Duka.

10 0 0
                                    

Zidan,Dadi,Salsa,Ridho,Silvi dan Radhit. Sudah berada di rumah sakit, dan kini mereka menunggu Pihak keluarga dari Udin dan Faiz.

Duka benar-benar menyelimuti keluarga dan teman-teman. Udin dan Faiz adalah kawan sejati di Gank itu. Kemanapun mereka berdua, seperti saudara kandung.

Dan, Radhit pun yang meupakan teman masa kecil mereka sejak SD, merasa menyesal karena tidak bertemu mereka berdua sebelum mereka pergi selamanya.

Ridho terus mengabari teman-teman yang lain. dan tak lama semua nya sudah berkumpul dirumah sakit.

"Tante,om. Saya, mewakili teman-teman, meminta maaf jika punya salah sama faiz dan udin. kami semua turut berduka cita. Mereka berdua bukan hanya teman bahkan sahabat bagi kita semua. Mereka itu saudara kita. Sekali lagi, saya mewakili semuanya meminta maaf Sebesar-besarnya." ucap yahya sambil menseka air matanya yang sudah mulai berjatuhan.

"Kapan dimakamkan tan?" Tanya ridho.

"Besok nak. kalian dateng ya..."Jawab Ibu faiz.

"Pasti tan, pasti." Sahut radhit.

***

Disinilah mereka berkumpul, di makam yang merupakan tempat per-istirahatan terakhir bagi setiap manusia yang hidup. Doa pun terus di ucapkan oleh ustad yang memimpin pemakaman.

Tangis haru pecah Dari gank mereka. walaupun, mereka Jagoan dan berandal tetap saja mereka akan menangis, apalagi, 2 saudara mereka yang mendahuluinya.

"Temen-temen, gua harap, lo lo semua yang punya dendam,kesal, atau apapun, tolong di Ikhlaskan dan dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya buat faiz dan udin. Biarin mereka tenang di sana. Kita disini harus saling berdoa buat mereka, dan buat semuanya." Ujar Radhit sembari menahan tangisnya.

Semuanya pergi meninggalkan Makam Faiz dan Udin. mereka pulang dengan sedihnya. Dan hanya meninggalkan radhit dan putri disana.

Radhit berjongkok, dan menyetarai badannya dengan nisan 2 temannya itu. Tampak rasa sakit,hancur dan luka didalam Radhit, karna kehilangan 2 sahabat lama nya itu.

"Maafin gua iz,din. gua ga pernah jadi sahabat terbaik buat lo berdua, Gua selalu egois dalam masalah gua sendiri. Maafin gua ga ketemu lu-lu pada buat terakhir kalinya. Dan maafin gua... dengan sikap gua yang mungkin lo berdua benci atau sakit hati. maaf..." Lirih radhit dibarengi tangis serta awan yang mulai menggelap tanda mau hujan.

"Dhit... ikhlasin mereka pergi. Mereka ga bakal tenang kalo lo nangis terus. Mereka pengen lo senyum dan lanjutin hari tanpa mereka. Begitu juga dengan mereka dhit, mereka akan tenang disana. Sekarang kita pulang yuk.. mau hujan." ucap putri yang daritadi berada disamping radhit.

Mencoba untuk menenangkan dan berusaha mengikhlaskan mereka berdua pergi selamanya. Sama dengan putri, putri pun sedih saat tau mereka berdua pergi, namun, itu takdir. tidak ada yang tahu, bahkan tidak bisa diubah. 

Mereka berdua meninggalkan makam dan bergegas untuk pulang.

Dan hujan mengguyur, untung saja mereka berdua sudah sampai rumah masing-masing.

***

Disisi lain, Ridho hanya bisa diam sambil menatap air yang turun. Disinilah Ridho dan Silvi berada, di tempat pemberhentian bis, terjebak hujan dan hanya menyisahkan dua insan yang kedinginan.

"Kalo ga berenti-berenti, kita trobos ya sil?" tanya ridho menatap wajah silvi.

"Gila ya lu? kenceng banget ini ujannya. Gua bukan masalah nanti sakit atau enggak. cuman gua takut kepleset di jalan." ucap silvi bawel.

"Enggak bawel. Lagipula ini udah selesai, tinggal gerimis dikit doang."

"Nih lo pake jaket gua. Besok cuci."

Silvi menerima jaket ridho dan memakainya. wangi khas parfum ridho yang tak terlalu menyengat sangat tenang.

"Udah siap?" tanya ridho.

"Udah boss."jawab silvi.

"Berang-berang makan kawat. Let's goo." ucap ridho yang mendapat toyoran dari Silvi, "Paansi bego, ga nyambung." dan ridho hanya diam.

Antara senang dan bingung karna bisa berduaan dengan ridho diatas kuda besinya di temani gerimis yang sejuk. Memang, silvi mudah sakit apalagi hujan begini. tapi setidaknya, penyebabnya itu hal indah.~

Menerobos jalan yang licin membuat ridho harus berhati-hati. Pelan dan tenang ia mengendarai. 

Sampai tiba Silvi terdiam dan terantuk di bahunya, tanpa daya.

"Sil? pegangan kalo tidur."

"Silvi?"











Hellow.

Two Choice.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang