2. Faded

1.3K 137 3
                                    

Klik VOTE
-
Happy Reading...
-

Jennie's pov

Jantungku berdegub kencang akibat apa yang dikatakan gadis itu. Seiring dengan jalan ku, aku merapalkan doa sebanyak mungkin. Berharap gadis itu tak melakukan sesuatu yang buruk padaku setelah aku memohon pada Tuhan.

Ia selalu membenci ku dari lubuk hatinya yang paling dalam. Ia selalu menindasku dan kakak tercintaku disetiap waktunya.

Aku berpikir, apakah ia ingin memusnahkan kami dari dunia ini? Jawabannya adalah Ya!

Pernah sekali, aku hampir tak bisa melihat hari esokku. Bahkan nafas ini dicekat olehnya. Ia benar-benar ingin membuat kami menyesal akan hidupnya didunia ini.

Aku takut itu terjadi, maka dengan cepat aku melangkahkan kakiku yang lemah ini. Mengejar waktu agar gadis yang disana belum melakukan apa-apa.

Ditempat ini, di istana mewah ini. Aku ingat tempat ini. Tempat dimana ia mengundangku dan kakakku diacara reuni perempuan saat SMP dulu, dan disini pula kakakku harus menahan malu pada semua orang yang pernah diundangnya dulu.

Dengan hina-nya kakakku ditelanjangi mereka. Cacian, makian, bahkan kekerasan dilakukan mereka pada kakakku.

Aku hanya mampu menangis dan mengatur nafasku didalam jernihnya kolam mereka. Ya, mereka tak membiarkan ku menyelamatkan kakakku yang menangis pilu di tengah pesta tersebut. Mereka menceburkan diri ku ke kolam nan fingin itu. Bahkan mereka mendorong ku lebih dalam agar aku tak bisa bernafas.

Sungguh aku hampir saja putus asa dan ingin bunuh diri. Tetapi kakakku yang anggun dan baik hati, tetap saja memberikan ku motivasi yang sangat mampu membuatku bertahan hidup.

Maka tampaklah gadis yang kutakuti berada didepan ku. Dengan high heels dan pakaian super ketat nan elegan dipakainya, ia memandangku rendah sambil berkacak pinggang.

"Kau terlambat 2 menit nona Bae. Oops maksudku nona Kim"ejeknya.

"Ma-maaf, mina-ssi. Tapi, ada apa kau menyuruhku datang ke sini?"

Diapun menyeringai dan menatap ku sinis. Dengan membusungkan dada ia berjalan kearah meja dan mengambil sebuah amplop coklat dan aku hanya menatapnya dengan tatapan takut.

Plak
Plak
Plak

Ia memukuli kepalaku dengan amplop coklat tadi sambil menjambakiku.

"Dasar tak tahu malu! Kau masih saja berdekatan dengan Yoongi didepan mataku. Mati saja kau, jalang!"makinya dengan terus menerus menerpa ku dengan berbagai pukulan dan jambakan.

"Aww, hentikan mina-ssi. Ini sakit sekali."

"Diam! Sekarang buka amplop itu!"suruhnya. Perlahan aku membuka amplop coklat ini dan mencoba memahami apa yang kini kulihat.

"I-ini sangat memalukan. Apa...apa maksudnya ini, mina-ssi?"

"Akibat kesalahanmu, aku terpaksa melakukan ini pada kalian. Bagaimana, jennie-ssi? Apa ini cukup membuatmu sadar?"

"Ta-tapi-"

"Apa kau tahu, isi amplop ini akan tersebar dengan sangat cepatnya bagai sumbu berapi jika kau tak menuruti keinginan ku"ancamnya

"Baiklah. Apa yang harus kulakukan untukmu?"tanyaku. Dan ia tampak berpikir.

"Pertanyaan yang bagus. Sekarang, berlututlah dipinggir kolam itu"aku bingung.Tetapi tetap melakukan apa yang baru dikatakannya.

Perlahan aku melangkahkan kakiku menuju pinggiran kolam tersebut. Aku pun mulai berlutut dan memandangi kolam ini. Sejujurnya aku masih trauma dengan kolam ini membuatku mengingat kejadian waktu itu.

BLACK | Irene X JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang