan jantungnya yang semakin menggila.

“Oke. Let’s go!” Jaemin membalas dengan raut wajah yang begitu berseri. Membuat Mark hanya tersenyum tulus.

Tanpa membuang waktu lagi, kedua namja ini segera menuju tempat parkir yang ada di cafe dan melaju ke tempat yang sudah Mark persiapkan sebelumnya.

“Pegangan yang erat, Na. Aku tidak mau jika nanti di tengah jalan tiba-tiba saja ada kabar anak hilang karna terbawa angin,” canda Mark sambil meraih lengan Jaemin yang sebelumnya sudah berpegangan pada jaket yang dikenakan oleh Mark untuk bisa melingkar pada perutnya.

“Ba-baiklah, hyung.” Jaemin benar-benar gugup diperlakukan seperti ini oleh Mark.

“Please, jantung. Jangan berdegup terlalu keras seperti ini dong. Bagaimana jika nanti Mark hyung mendengarnya.”- batin Jaemin dengan muka yang memerah seperti tomat.

“Apa yang sebenarnya kau lakukan, Mark? Apa kau sudah gila?! Bagaimana jika setelah ini Jaemin akan membencimu dan berpikir jika kau ini orang aneh?! Ah, dasar Mark bodoh!- jerit Mark tak sadar hingga memukuli kepalanya.

Ya ampun aku nulis ini sambil ngebayangin betapa manisnya mereka kalo beneran ngelakuin kayak gitu tau nggak :((((

Kapan sih mereka bisa disatuin lagi huhu 😭😭😭

The Sweetest Moccachino [MarkMin] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang