"woi Ver ,gw mau balik ,mau ikut nggak ? bawa baju kan ? tinggal dirumah gw dulu gimana ?"
"nggak ah rin,aku takut ngebebanin ibu ama bapak lu, gw nggak mau hidup gw terus menerus dikasihani"
"aelah ni curut ditawarin yang baek-baek, malah ditolak, gw beliin apapun yang elu mau kalo gitu,mau ndak ?!"
"-_ sejak kapan lu main sogok sekarang ha kampret?"
"udah nurut aja napa, ada yang mau gw kasih tunjuk dan kasih tau ,ikut yaaakkk pleaseeeee"
Dan aku pun akhirnya tersenyum pasrah didepan sahabat yang kucin-tai ini.
"yeeeyyyyy Ver ikut ,Ver ikuttt yeeeeeee"
" bisa diem nggak toa ?!, budeg telinga gw lama lama temenan ama elo setan"
"iya daaahhh buk eerrteeehhhh!!!"
Kamipun turun ke lantai bawah ,koridor sekolah yang gelap dan hawa dingin yang nggak familiar.
"eh elu bawa motor nggak Ver?" Karin bertanya kepadaku.
"elu lupa gw make apa kesekolah hah? " jawabku ketus.
"oh iya elu kan kin mis ,sory sorry " dengan nada mengejek.
"si bangsat minta dihantam emang"
"sorry broh,no offense"jawabnya sambil tertawa.
"iya dah iya".
Saat tiba di parkiran sekolah,kami sempat ditegur oleh salah 1 satpam sekolah.
"baru pulang nduk?"
"nggih pak" jawab kami berdua
Lalu Karin berjalan ke arah pak satpam tersebut. Pak satpam itu umurnya 45 tahun,tapi ia tak punya siapa siapa lagi. Sebatang kara, anaknya meninggal waktu hadir ke dunia fana ini, istrinya kabur karena tak mau menerima dia yang tak punya penghasilan tetap. Selang berapa lama ,Karin pun terlihat kembali ke parkiran ,dan aku pun menyusulnya. Aku tak tau apa yang dia bicarakan dengan pak satpam itu ,yang penting dia bahagia ,akupun juga , walau dari kejauhan.
"kebahagiaan itu menular ya ver?" tanya Karin kepadaku
"i don't know,because i dont want to feel that shit again" jawabku apatis
"you fcking moron dipshit, mentang badan lu bonyok ,otak lu kegeser juga hah?"
"iya deh ,aku ngalah" jawabku singkat karena aku malas membahas topik seperti ini.
Aku pun dibonceng Karin. Tapi makin lama , aku pun terlena di sini. Terlena dengan malam yang begitu hangat ini . Cuaca malam yang tak begitu panas maupun dingin, angin yang berlalu lalang kesana kemari dan menghantam lembut muka ku. Perasaan ku pun ,membuncah kembali. Aku menahan sesak , aku tak ingin Karin melihatku menangis. Tapi ,tanpa kusadari ,sepertinya badan ku lebih paham daripada keegoisan ku.
Kepalaku pas bersandar ke punggung sahabatku ini, dan rasa sesak yang kutahan semakin meronta untuk dikeluarkan. Tanpa kusadari air mata ku mulai menetes satu persatu. Dan entah setan apa yang menyambut
"Ver,kalau elu mau nangis nggak apa kok, gw disini. Peluk aja gw nggak apa kok,setidakny itu bikin lu tenang buat sebentar ini ok?"
"gw nggak nangis kok kampret, lg pilek aja ni"
"friends dont lie broh, and you cant lie about yourself to me"
Rasa sesak ini lebih membuatku tersiksa. Air mata yang kutahan sedari tadi akhirnya keluar,badan ku gemetar dan aku berusaha tak bersuara walaupun ini sangat menyakitkan. Tiba tiba ,Karin menarik tangan ku ke pinggangnya.
"udah ,peluk aja gw ,lg pula elu normal,gw normal ,nggak apa ,biarkan kata orang orang ya Ver , biarkan semuanya berlalu "
Setelah dia menarik tanganku aku langsung memeluknya. Dan menangis dipunggungnya. Aku berusaha sekuat tenaga menahan suara selama dijalan. Dan karin pun menepuk kepalaku
"hey its okay not to be okay my little dipshit ".
Malam itu, ditengah kota yang terang benderang, kami berusaha pulang untuk menjinakkan hati dan pikiran untuk sesaat. Diterangi cahaya lampu jalan dan angkringan yang berjejer di emperan jalan. Tak dingin maupun panas pada malam itu . Yang kurasakan hanya sesak yang perlahan hilang didalam dadaku. Tapi aku bertanya kepada diriku
"apa yang sebenarnya terjadi kepada diriku yang sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABNORMAL
Randomrestricted for closed minded , self healing, a journey to love our self. Credit for artist. Enjoy :') Based on true story . "Terdapat bahasa kasar, bahasa vulgar dan kekerasan, dan suicide trigger, mohon bijak" 17+ 95% true story :). Sisanya yah han...