Love.

15 2 2
                                    

2 hari berlalu selepas perang besar terjadi, dan kini ENCi mempunyai dendam ke rachli. Terlepas dari masalah itu, Radhit yang kini berdiri di depan jendela sambil menatap keluar dan melihat matahari yang mulai terbenam.

Ia masih betah melihat matahari terbenam yang kini sudah benar-benar hilang, dan terganti malam.

Dan bergerak karena notif dari hpnya, ia mengambil dan melihat notif nya. Ya, putri mengechat radhit dan sedikit basa-basi.

Putri

"Dhit"

"Hah"

"Lagi dirumah?"

"Hmm, kenapa?"

"Ganggu ya gua?"

"Ga, kenapa?"

"ehh mau minta temenin, ke gramedia. Nyari buku fisika."

"Yaudah, siap-siap. Gua jemput."

"Tapi ga ngerepotin kan?"

*Read*

lalu radhit tidak membalas, hanya membaca dan langsung mengambil kunci motornya dan menuju kerumah putri.

Diperjalanan, radhit terus memikirkan wajah putri, perempuan yang ia sukai, tapi ia tidak blak-blakan menyatakan bahwa dirinya suka dengan putri.

Dan masih bingung kapan ia harus menyatakan perasaannya. Ia takut jika putri menolak cintanya.

Tak terasa, radhit sudah sampai didepan rumah putri, tanpa memanggil, putri keluar dari rumahnya.

"Lama ya?" tanya putri sambil menutup pagar rumah. "Gaa, ayok naik." jawab radhit dan memberikan helm ke putri.

Mereka berjalan menuju mall dan bergegas menuju Gramedia.

"Ayok Cepetan." ujar radhit yang mendahului putri. "Nanti dulu, kesitu dulu." ucap putri sambil menunjuk ke tempat kosmetik.

"Kebiasaan, tujuan awalnya mau ngapain?" jawab radhit dan kini mendahului putri lagi.

Putri kesal karena radhit sangat cepat dan meninggalkan putri dibelakang. "Dhit, tungguin." teriak putri dan menyusul radhit.

Kini mereka sudah sampai di gramedia, dan mencari rak buku Pelajaran. Putri masih mencari buku yang disuruh Pak dedi, dan radhit hanya melihat-lihat buku disekitarnya.

"Dhit, yang mana nih? Bantuin dong."

Radhit segera menghampiri putri sambil melirik buku Fisika dan langsung mengambil nya. "Nih, yang ini, sana bayar." ucap radhit sambil memberikan buku yang bertuliskan fisika didepannya.
"Bener nih? Nanti salah lagi." tanya putri yang tak yakin. "Bener, kalo salah beli lagi, nanti gua yang beli. Ayok." jawab radhit.

Mereka kini tengah didepan kasir.

"Ini aja kak?" tanya kasir sembari meraih buku.

"Iya, berapa?" tanya putri

"56.000 kak." jawab kasir

Two Choice.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang