🍁09. Terselubung

46 19 13
                                    

Perhatian bukan berarti menaruh hati kan?

______________

"Mana Rea?" Tanya Geraldi pada Devan yang baru masuk ke lapangan dengan wajah yang ditekuk.

"Gatau, nangis." jawabnya ketus.

"Ck, Gaguna lo!"

Rooftop?
Batin Yuki yang memang tak sengaja mendengarnya. Waktu dia keluar dari kamar mandi, Rea sudah nggak ada.


Yuki tau sekali harus meminta izin dari Rea sebelum kesana. Itu sudah seperti peraturan tak tertulis. Ia segera mengambil ponsel disaku celananya. Lantas mengetikkan pesan pada Rea.

Yukizfn
Re, boleh nggak gue kesana?

R. Anc
Gausah ki. Lagi pengen sendiri, thanks ya:)

Yukizfn
Tp lo jangan aneh-aneh ya! Awas aja.

R. Anc
Siap bosku~

Yuki kembali menutup ponselnya. Tersenyum sekilas lalu berbalik arah menuju ke tengah lapangan basket. Jam olahraga masih satu jam. Dan itu cukup waktu untuk Rea tenangin diri.

Siluet yang sudah pasti Yuki kenal didapatinya sedang berjalan menuju kantin. Yuki ingin sekali melangkah mendatangi sosok tersebut. Pasalnya Yuki sudah lama tak sedekat dulu, sekarang malah seperti orang asing. Yuki rindu sekali padanya, hingga tak terasa air bening dipelupuk mata mengalir dan bermuara dibibir. Segara Yuki mengusapnya, tersenyum pahit dan lari. Bukan lari menghampiri pria itu, tapi berbelok ke toilet. Menangis sejadi-jadinya, hingga matanya sembab. 15 menit sudah Yuki habiskan disana. Berkaca pada cermin besar didepannya. Melihat bayangan lusuh dengan hidung merah dan mata sembab. Lalu membasuh wajahnya yang suram.

🍫🍫

Kaki putih seperti susu itu melangkah menaiki anak tangga. Sembari membawa sekantung plastik makanan dan jangan lupakan senyuman yang selalu tersungging dibibirnya.

Vano membuka pintu itu dan mendapati seseorang dengan seragam olahraga duduk dipojok dengan pandangannya menatap keluar. Membiarkan rambut panjang nya tersapu oleh angin. Pagar yang membatasi itupun dijadikannya pegangan dan sesekali memejamkan mata.

"Rea!" panggil Vano

Rea pun menoleh,
"Ngapain disini?"

"Nyariin lo." jawab Vano

Rea tak menanggapi lagi. Membiarkan Vano duduk disebelahnya.

Hening beberapa saat, Vano memilih untuk mengawali pembicaraan.

"Rea ada masalah?"

Masih hening, yang terdengar malah suara angin yang semilir.

"Gamau cerita?" tambahnya lagi.

Rea menghembus nafas berat.
"Nggak ada, lagi badmood aja."

"Gue ganggu ya?"

"Nggak, selagi lo diem aja."

Vano mendengus pelan,

REAVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang