Dua Puluh

722 87 15
                                    

Previous Chapter...

"Masuklah, Na. Diluar sedang dingin." Mark kembali berucap seraya menarik lengan Jaemin lembut.

"Mark hyung...."

Tanpa membuang-buang waktu lagi, Mark merentangkan tangannya dan membiarkan Jaemin yang kini telah berlari menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan hangat Mark.

Dengan tangisan yang begitu membuat hati Mark sakit, Jaemin memeluk Mark dengan sangat kuat. Menyalurkan kerinduan yang beberapa hari ini keduanya rasakan.

Tentu saja, semenjak kejadian dimana Mark mengajak Jaemin ke rumahnya dan bermaksud untuk mengenalkan sang namja manis pada orang tuanya, namun justru kepahitan yang diterima oleh Jaemin jika orang tua Mark tampak masih begitu menyukai Mina. Membuat Jaemin seketika meninggalkan rumah Mark dan berdiam diri selama beberapa hari di dalam kamarnya.

Mark pun sangat paham akan perasaan Jaemin. Itulah mengapa ia memutuskan untuk tidak menemui Jaemin terlebih dahulu. Mark hanya ingin memberikan sedikit waktu bagi Jaemin untuk menenangkan dirinya.

"Kau sangat merindukanku, ya?" ujar Mark sembari masih memeluk Jaemin.

Jaemin membalas dengan anggukan samar yang mana membuat Mark seketika tersenyum penuh kasih. Namja dalam pelukannya itu memang selalu saja berhasil membuatnya bahagia.

"Hei! Kita duduk di belakang saja, yuk. Kau memangnya tidak malu dilihat seluruh pengunjung di café ini, hm?"

Menyadari jika perkataan Mark memang benar, Jaemin sontak melepaskan pelukannya dan memandang ke setiap sudut café. Benar saja, saat ini dirinya dan juga Mark tengah menjadi pusat perhatian seisi café.

Dengan wajah yang memerah lucu, Jaemin kembali bersembunyi dibalik punggung Mark.

Mark yang mengerti langsung menggandeng lengan Jaemin dan membawanya untuk menuju ke bagian belakang café.

"Nah, sekarang sudah tidak ada orang selain kita berdua. Kau boleh kembali menangis dan memelukku sesukamu," ujar Mark yang ditanggapi delikan tajam oleh Jaemin.

"Aku tidak akan menangis dan memeluk hyung lagi kok," balas Jaemin ketus.

Mark terkekeh lembut menanggapi balasan dari Jaemin.

"Na, kau percaya padaku kan?" tanya Mark tiba-tiba dengan nada yang terkesan serius.

Jaemin sontak memandang Mark intens, "maksud hyung apa?"

"Aku yakin kau pasti paham apa yang kumaksudkan."

Dengan helaan napas pelan, Jaemin membalas ucapan Mark, "ya. Aku percaya pada Mark hyung."

"Kalau begitu, tetaplah percaya padaku apapun yang terjadi. Untuk eomma, aku akan selalu berusaha untuk meyakinkannya bahwa saat ini hanya kaulah yang pantas menemaniku, Na."

"Lalu Mina?" tanya Jaemin dengan suara bergetar.

"Dia hanyalah masa lalu untukku, Na. Tidak akan pernah ada lagi tempat di hatiku untuknya. Seluruh hatiku sudah terisi olehmu."

"Ish, sejak kapan hyung jadi suka membual seperti itu?"

"Sejak kau mulai mencuri hatiku, Na," ujar Mark semakin gencar menggoda Jaemin.

Dengan malu-malu, Jaemin kembali membalas ucapan Mark. "Dasar!"

"Kau mau kan jika kuajak ke rumah lagi untuk bertemu dengan eomma?" tanya Mark dengan binar harapan dibalik kelopak matanya.

Melihat ketulusan dan wajah yang penuh harapan dari sang dominan, Jaemin dengan semangat menganggukkan kepalanya. Menyetujui ajakan Mark.

"Baiklah, tunggu aku. Sekitar 15 menit lagi café tutup. Kita bisa pulang."

"Siap, hyung!"

.

.

.

"Kajja!" ajak Mark dengan jemari yang telah tertaut dengan jemari milik Jaemin.

Keduanya mulai berjalan menuju kediaman Mark yang memang tidak terlalu jauh dari café tempat Mark bekerja.

Hingga tak lama, keduanya sudah sampai di depan gerbang rumah Mark.

Dengan tangan yang gemetar hebat, Jaemin berujar pelan, "aku takut, hyung."

"Kau tidak perlu takut, Na. Percaya saja padaku," balas mark mencoba memberikan ketenangan pada Jaemin.

Dengan tangan yang saling menggenggam erat, Mark dan Jaemin memasuki rumah Mark.

"Eomma! Aku pulang~" seru Mark dengan teriakan yang cukup keras.

"Kau ini kebiasaan sekali berteriak seperti itu!" balas Nyonya Lee seraya menghampiri Mark.

"Hehe, maafkan anakmu yang tampan ini eomma."

Selanjutnya, suasana mendadak hening dengan Jaemin yang masih bertahan dibalik punggung sang kekasih.

Eomma Mark yang menyadari kehadiran Jaemin pun memanggil si mungil dengan lembut. "Kau ini pasti Jaemin ya?"

"N-ne," balas Jaemin singkat.

"Tidak perlu gugup seperti itu, Nak. Sini duduk dulu," ajak eomma Mark.

Jaemin pun mengikuti ajakan yeoja yang telah membesarkan Mark itu dengan masih takut-takut.

Setelah Jaemin menempati sofa seperti yang telah dikatakan oleh eomma Mark, ketiganya hanya terdiam dengan tatapan Nyonya Lee yang tak pernah lepas dari Jaemin. Membuat tubuh Jaemin semakin bergetar ketakutan.

"Eomma! Jangan memandangi Jaemin-ku seperti itu. Dia kan jadi semakin takut."

"Apa kau bilang? Jaemin-ku?"

Dengan tegas, Mark kembali membalas ucapan sang eomma. "Ya. Jaemin-ku."

"Astaga, tidak perlu seperti itu Mark. Eomma sudah tahu tentang hubunganmu dengan Jaemin."

"Maafkan saya, ahjumma. Jika ahjumma memang ingin meminta saya untuk menjauhi Mark hyung, saya akan melakukannya," ucap Jaemin dengan nada yang terdengar begitu putus asa.

"Baiklah-"

Tbc eaaaaaa :v

Huahhh maaf banget ya kita nggak bisa update cepet
Kita lagi bener-bener sibuk huhu :(((

Masih ada nggak sih yang nungguin ff ini?

The Sweetest Moccachino [MarkMin] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang