4. Black pt.2

1.1K 129 8
                                    

Klik VOTE

-

Flashback

Jane's pov

Sudah 1 bulan aku mengabdi ditempat ini dan membangun mental ku sendiri. Hari ini pula aku akan pulang dari tempat ini yang akan kurindukan ini. Tempat ini yang mengerti akan diriku dan kakakku. Kini aku baru paham, tak selamanya dunia ini ramah.

"Terimakasih paman. Aku akan merindukan mu dan tempat ini"ucapku. Aku meletakkan koperku dan memeluk pria paruh baya yang posisinya sudah menjadi seperti ayah bagiku dan kakakku. Namanya adalah paman Park Ji sung yang memiliki tato bertuliskan BLACK di punggung tangannya seperti ayah.

"Sama-sama putriku. Jadi, apa yang akan kau lakukan setelah kau kembali dari sini?"tanyanya sembari memegang bahuku.

"Hmm entahlah. Mungkin aku ingin bermain dulu dirumah 'mereka'"ucapku dengan seringai iblis.

"Baiklah, paman paham. Putraku Jimin akan mengantar mu sekaligus menemanimu bermain"katanya dan mengelus kepalaku.

-

"Apa ini tempat bermainmu?"tanya pria pendek ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ini tempat bermainmu?"tanya pria pendek ini.

"Yeah of course. Kenapa? Kau takut?"

"Aku bukan takut. Aku hanya penasaran wajah-wajah seperti apa yang membuat keluarga kalian menderita. Dan hey! Aku lebih tua satu tahun darimu. Kau harus memanggil ku oppa"

"Arghh baiklah oppa pendek. Ayo masuk"

"Aishh yak!"

-

Aku tersenyum bangga dengan apa yang telah kulakukan. Tangan-tangan yang sudah menyentuh orangtuaku sekaligus orangtua kakakku telah terpisah dari tubuh mereka. Ada perasaan senang saat melihat mereka bersimbah darah seperti ini. Sesekali aku meludahi tubuh mereka yang telah termutilasi itu. Dan terdiam sejenak mengingat betapa kejamnya para pembunuh bayaran mereka pada keluargaku. Aku hampir saja menangis jika jimin tak datang dari belakang dan memelukku.

"Apa kau menyesal?"

"Tidak. Hanya saja, aku teringat pada hinanya kekejaman mereka pada keluargaku"

"Ssshh, jadi kau ingin menangis?"

"Tentu saja tidak, pendek. Ah sudahlah. Aku ingin melakukan sesuatu"

Kulepaskan pelukannya dan menyirami mereka dan tempat mereka dengan satu tong bensin. Mula-mula ku pakai sarung tanganku agar tak meninggalkan sidik jari di tong ini. Lalu kusiram tempat ini dan juga mereka. Setelah itu, ku seret salah satu mayat yang tak termutilasi ke dekat tong tersebut dan menempelkan telapak tangannya pada tong itu agar sidik jarinya tertempel dan orang mengira bahwa ini percobaan bunuh diri secara bersamaan mengingat jika mereka diautopsi oleh detektif, mereka adalah pemakai aktif obat terlarang.

BLACK | Irene X JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang