Aku capek. Sangat malahan, haruskah aku balik ke suatu tempat yang bernama rumah?, sepertinya tidak untuk hari ini. Diriku terlalu hancur untuk berasa disana. Setidaknya, sampai semua luka dan lebam ini sembuh total, baru aku bisa pulang. Untuk sementara.
Aku masih berada di rooftop. Mungkin banyak kalian yang bertanya kenapa aku bisa diatas sini. Yahh aku menduplikasi kunci pintu untuk ke rooftop, biasalah orang nekat. Kalau nggak nekat nggak aku namanya, mwehehehe. Aku masih duduk terganggu disini, sambil melihat senja yang sebentar lagi akan tenggelam dan temaram disana.
Kalau sudah jam segini yah, biasanya sih sekolah udh sepi, tinggal aku dan satpam sekolah, mungkin?. Aku membuka kancing seragam sekolahku. Aku pun memakai baju kaos lengan pendek yang mungkin termasuk baju dalaman. Badan ku tak terlihat jelas sebenarnya, tapi yahh hanya ini yang ada ditas ku, hoodie ku pun sudah robek, hufftt, aku pun menghela nafas panjang.
Tiba tiba,
"hoi coeg, ngapain elu jam segini masih disini?!, pake acara tukar baju lagi, untung cuma gw yang lihat tuh badan, ck dasar".
Yah suara itu cukup membuat ku hampir bungee jumping. Tapi yasudahlah.
" Eh si setan nongol juga, lama bener dah".
"Iye-iye, maap maap, nih gw bawa sesajen buat elu, elu blum makan kan? Nih nasi goreng kesukaan elu ama jus. Gw nggak mau beliin kopi, nanti elu malah maag kek kemarin malam"
"Iya dah, makasih ndoro bwahahahahha"
"Btw, kok badan lu makin kurus sih ver? Kek nggak ada bentuknya, udah elo tepos lagi, cowok mana yang mau ama elu kampret? "
"Napa emangnya? Elu nafsu emang ama gw hah? mesum lo rin, gini gini gw masih ada otot daripada elu, modal lemak bergelambir doang, btw gue nggak mau mikir soal cowok, sorry"
"Eh si bangsat ngajak gelut rupanya, sorry gw nggak minat, nih gw bawain hoodie ama celana training, biar elu nggak gembel amat, dan yahh maaf kalo ada kalimat soal cowok tadi"
"Iya gak apa, tenang aja, serah lo dah manggil gw gembel ato apa"
Yahh sore ini, kuhabiskan waktu ku bersama seorang teman yang bisa aku anggap teman. Yah perkenalkan nama dia Karin, dia tahu semua tentang ku, dia mengerti bagaimana dan apa yang terjadi padaku. Dialah yang merawatku selama ini disaat keluargaku sendiri mengabaikan ku. Mungkin aku menganggap nya seperti kakak sendiri.
Semburat warna jingga semakin cerah merekah di barat, kami menghabiskan waktu diatas sini sambil berbincang ringan. Senyum, canda gurau dan kebahagiaan yang langka kudapatkan, aku dapat kan hari ini. Terimakasih buat dirinya yang selalu ada. Seolah hari ini tak terjadi apa apa terhadap diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABNORMAL
Randomrestricted for closed minded , self healing, a journey to love our self. Credit for artist. Enjoy :') Based on true story . "Terdapat bahasa kasar, bahasa vulgar dan kekerasan, dan suicide trigger, mohon bijak" 17+ 95% true story :). Sisanya yah han...