Tujuh Belas

746 94 22
                                    

Previous Chapter

"Kalau aku bagaimana?" tanya Mark tiba-tiba. Membuat Jaemin seketika tersedak dan memukuli dadanya pelan.

"A-apa maksud, hyung?"

.

.

.

"Kau hanya berpura-pura atau memang tidak mengerti kemana arah pembicaraanku?" tanya Mark dengan tatapan yang begitu dingin.

Jaemin yang ditatap seperti itu oleh Mark seketika menciut. Semakin tidak mengerti harus bagaimana membalas pertanyaan Mark.

Melihat Jaemin yang tampak murung membuat Mark hanya bisa mengulum senyum. Sungguh, namja dihadapannya ini begitu polos dan lucu.

"Aku hanya bercanda, Na. Kenapa serius sekali sih?" goda Mark sembari menyentuh dagu Jaemin agar yang lebih muda tidak lagi menundukkan kepalanya.

Jaemin sontak menmberikan pandangan malas pada Mark, merasa telah dikerjai oleh namja yang lebih tua satu tahun itu darinya. "Bodo! Mark hyung jahat!"

"Jika kau terus menerus bersikap seperti ini, bagaimana bisa aku tidak semakin menyukaimu?" Mark memandang Jaemin dengan netra yang seakan terkunci oleh namja bermarga Na itu.

Jaemin sendiri hanya bisa tertunduk malu ditatap sebegitu instensnya oleh Mark. "Jangan menatapku seperti itu, hyung. Lagipula kenapa sekarang Mark hyung jadi hobi sekali menggombal sih?"

"Semua yang kuucapkan itu bukan hanya gombalan, Na."

Seakan lelah dengan segala sikap dan ucapan Mark yang entah kenapa menjadi begitu membuatnya terdiam, Jaemin segera saja mengalihkan pembicaraan. "Hyung tau tidak kedai diujung jalan? Sepertinya kedai itu sedang tren. Kulihat kedai itu selalu ramai pengunjung."

"Aku tau kau sedang mengalihkan pembicaraan, Na. Tapi maafkan aku, kau tidak akan berhasil. Kali ini aku benar-benar serius menanyakannya padamu. Bagaimana jawaban yang akan kau berikan untuk pertanyaanku?" Tiba-tiba saja Mark menggenggam erat jemari Jaemin lembut.

"Pe-pertanyaan yang mana, hyung?" tanya Jaemin takut-takut. Jujur saja, Jaemin memang merasa begitu bersalah karena telah 'menggantung' perasaan Mark. Namun entahlah, Jaemin juga merasa masih membutuhkan waktu untuk berpikir.

"Kau pasti tau pertanyaan yang mana yang kumaksudkan, Na Jaemin," balas Mark tegas.

Mendengar ucapan Mark yang begitu tegas dan seperti tidak mau untuk dialihkan lagi, Jaemin pada akhirnya menghela napas pelan dan mencoba untuk menjelaskan apa yang sebenarnya ia rasakan selama ini.

"Baiklah, hyung. Sebelumnya aku benar-benar minta maaf karena telah membuat hyung menunggu. Sejak hyung mengatakan padaku jika hyung menyukaiku, detik itu juga aku memiliki perasaan yang sama. Aku begitu yakin dengan perasaanku. Namun, hyung pasti juga tahu bukan apa yang membuatku goyah?"

"Mina?" tanya Mark memastikan.

Jaemin membalas dengan anggukan lemah, "benar hyung. Kedatangan Mina beberapa waktu yang lalu membuat perasaanku sudah tak bisa 100% yakin. Aku takut jika ternyata Mark hyung tidak menyukaiku lagi dan justru memilih bersama Mina."

Penjelasan yang baru saja diucapkan oleh Jaemin mampu membuat Mark terdiam dan berpikir. Ia juga merasa bersalah karena hingga saat ini Jaemin ternyata masih belum bisa melupakan kejadian saat Mina menghampirinya di café beberapa waktu yang lalu.

Mark tidak menyangka jika kejadian itu akan sangat berpengaruh pada apa yang sedang Jaemin rasakan.

Dengan hembusan napas berat, Mark kembali meminta Jaemin untuk menatapnya. "Maafkan aku, Na. Aku sungguh tidak pernah tahu jika kemunculan Mina waktu itu akan sangat mengganggumu. Dengarkan aku, Na. Mina adalah masa lalu yang sudah sangat lama aku lupakan. Untuk saat ini dan kuharap untuk selamanya, kaulah seseorang yang selalu berhasil membuatku semakin hari semakin jatuh cinta. Jadi kumohon, jangan lagi ragu akan perasaanmu."

"Mark hyung..."

"So, would you be mine?" tanya Mark membuat Jaemin tak bisa lagi menahan tangisnya.

Jaemin begitu terharu mendengar rentetan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Mark. Bahkan untuk membalas pertanyaan Mark saja, Jaemin merasa tak mampu. Sehingga Jaemin hanya dapat membalasnya dengan anggukan pelan yang mana membuat Mark tersenyum bahagia dan merentangkan tangannya agar Jaemin dapat masuk ke dalam pelukannya.

Setelahnya, Mark langsung meminta Jaemin untuk ikut menuju ke rumahnya. Mark sudah sangat lama ingin memperkenalkan Jaemin dengan kedua orang tuanya.

Jaemin sendiri awalnya merasa terkejut dan belum siap jika harus menemui kedua orang tua Mark. Namun, berkat bujukan dari Mark yang mengatakan jika ia benar-benar ingin serius dengan Jaemin, sang namja bersurai pink itupun menyetujui ajakan Mark.

Disepanjang perjalanan menuju kediaman Mark, Jaemin hanya diam dan gugup. Jaemin sungguh tidak tahu nanti harus bersikap seperti apa pada saat bertemu dengan kedua orang tua Mark. Sungguh, ini adalah pertama kalinya bagi Jaemin.

"Santai saja, Na. Orang tuaku baik, kok. Aku yakin mereka akan langsung menyukaimu," ujar Mark mencoba menenangkan Jaemin yang memang tampak begitu gugup.

Tak lama, keduanya sudah sampai didepan rumah Mark. Dengan tautan yang sudah terikat, Mark membawa Jaemin untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Aku pulang!" teriak Mark.

"Oh, kau sudah pulang rupanya?" seorang yeoja paruh baya menyambut Mark dengan pelukan dan tentu saja senyuman hangat.

"Ne, eomma. Oh ya, perkenalkan eomma. Dia ini Jaemin-"

"Oppa!" seru seseorang dari arah dalam sembari berhambur memeluk Mark.

"Apa yang kau lakukan disini? Lepaskan aku, Mina!" Mark sontak melepaskan pelukan Mina dan menatap ke arah Jaemin yang sudah berkaca-kaca.

"Aku kemari karena eomma yang mengundangku," jawab Mina.

"Ne, eomma rindu sekali pada Mina. Jadi eomma memintanya untuk datang kemari."

"H-hyung, aku lupa jika masih ada tugas kuliah yang harus kuselesaikan. Aku pergi dulu ya. Saya permisi," ujar Jaemin sambil melepaskan tautan tangannya dan membungkuk pelan pada eomma Mark.

"NANA!"

TBC

Masih ada nggak ya yang nungguin ff ini? :(((

The Sweetest Moccachino [MarkMin] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang