Empat Belas

885 103 15
                                    

Previous Chapter...

"Tutup matamu sebentar, Na." Mark mengucapkannya dengan nada tegas seolah perkatannya barusan adalah perintah.

Jaemin yang memang pada dasarnya sudah tidak bisa berpikir jernih pun segera menutup matanya erat.

Mark terkikik geli melihat respon yang baru saja ditunjukkan oleh Jaemin. Benar-benar menggemaskan.

Cup....

***

Mark mengecup kening Jaemin cukup lama. Penuh dengan ketulusan dan kasih sayang. Ia benar-benar larut akan perasaannya. Begitupun dengan Jaemin. Bahkan namja manis ini pun tampak begitu menikmati kehangatan sikap Mark.

Setelah merasa cukup, Mark melepaskan kecupannya dan menatap tepat ke dalam manik indah Jaemin yang telah terbuka sempurna.

"Aku benar-benar menyayangimu, Na."

"H-hyung....." lirih Jaemin begitu pelan.

"Tidak perlu membalas apapun padaku, Na," ucap Mark seraya menggenggam jemari Jaemin.

Jaemin yang mendapat perlakuan seperti itu dari Mark hanya bisa menghela napas pelan.

Jujur saja, Jaemin memang sangat menyukai segala sikap hangat Mark padanya. Namun, ingatan akan seorang yeoja yang ternyata adalah masa lalu Mark membuat hati Jaemin seakan ragu dengan perasaannya sendiri.

Mark sangat tahu jika Jaemin pasti belum bisa sepenuhnya melupakan kehadiran Mina tempo hari. Mark juga sangat paham jika Jaemin masih memerlukan waktu untuk meyakinkan perasaannya.

"Aku akan menunggumu, Na." Dengan lantang, Mark mengucapkannya tanpa ada raut kecewa sedikitpun.

Jaemin semakin merasa bersalah melihat reaksi yang baru saja ditunjukkan oleh Mark. "Bagaimana hyung masih tetap bersikap tenang seperti itu? Bukankah perkataanku melukai perasaan Mark hyung?"

"Tidak ada satupun perkataanmu yang melukaiku. Justru akulah yang telah melukaimu, Na," balas Mark dengan senyum cerah.

Jaemin semakin menundukkan kepalanya dalam. Tidak akan sanggup menatap Mark yang tampak begitu menyayangi dan menerimanya apapun yang terjadi.

Jaemin merasa malu, ia telah menjadi seseorang yang begitu jahat pada namja sebaik Mark.

"Maafkan aku, hyung."

Mendengar penuturan Jaemin, Mark semakin mengulas senyum tampannya. "Tidak perlu meminta maaf seperti itu."

Mark mencoba untuk meraih dagu Jaemin dengan sangat lembut seraya memandang namja bermarga Na itu dengan tatapan yang begitu menyiratkan ketulusan.

Mark kembali mendekatkan wajahnya pada Jaemin yang masih saja menunduk. Bahkan terpaan napas halus Jaemin sudah bisa Mark rasakan.

Pada akhirnya pandangan mereka berdua pun bertemu. Keduanya merasa seolah terkunci akan keindahan manik masing-masing.

"Dengarkan aku, Na. Mulai saat ini dan seterusnya aku berjanji akan selalu menemani dan melindungimu. Aku akan selalu berusaha untuk membuatmu tersenyum manis, meskipun mungkin senyummu bukan untukku."

Jaemin merasa sedikit kesal dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Mark, "YAK! Kenapa hyung bicara seperti itu sih? Justru Mark hyung lah alasanku untuk bisa selalu tersenyum."

Mark tentu saja sedikit terkejut dengan balasan yang baru saja diucapkan oleh Jaemin. Mark sungguh tak menyangka jika Jaemin akan membalasnya dengan kalimat yang mampu membuat jantungnya seakan memaksa untuk keluar dari tubuhnya.

"Sial! Ucapan Jaemin benar-benar membuatku semakin gila!." -batin Mark.

"Wah! Lihatlah, Na! Wajah Mark hyung sangat menggelikan!" ujar Haechan dengan kikikan yang cukup keras.

"Kalian? Sejak kapan kalian ada disini?" tanya Jaemin heran melihat kelima sahabatnya sudah berada dihadapannya.

"Sejak Mark hyung menciummu!" seru Jisung penuh semangat.

"Ternyata uri Nana sudah tidak polos lagi ya," timpal Renjun dengan sedikit mendramatisir.

"A-apasih?" balas Jaemin malu-malu.

Tidak tahan dengan sikap menggemaskan dari sahabatnya, Seungmin akhirnya mencubit pipi Jaemin pelan, "lucu sekali sih Na, jika sedang malu seperti ini."

"Jangan cubit-cubit pipiku, ih," kesal Jaemin.

Mark hanya bisa tertawa pelan melihat interaksi Jaemin dengan sahabatnya.

"Oh ya, hampir lupa," seru Mark tiba-tiba. Membuat seluruh namja di ruangan itu menatap penuh tanya padanya.

"Ada apa, hyung?" Felix lah yang lebih dulu menanggapi.

Mark tersenyum sekilas seraya mengalihkan pandangannya pada Haechan, "kau dapat salam dari Lucas."

Haechan seketika membulatkan matanya lucu. Tidak menyangka jika Mark akan mengatakan hal memalukan seperti itu. Di depan sahabat-sahabatnya pula.

"Ish! Dasar menyebalkan!" gerutu Haechan dengan tatapan yang begitu tajam pada Mark.

"Aku berkata yang sesungguhnya. Lucas benar-benar menitipkan salam padamu, Haechan."

"Satu lagi, Renjun juga mendapatkan salam dari temanku. Namanya Jeno. Dia sudah menyukaimu sejak pertama kali kau datang ke café bersama Nana."

"Tu-tunggu! Jeno? Lee Jeno maksud hyung?" tanya Jaemin yang dihadiahi anggukan oleh Mark.

"Jeno itu kan sepupuku, hyung. Jadi dia benar-benar menyukai Injun ya?" goda Jaemin sambil mencolek Renjun yang hanya terdiam.

Bukan tanpa alasan jika Jaemin langsung saja menggoda Renjun. Faktanya, ia memang sudah tahu sejak lama jika Jeno menaruh hati pada salah satu sahabat mungilnya.

Jaemin juga sangat tahu jika sebenarnya Renjun pun memiliki perasaan yang sama pada Jeno. Hanya saja keduanya sama-sama tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan mereka.

"Jeno itu benar-benar supupumu, Na?" kini giliran Mark lah yang bertanya penuh rasa penasaran pada Jaemin.

"Memangnya hyung tidak tahu? Dan bagaimana hyung bisa mengenal Jeno?" tanya Jaemin.

"Tidak. Dia tidak pernah mengatakan apapun tentangmu, Na. Dan aku mengenalnya karena dia juga bekerja part time di café," jelas Mark.

"Jadi, bagaimana? Njun? Chan?"

TBC

Ada yang masih nungguin ff ini nggak sih? :(((

The Sweetest Moccachino [MarkMin] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang