Sedikit perhatian dari lo aja gue udah seneng. Rasanya kayak jadi juara kelas.
____________________Devan sedari tadi hanya diam, mengerang, sesekali memijit keningnya. Rea yang melihatnya pun terlihat kasian. Sudah hampir magrib, hujan tak kunjung henti. Dean juga belum ada tanda-tanda akan pulang, tidak seperti biasanya.
"Van, lo nggak papa?" Rea melirik laki-laki disampingnya.
"I'm fine." Jawabnya pelan sembari memijit kembali keningnya.
"Perlu gue beliin sesuatu?" tawar Rea, namun hanya diberi gelengan kecil dari Devan.
"Van lo pucet. Gue ambilin obat dulu ya, tiduran aja disini bentar." Rea segera meninggalkan sofa beralih menuju dapur. Devan daritadi ingin segera merebahkan dirinya, dia kurang enak badan. Selalu, saat terkena hujan.
Kembalinya Rea dari dapur, Devan sudah terlelap tidur. Rea nggak enak hati membangunkannya. Dia menaruh gelas berisi air putih dan obat-obatan diatas meja. Lalu pergi ke kamarnya mengambil selimut. Kembalinya Rea menyelimutkannya pada tubuh Devan yang meringkuk. Devan terbangun,
"Thanks"
Rea hanya membalas anggukan kecil."Van, minum obat dulu gih!" Devan hanya melihat sebentar benda diatas meja lalu kembali memejamkan matanya.
"Gue ga bisa cuma pake air"
"Yaudah, roti apa pisang?"
"Pisang"
Rea mendengus pelan, kembali lagi ke dapur.•••
"Nih, bangun!"
Devan terduduk,
"Suapin!" ucapnya dengan nada manja."Tangan lo kan nggak sakit." Rea cepat membantah.
"Gue mager. Please.." sekarang nada bicaranya memelas.
"Bodo!" Rea pergi meninggalkan ruang televisi.
"Re, mau kemana?"
"Liat ujan."
"Dimana?"
"Balkon kamar. Lo istirahat aja, nanti kalau ujannya udah reda gue bangunin." ujarnya terus melangkah menaiki anak tangga.
Devan segera memakan satu suapan pisang kedalam mulutnya bersamaan dengan obat tablet yang Rea berikan tadi. Lantas meneguk air putih disampingnya.
•••
Rea hanya tersenyum kala hujan membungkus perkotaan. Bersyukur, hujan tak datang bersama petir dan kilat. Rea sangat membencinya.
Tok tok tok
Suara itu berasal dari pintunya.
Rea dengan langkah gontai membuka pintu untuk melihat sosok dibaliknya."Devan? Ngapain kesini. Dibilang istirahat dulu."
"Hehe.. " Devan bahkan masih membungkus dirinya dengan selimut yang Rea berikan tadi.
"Sepi Re, gue tidur disini ya?"
"Nggak. Dikamar tamu aja, disamping sini."
Bukan Devan kalo nggak bandel. Ia langsung menghantamkan tubuhnya pada kasur empuk king size didepannya.
"Ck! Terserah" Rea memutar bola matanya malas. Lantas kembali bersandar pada besi balkon.
"Ngapain sih Re?"
Pertanyaan klasik. Rea malas sekali menjawabnya. Sudah jelas nampak dimata kalau Rea sedang menikmati hujan dengan banyak pikiran diotaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAVAN
Teen FictionJika kalian Rea, yang menyukai kakak kelas sekaligus teman kakak laki-lakimu sendiri selama 1 tahun lebih tapi bingung antara sekedar suka atau benar-benar suka. Apa yang kalian lakukan? 🍫Happy reading 🍫