51. Tobias van Praag

6.3K 963 179
                                    

"Nggak ada perjuangan tanpa luka. Dan aku nggak keberatan berjuang bersama kamu, asal kamu mengijinkan."
-Sofia Syahida-

* * *

" Sophie!"

Sofi yang pagi itu sudah duduk di lobi hotel sejak 15 menit yang lalu dan sedang mengecek email di ponselnya, mengangkat kepalanya ketika merasa mendengar namanya dipanggil. Meski pelafalannya sama, tapi hanya orang itu yang memanggil  Sofi dengan aksen seperti itu.

Dia mendapati lelaki berwajah Kaukasia setinggi 187 cm, dengan banyak rambut halus di rahangnya, berdiri menjulang di hadapannya. Lelaki itu memakai kaos santai, celana selutut dan topi hitam.

"Hai Tobias!"

Sofi langsung menutup email dan memasukkan ponsel ke tas ranselnya, sambil langsung berdiri menyambut pria itu.

"Udah lama nunggu?" tanya lelaki yang dipanggil Tobias itu. Tanpa canggung, dia menurunkan tubuhnya, lalu memeluk dan mengecup pipi Sofi sekilas.
(PS. Percakapan Sofi dan Tobias yang aslinya dalam bahasa Inggris, di cerita ini langsung diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Daripada rempong translate kan ye)

"Kamu tepat waktu kok," jawab Sofi ketika membalas pelukan singkat Tobias. "Udah siap?"

"Siap!" kata Tobias. "Ayo ke kamarku."

Sofi memukul lengan Tobias sambil tertawa."Sinting!"

Tobias tertawa senang.

"Oiya, itu tas kamu dimasukin ke tasku aja," kata Sofi sambil menunjuk tas kecil yang dibawa Tobias, "Di Jakarta, tas kayak gitu rentan dicopet. Sini, dimasukin sini aja," lanjutnya sambil membuka tas ranselnya.

"Eh, emang kita mau menjelajah kemana sih? Kok kamu bawa ransel segala?" tanya Tobias.

"Nggak menjelajah banget sih," jawab Sofi, "Tapi ini kan pertama kali kamu jalan-jalan di negara sepanas Indonesia, takutnya kamu dehidrasi atau pingsan. Jadi aku siapin banyak minum dan cemilan supaya kamu kuat menghadapi teriknya Jakarta," lanjutnya sambil tertawa.

"Pantes kamu suruh aku pakai topi segala."

Sofi mengangguk. Setelah memasukkan tas kecil Tobias ke dalam ranselnya, dia menutup ranselnya dan bersiap pergi.

"Ini ransel yang sama yang dulu kamu pakai ke kampus kan?" tanya Tobias.

Sofi bergumam sambil mengangguk.

"Empat tahun, dan gaya kamu belum berubah juga," kata Tobias, kembali tertawa. "Sini aku yang bawa tas nya!" Lelaki itu lalu mengambil ransel itu dari pundak Sofi.

"Eh, jangan___"

"Nggak mungkin aku jalan santai sementara gadis kesayanganku bawa tas berat kayak gini kan? Lagian isinya minuman dan cemilan buatku kan? Jadi aku aja yang bawa."

Setelah bersama dengan pria itu selama 2 tahun, dan meski mereka sudah berpisah selama 4 tahun, Sofi sadar bahwa pria itu juga tidak berubah. Dia tidak terbantahkan, dan tidak menerima penolakan.

Tobias memakai ransel Sofi di kedua pundaknya, lalu melingkarkan lengannya di sepanjang bahu Sofi.

"So, shall we?" kata Tobias sambil merangkul Sofi, lalu menggiring gadis itu keluar dari lobi hotel bersamanya.

* * *

"Ahhhhh... "

Tobias mendesah. Menjatuhkan tubuhnya di jembatan kayu sambil melepas topinya. Dia melepas ransel di punggungnya dan meraih botol minum, lalu meneguknya hingga separuh botol sekaligus.

"Capek?" tanya Sofi sambil duduk di sebelah pria itu. Karena kegerahan, Sofi melepas ikat rambutnya, lalu menggelung rambutnya lebih tinggi berbentuk cepol. Membuat lehernya terlihat bebas. "Maaf ya, harusnya aku ngajak makan-makan santai aja ya, bukan jalan-jalan ala backpacker gini."

FORMULASI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang