VI : Tolakan

21 2 2
                                    

"Ma!! Aku berangkat dulu ya nanti sarapannya disekolah!!"

"Aduhhh Dara pagi-pagi jangan teriak deh" ternyata itu Altair dengan suara meniru perempuan.

"Apaan sih suara lo itu kayak waria tau gak?!" Memang hobby Altair untuk membuat emosi Adara meluap.

"Mmm berarti gue jadi apa aja cocok ya? Ya, gak salah sih gue punya wajah tampan gini."

"Sumpah otak lo itu kayaknya penuh sama micin atau apasih? Sampe rusak gitu?"

"Mmm otak gue gak apa-apa sih. Cuma dulu kepala gue pernah kebentur didinding gara-gara Papa gue. Dan...gue gak makan banyak micin tuh"

Adara terdiam karena mendengar perkataan Altair tadi mengenai Papanya. Memang, Adara tidak pernah mendengar apapun mengenai Papa Altair. Mamanya juga tidak pernah membahasnya.

"Eh kalian kok masih disini. Cepet berangkat nanti telat" tiba-tiba Mina menghampiri mereka. Ya. Altair datang ke rumah Adara pagi-pagi karena mengantar Mina. Karena, ada yang harus diurus Mina dan dia meminta bantuan Layla untuk menemaninya. Mina melirik Altair seperti hendak ingin mengatakan sesuatu. Adara yang sadar akan itu kemudian pamit kepada Mina dan mengatakan menunggu Altair diluar.

"Al, jangan berantem sama Lucas ya?"

"Iya, Ma. Al nggak akan berantem"

"Janji sama Mama" ucap Mina sambil tersenyum. Senyum yang membuat hati Altair pilu. Karena itulah kelemahannya. Ia tak bisa melihat orang yang ia sayangi menunjukkan senyuman yang menyembunyikan kesedihan padanya.

"Altair janji sama Mama. Tante Layla tau? Tentang Lucas?"

"Tau, tapi tidak namanya"

Altair hanya mengangguk mengerti. Kemudian ia tak lupa mencium pipi Mina saat berpamitan.

-

"Terus gimana hubungan lo sekarang sama Lucas?"

"Yaelah dia lagi dia lagi. Kalo ntar dia nembak gue lagi. Gue akan tolak dia mentah-mentah!"

"Emangnya lo udah yakin yang dia mau omongin ke lo tadi malam itu tentang dia suka sama lo?"

"Iyalah gue yakin! Dari mimik wajahnya udah ketahuan tuh!"

"Emangnya lo pengalaman banget ya ditembak sama cowok?"

"Yee gini-gini yang naksir gue banyak!"

"Gini-gini maksud lo?"

"Ya, gini. Mmm kurang menarik perhatian? Ya pokoknya gak kayak Kak Siska dan kawan-kawannya ahahahaha" Adara tertawa pahit.

"Menurut gue sih, lo cukup menarik. Lo pinter, ya lumayan. Terus cerewet gak bisa diem, gaya lo juga asik, dan yaa lo cantik." Altair mengatakannya sambil menatap sekilas pada Adara tentu dengan senyum indahnya.

"Udah kalo lo naksir sama gue, bilang aja gausah malu-malu"

"Tapi gue malu-malu gimana dong.." balas Altair dengan nada dilebaykan.

"Yah gue digantungin dong sama lo"

"Emangnya lo baju basah apa digantung"

Keduanya tertawa. Ya. Percakapan macam ini yang diinginkan Adara dalam menghias harinya.

-

About HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang