"Rin, oi, bangun"
Suara itu mengganggu ku, aku tak ingin bangun saat ini. Tubuhku lelah, sangatlah lelah. Aku tak ingin pergi dari kasur, aku mau disini saja. Aku menarik kembali selimut ku, aku tak ingin siapapun menganggu ku. Tapi suara kampret itu tetap menganggu ku.
Aku pun tersentak untuk bangkit. "APAAAA ANJENG, PAGI PAGI UDAH RIBUT AELAH". Ucap ku dengan nada marah. Aku pun berdecak kesal, lalu aku pun berjalan ke arah suara itu berasal. Aku hanya mengenakan celana pendek berwarna hitam dan hoodie oversized. Aku pun menyadari bahwa di badanku terdapat banyak lebam. "mungkin efek dipukul beberapa minggu kemarin". Pikirku.
Aku pun melihat Ver yang sedang menuangkan susu ke dalam gelas. Sepertinya sedang membuat minuman kesukaanku. Segelas susu dingin dengan tambahan dulche de lece dan bubuk kayu manis. Aku pun tersenyum melihatnya. Aku berjalan kearahnya dan menyiapkan beberapa lembar roti untuk dipanggang. Aku menuangkan susu kedalam piring lalu memecahkan beberapa butir telur. Ditambah dengan beberapa tetes vanilla essence dan sedikit garam.
Aku pun mencampurkan semua nya, lalu aku meletakkan beberapa lembar roti diatas campuran bahan itu, lalu aku memanaskan wajan dan menunggu butter itu mencair. Aku memang hobi memasak, karena kalau tidak aku tak akan bertahan sampai sekarang. Bagiku, ini terapi untuk menenangkan diriku. Aku menyiapkan 2 piring untuk kami berdua. Aku meletakkan roti yang telah matang itu secara perlahan.
Aku menatanya kembali, menuangkan bubuk kayu manis dan gula halus. Aku pun memanggil Ver, ternyata diri nya sudah duduk manis di lantai diruang keluarga sambil menonton tv. Aku tersenyum melihat tingkah lakunya yang seperti ini. Aku meletakkan piring itu dihadapannya dan dia memakannya secara perlahan, karena ada luka di dekat bibirnya. " Kenapa sih ni anak gemesin bat, tsundere bat sih lu Ver, kampret ah".
Hari ini dia tak banyak bicara, hanya terseyum dan diam. Aku tak tau mengapa alasannya, tapi aku berusaha memendam keingintahuan ku, aku tak ingin menghancurkan hari ini begitu saja. "Karin", suara itu memecahkan keheningan diantara kami berdua, ini tanda tak baik, kalau dia memanggil ku dengan nama yang lengkap berarti ada suatu hal yang ingin dia beritahu. " Apaan coy? " Jawabku santai. Dia tersenyum kepadaku, terus tertawa terbahak bahak, lalu ia merebahkan kepalanya di sofa dan menutup matanya dengan lengannya. Lengannya penuh dengan bekas self harming dan lebam. Aku memandangnya, dan ia tetap tersenyum disaat kondisi seperti itu.
"Rin, misalnya ya, misalnya kalau aku yang mati duluan apa yang kau lakuin? "
Ucapnya tanpa rasa bersalah sedikitpun, setelah melancarkan pertanyaan sebegitu dalam nya."Ya nangis lah , kau kira aku nggak manusia hah?! " ucap ku dengan nada marah dengan sedikit berteriak
Ia pun tertawa, lalu menyeka air matanya.
"Sebenarnya, aku udah niat buat mati, tapi aku urungkan, karena aku gak mau kau nangis akibat sampah gak berguna ini" Katanya sambil tertawa dan menangis disaat bersamaan.
Dan ia melanjutkan kata katanya "aku gak punya siapa siapa yang bisa aku beritahu tentang semua hal yang terjadi, aku gak punya tempat buat pulang, aku lelah Rin, aku masih terikat dengan masa lalu aku Rin, sebagai pendosa. Aku lelah dengan semuanya, aku harus berjuang dengan depresi, anxiety, dan trauma. Aku berusaha bertahan hidup disaat pikiranku berusaha buat mati. Kebayang gak seberapa chaosnya aku? "
Aku tetap memperhatikan dirinya, aku tak ingin menyela sesi ini, ia tampak begitu rapuh. Dengan badan sekecil itu dengan berbagai luka, ia bertahan.
"Rin, aku tau kok ini begitu depresif banget yang aku bilang, i know its silly too. Aku udah mempertanyakan tentang eksistensi Tuhan itu sebenarnya apa?, aku udah lama gak beribadah lagi akibat aku udah muak dengan segala ucapan mereka dengan 'itu akibat kau gak dekat ama tuhan', 'kau patutnya diruqyah' dll. Emang mereka kira aku anak setan atau apa hah?!, atau memang diriku yang tak ingin kembali. Ini gak perihal 1 atau 2 orang. Ini perihal diriku. Aku ini apa, kenapa diciptakan, kenapa harus aku, kenapa harus aku?! KENAPA!?! "
Aku pun menghela nafas yang cukup dalam untung menenangkan diriku.
"Rin, aku muak Rin dihantui rasa bersalah, dan tentang dirinya. Aku muak dengan mimpi, kata mereka bermimpilah tapi mereka lupa tentang mimpi buruk. Aku tak ingin bermimpi tentang apapun, aku gak mau, semuanya udah hancur, AKU GAK MAU!, AKU MUAK DENGAN SEMUANYA TAU NGGAK! AKU CAPEK DICAP LONTE, JALANG DAN LAINNYA! , AKU CAPEK HARUS NAHAN SEMUANYA SENDIRIAN, AKU CAPEK RIN, CAPEK!. DISAAT SEMUA ORANG LAIN ADA TEMPAT UNTUK PULANG SEDANGKAN DIRIKU AJA GAK PUNYA! KATA PULANG ITU GAK BAKAL PERNAH ADA!. AKU MUAK DENGAN KELUARGA AKU YANG KACAU ITU, AKU MUAK DENGAN SEKOLAH DAN ORANG ORANGNYA, AKU MUAK !, AKU CAPEK DIKASIH HARAPAN BUAT SEMBUH! NYATANYA MEREKA SIBUK DENGAN DIRI MEREKA SENDIRI, FUCK THAT SHIT, GIMANA AKU MAU BAHAGIA KALO SEDIH AJA AKU GATAU GIMANA RASANYA HAH?!, SHIT, maaf Rin, maaf, maaf "
Dirinya berusaha menangkan emosinya, ia gemetar dan air matanya mengalir deras. Ini waktu yang krusial untuknya, aku masih duduk diam melihatnya.
"Aku cuma bingung mau gimana, rasanya mau kabur, tapi gak tau kemana, aku gak bisa apa-apa, aku gak punya siapa siapa. Aku cuma ingin nafas sejenak, aku capek ngikutin bayang bayang orang lain, aku capek ngikutin ekspetasi orang lain. Aku gak punya mimpi selain aku bisa tenang, walaupun sesaat. Aku gak punya rumah, semua kacau Rin. Tiap bentar aku dimarahi, diteriaki, dimaki dan di pukul habis habisan. Aku tahan semuanya, sendirian. Aku gak mau ngelibatin banyak orang lagi Rin, aku gak mau. Cukup di aku aja sakitnya, aku tau kok ini egois tapi aku harus hidup walaupun rasanya mau mati"
Secara spontan aku berlari kearahnya dan memeluk nya seerat eratnya, kalo bisa broken pieces nya bisa tersatu lagi. Aku menangis, ia membalas pelukanku dan meletakkan kepalanya di bahu ku, tubuhnya gemetar hebat. Aku letakkan tangan ku diatas kepala dan punggungnya, ku usap perlahan.
"Je, i know its hard for you, but right now, i'm here for you".
KAMU SEDANG MEMBACA
ABNORMAL
Randomrestricted for closed minded , self healing, a journey to love our self. Credit for artist. Enjoy :') Based on true story . "Terdapat bahasa kasar, bahasa vulgar dan kekerasan, dan suicide trigger, mohon bijak" 17+ 95% true story :). Sisanya yah han...