-About Mikaela-
Sudah hari ke-5 saja. Tapi rasanya aku semakin sehat bukannya justru sekarat. Lagipula bukan hanya diriku saja, orang-orang yang seruangan denganku juga. Mereka malah mulai berinteraksi satu sama lain, saling mengobrol dan menghibur diri.
Tapi aku tak mau ikutan. Tidak ada niatan juga, walaupun jengah juga lama-lama. Sudahlah, aku tak mau menumpuk urusan lagi disini. Jadi sebaiknya tetap diam.
Mengingat hari pertamaku kesini. Bagaimana aku bisa sampai di California dan berakhir begini. Dari awal diselundupkan dalam dinginnya jeruji besi. Semua itu bermuara pada satu inang; Mikaela.
Padahal dulu ialah yang meyakinkanku bahwa dengan bermodalkan kamera tua, aku juga bisa mendapatkan pundi-pundi rezeki. Perempuan itu jadi salah satu alasan paling kuat diriku sukar percaya pada orang lain. Entah masih adakah benang cinta antara aku dengan Mikaela, sumpah mati aku tak peduli.
Terlalu lama terjebak lamunan, aku tak sadar sedari tadi ada suster di sebelahku yang tampak sedang menyiapkan jarum suntiknya. Hampir tiap 3 jam aku disuntik. Tidak terlalu peduli juga sih, kan tinggal hitung hari aku juga akan mati.
Untuk apa repot-repot.Dengan cekatan, ia menyuntikkan cairan yang kuduga obat itu di balik lengan kiriku. Tak lama setelah selesai-semuanya tampak berputar, memburam, gelap, hitam dan hilang.
***
"Pobbie coba ajukan hasil fotomu ke perusahaan, aku yakin pasti diterima! Semangat!"
"Pobbie foto aku, dong!"
"Nggak apa-apa kamu nggak ada saudara, kan masih ada aku."
"Hai aku belikan kado, kamera baru untuk kamu!"
"Semua yang aku perjuangin sampai sekarang ini tuh demi kebaikan kamu."
"Kau nggak malu menangis gitu? Ayo kita hadapi ini sama-sama."
"Aku percaya kamu orang baik, kamu juga percaya aku, kan?"
Terputar untuk terakhir kalinya memori itu. Si gadis periang yang tak pernah terlihat air matanya jatuh. Senyumnya terlukis indah; berlari dengan helai rambutnya diterpa angin senja, pandangannya sedikit terhalau silau matahari yang melesatkan diri dibalik langit biru - sore itu di pinggir Morro-Cabaña, Havana - menjadi sematan kenangan bahagia. Terakhir kalinya.
***
"Hahhh ... hahhh ... arkkkh!!"
Apa-apaan. Untuk apa wanita ja*a*ng itu tiba-tiba muncul.
Oh Tuhan, aku lelah.
"Aku percaya kamu orang baik, kamu juga percaya aku, kan?"
Iya Mikaela. Aku percaya padamu, sebagai tokoh protagonis di garis cerita hidupku.
Ada banyak orang baik di sekitarku, tapi tak dapat kujangkau mereka. Kepercayaanku lenyap. Semua wajah orang kini sepertimu Mikaela.
Tuhan ... percepat sajalah waktunya, aku kian tidak kuat dengan mimpi-mimpi mengerikan yang lainnya lagi.
-Die In 7 Days-
"Belief it's a hard topic to discuss. Some of us blind and don't take any care of that. But the rest of it feel fail on their lifes because put the believe on wrong side. Keep your trust on. Hold em tight. We're all be alright though."
Regards, Reyn
Vote dan komennya boleh dong kak buat vitamin biar reyn semangat nulis ehehey :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Die in Seven Days [END]✔
Hành độngOrang-orang ber-jas putih itu bilang, bahwa sisa waktuku di dunia tak lebih dari 7 hari. Tapi, tunggu. Hanya se-klise itu? Apa aku akan benar-benar pergi, ke tempat yang manusia sebut dengan alam baka itu, dalam kurun waktu 7 hari? ||||||||||||||||...