"Ra, makasih ya udah anter aku beli barang - barang buat keperluan kelas. Aku berangkat dulu ya. Makasih sekali lagi ya ra" ujar dini yang dibalas anggukan oleh rain ia kemudian melajukan motornya dari pekarangan rumah rain.
Rain kemudian berbalik masuk ke rumahnya disana kakaknya hendak mengomel karena ia pulang sore dan hp nya tidak aktif. Namun urung karena melihat wajah sang adik yang murung tak ceria seperti biasa.
Bi Asti yang menyapa majikannya itu hanya di balas gumaman pelan. Ia kemudian melirik ke majikan satunya lagi tapi hanya dibalas gerakan bahu saja.
"Bang kalo ada siapapun yang datang dan cariin aku bilang aja aku belum pulang atau udah tidur" ujar rain kemudian melanjutkan langkahnya ke dalam kamar sebelum kakaknya membalas.
Rain berdiri di belakang pintu terdiam kemudian tubuhnya mersosot ke bawah duduk memeluk lututnya. Matanya kembali basah dan isakan kecil lolos dari bibirnya
"Bang, itu den rain kenapa? " tanya bi Asti mendengar tangisan pelan rain ke bang reffan
"Gatau bi. Udah besok aja nanyanya" balas reffan tenang
"Tapi bang, den rain belum makan kayaknya setelah pulang sekolah. Nanti dia sakit gimana" seru bi Asti khawatir.
"Gausah bi. Nanti kalo laper juga dia keluar" ujar nya menahan khawatir
Rain sendiri kini memeluk bantal gulingnya dan menyelimuti tubuhnya
***
Hari ini hari sabtu jam 12 siang. rain tak keluar kamar sejak kemarin sore dan membuat bi Asti semakin khawatir. Karena sedari pagi tadi ia mengetuk pintu kamar itu namun tak di gubris. Tak lama abangnya pulang karena setiap sabtu bang reffan memang pulang tengah hari
"Bang reffan itu den rain belum keluar juga" seru bi Asti cemas
"Tadi udah bibi ketok - ketok pintunya tapi ga nyaut" lanjutnya kemudian
Reffan yang khawatir dan takut dugaannya benar kemudian bergegas ke kamar rain yang pintunya di kunci. Ia menyerukan nama adik nya sesekali menggedor pintunya keras. Tak mendapat respon, dengan terpaksa reffan mendobrak pintu tersebut dengan sekali dobrakan membuat engsel pintu rusak terlepas dari tempatnya.
"Astaga rain.. "
"Astaga gusti.. "
Teriak dua orang itu melihat rain dengan keadaan pucat dan bibir pias.
Reffan kemudian mengangkat adiknya yang lemas berlari ke arah mobil yang pintunya sudah di buka kan oleh bi Asti. Dan memasukannya ke kursi belakang
"Bibi di rumah aja. Rain biar aku yang bawa kerumah sakit" sela reffan saat bi Asti hendak mengatakan ingin ikut
Setelah itu reffan lalu tancap gas dengan kecepatan maximum takut dugaannya benar
15 menit di perjalanan akhirnya ia sampai kemudian membawa rain ke gendongannya dan lari tergopoh - gopoh. Suster yang sigap kemudian membawanya dengan brankar dan memasukannya ke ruang ICU
Berjam - jam reffan menunggu akhirnya dokter keluar dari ruangan itu. Ia menyuruh reffan mengikutinya saat reffan hendak bertanya kondisi adiknya
"Apakah sebelumnya ia pernah seperti ini? " tanya dokter pria dengan kacamata tebal namanya dokter hendra
"Sebelumnya dia pernah seperti ini. Tapi saat itu ia pingsan saat mengetahui orang tua dan adik kami kecelakaan dan meninggal kemudian dokter itu mengatakan kalau ia memiliki penyakit jantung namun tidak parah, penyakit lambung stadium dua dan pankreasnya berfungsi lamban" terang reffan cemas
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend
RandomWARNING!!! •Dilarang menjiplak/mengklaim karya saya tanpa izin •Cerita ini bertemakan Boyslove.Bagi readers yang anti LGBT,diperkenankan meninggalkan cerita