(k) Tanpa kata

16.2K 416 16
                                    


"Bang reffan! " ucap rain saat dimeja makan. Mereka tengah menyantap makan malam yang dibuat silvia tadi.

Lian dan silvia pulang ke rumah saat menjelang sore. Lian niatnya ingin menginap tapi ibunya menelpon untuk segera pulang. Sedangkan silvia ia pulang untuk mengambil laporan yang di titipkan di temannya

"Hmm. Kenapa ra? " tanya reffan tanpa melihat arah rain

"... "

Tak ada jawaban membuat dahi reffan berkerut, ia lantas mendongkak dan memperhatikan raut wajah adiknya yang menatap ke arahnya dengan pandangan kosong

"Ra? "

"I... iiya" ucap rain tergagap

"Kenapa? " tanya reffan menghentikan acara makannya.

Rain lantas menyimpan sendok makannya dan mulai berbicara

"Aku.. itu, soal Lian.. dia"

"Pacar kamu? " potong reffan membuat rain terlonjak dengan muka tegang

"Bagaimana abang tau soal.. "

"Haaah... Abang sebenernya mau kamu jujur dari awal bukannya abang yang tau duluan. Abang tau karena belakangan ini kamu keliatan deket banget sama lian. Ga wajar kalo cuman sekedar temen sampe pelukan waktu naik motor" jelas reffan

"Gapapa kamu pacaran sama lian asal yang penting kamu prioritaskan pendidikan dan asal kamu bahagia " lanjutnya lagi.

Rain yang mendengar itu lantas berdiri dari kursinya dan berjalan kearah reffan memeluknya erat

"Maafin aku bang"

"Gapapa asal kamu bahagia. Itu udah cukup" ujar reffan lagi mengelus pucuk kepala adik satu - satunya

"Makasih bang" balas rain membenamkan wajahnya di dada reffan

***

Dikediaman faell, faell tengah membuat kopi susu untuk om nya. Hubungan keduanya masih sama tanpa ada masalah. Namun belakangan ini komunikasi mereka minim karena intensitas pertemuan yang jarang disebabkan om nya yang sangat sibuk

Tok.. Tok.. Tok..

Bunyi pintu yang diketuk membuat faell heran.

'Siapa yang bertamu malam -malam gini' batin faell

"Tunggu sebentar! " ujar ibunya

Meriska lantas berjalan ke arah pintu depan dan membukanya. Ia menatap heran melihat seorang wanita muda berpakaian PNS yang serba ketat membuat dadanya menyembul serta mencetak jelas lekuk tubuhnya

"Maaf anda siapa? " tanya meriska tanpa menyuruhnya masuk

"Saya Rena. Temannya pa riko dan saya kesini untuk bertemu dengannya membahas pekerjaan" ujar wanita itu dengan dagu dinaikan

"Riko? Maaf tapi sepengetahuan saya adik saya tidak memiliki teman PNS apalagi pekerjaannya sangat kentara bedanya" ujar mariska menatap wanita di depannya dengan penuh selidik

"Saya ada perlu sedikit dengan dia. Dan bisakah anda mengizinkan saya masuk, disini sangat dingin" ujar wanita itu

Meriska lantas membukakan pintu dan seketika rena masuk ke rumahnya

"Kamarnya di atas" ujar meriska melihat rena yang celingukan

"Kalo bukan temen kamu riko udah pastiin kakak nyeret tuh wanita ke luar. Aneh aja malem - malem bertamu ke rumah orang pake pakean ketat kek mau ngelonte " gumam nya melihat wanita itu menaiki tangga

"Kenapa mah? " tanya faell dibelakang ibunya

"Gpp.. Itu kopi buat om kamu? " tanya meriska yang diangguki oleh faell

"Yaudah anterin ke kamarnya kasian dari tadi di depan laptop terus" lanjutnya berjalan ke arah kamarnya

Faell mengerenyit heran melihat wajah ibunya tegang dan tersirat emosi di matanya. Ia lantas menaiki tangga dan saat tiba di depan pintu yang terbuka sedikit, faell hendak membukanya tapi urung ketika mendengar percakapan mereka

"Pa riko.. Ayolah saya dengar bapa itu pria perkasa. Banyak yang membicarakan anda apalagi soal... Burung bapak" ujar rena menyentuh paha pa riko yang masih terbalut celana training panjang. Namun di tepisnya

"Jangan munafik pak, banyak pria diluaran sana yang langsung membuka resleting celananya saat melihat saya berpakaian seperti ini. Apalagi hanya berdua" ujar rena lagi berdiri melepas kancing kemeja teratasnya hingga terlepas memperlihatkan payudaranya yang besar, padat dan berisi memakai BH yang hanya menutupi nipple nya saja
Di depannya riko menatap 2 gunung kembar itu dengan tatapan mengejek dan tersenyum sinis yang dikira rena bahwa mangsanya masuk perangkapnya

Riko lantas berdiri menempelkan tubuhnya dengan tubuh rena sehingga payudara itu terhimpit. Ia menunduk memperhatikan ekspresi menggoda rena yang tak sedikitpun membangkitkan nafsunya

Riko lantas memegang payudara sebelah kiri rena dengan tangan kirinya meremasnya pelan sehingga mengeluarkan rintihan dari bibir rena yang digit oleh rena sendiri

Faell yang melihat itu lantas memegang kenop pintu hendak mendorongnya namun kembali terhenti dengan apa yang ia dengar dan lihat di depannya

"Akkhh. Lepaskan" bukan sebuah rintihan kenikmatan yang keluar dari bibirnya namun lenguhan keras dengan ekspresi menahan sakit

Riko meremas dada kiri itu dengan sangat keras berulang - ulang. Tangan kanannya terulur meremas dada sebelahnya. Ia meremasnya tak kalah keras dan kasar membuat rena mengeluarkan air mata karena merasakan sakit yang luar biasa pada kedua dadanya

"Sttoopppp.. Akhh.. Hen..hentikan..pa.. Riko...ini sakit... Hah... Hah... " ujar rena memegang tangan riko berupaya melepaskan dari dadanya namun tak bisa karena cengkramannya sangat kuat

"Ini kan yang kamu mau. Hah.. Dengerin saya wanita murahan. Percuma mendapat gelar master dari universitas ternama tapi kelakuannya tak lebih dari seorang pelacur haus kontol. Kamu mau ngerasain kontol saya. Maaf lonte, kontol saya hanya dimiliki oleh satu orang saja dan saya akan menjaganya hanya untuk dia. Saya ga peduli tentang masa lalu saya atau omongan orang. Saya hanya akan fokus pada apa yang saya miliki sekarang.. Dan lagi jangan pernah menemui saya lagi. Pahami itu" terang riko dengan raut marah ia meremas dada rena kuat - kuat kemudian mendorongnya ke tembok membuat bekas merah di dada rena






My Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang