Sepulang sekolah tadi, Arin menunggu Noel diparkiran sekolah, sesuai dengan yang diperintahkan Noel tadi pagi. Jika bukan karena Arin berhutang pada Noel, maka ia tidak akan disini. Akhirnya setelah beberapa menit Arin menunggu, Noel pun datang dengan motor sport nya."Ayo" ujar Noel menghentikan motornya tepat di depan Arin.
Tanpa basa basi Arin segera menaiki motor itu dan Noel langsung melaju. Banyak pasang mata yang menatap mereka heran. Pasalnya baru kali ini Noel membonceng seorang siswi. Jujur, Arin sangat risih dan canggung di tatap dengan berbagai macam ekspresi.
"Oh my God! Tuh cewek siapa? Berani beraninya dia deketin Noel gue" ujar Cindy kesal, yang melihat mereka lewat.
"Gak tau cin, kayaknya dia itu murid baru deh" sahut Gita, salah satu temannya.
"Lihat aja apa yang bakal gue lakuin buat dia!" Ujar Cindy dengan smirk yang menyeramkan.
⭐⭐⭐
Baik Arin maupun Noel tidak ada yang membuka suara. Suara kendaraan yang bising memecah keheningan antara mereka. Jujur saja Arin tidak suka dengan suasana ini, diam, sungguh ini bukanlah dia.
"Noel" panggil Arin sedikit lebih kuat, agar Noel dapat mendengarnya.
"Hemm?"
"Kita mau kemana sih?"
"Tadi udah gue bilang" jawab Noel datar.
Arin memanyunkan bibirnya, padahal ia hanya basa basi agar suasana tidak canggung.
Setelah beberapa lama, akhirnya Sampailah mereka digerbang rumah yang terlihat sangat megah itu. Arin segera turun, sementara Noel memasukkan motornya ke garasi.
Setelah itu, Noel menekan bel rumahnya. Tak lama kemudian, muncul seorang pembantu rumah tangga dari balik pintu.
"Ehh den Noel?" Sapa bi Tuti ramah. Sementara Noel hanya tersenyum tipis membalasnya. Tak Arin sangka, ternyata Noel masih bisa bersikap ramah kepada orang tua.
"Temannya dengan Noel ya?" Sapa bi Tuti pada Arin.
"Iya Bi" jawab Arin ramah.
Arin dan Noel masuk kedalam rumah dan mendapati seorang pria paruh baya sedang duduk di sofa. Ia segera menutup laptopnya saat menyadari mereka sudah datang.
"Ehh sudah pulang?" Sapa ayah Noel.
Arin segera menyapa dan menyalami Doni. Sementara Noel langsung duduk di sofa.
"Jadi ini gurunya?" Tanya Doni hangat.
"Iya om. Perkenalkan saya Arin om." Jawab Arin sedikit gugup.
"Wah, pasti kamu itu pintar banget ya" ujar Doni yang hanya di balas senyum canggung oleh Arin.
"Ayo duduk" ajak Doni. Arin pun segera mengambil tempat duduk disamping Noel yang terlihat acuh tak acuh. Tak lama, bi Tuti membuatkan minuman untuk mereka.
"Ayo silahkan di minum, Arin" ajak Doni.
"Iya om"
"Jadi mulai kapan kalian mulai les nya?" Tanya Doni.
"Arin sih terserah Noel aja om" jawab Arin.
"Jadi mulai kapan Noel?" Tanya Doni menatap anaknya.
"Terserah" jawab Noel malas.
"Terserah bagaimana? Kamu harus putuskan itu" ujar Doni tegas.
Noel mendelik kan bahunya tidak peduli bahkan tatapannya sangat tidak suka. Arin bingung sekaligus terkejut atas sikap Noel pada ayahnya.
Tiba tiba saja ponsel Doni berbunyi, dan segera diangkatnya. Entah apa yang dibicarakan olehnya ditelepon, sehingga ia meminta pamit pergi."Papah ada urusan penting. Kamu diskusikan dulu sama Arin kapan jadwalnya." Ujar Doni beranjak dari tempat duduknya.
"Arin, om pergi dulu ya. Oh iya, nanti suruh Noel aja yang nganterin pulang"
Doni sudah pergi. Arin melirik Noel yang menatapnya dingin. Suasana awkward pun terjadi dan Arin pasti tidak suka.
"Jadi jadwalnya kapan?" Tanya Arin to the points.
"Terserah Lo"
Arin menghela napas kasar. Berbicara pada orang bermuka datar itu memang sangat menyebalkan.
"Oke, kalau gitu kita mulai Minggu depan" ujar arin.
"Hah? Bulan depan aja"
"Bulan depan? Ujian aja bentar lagi, kapan belajarnya?" Ujar Arin kesal.
"Terserah Lo" jawab Noel tidak peduli.
"Terus lesnya berapa kali seminggu?" Tanya Arin.
"Sekali"
"Mana bisa. Kamu pikir belajar itu gampang apa?"
"Dua kali"
"Tiga kali" sahut Arin.
"Gue gak mau. Pokoknya dua kali"
"Oke" jawab Arin pasrah.
"Harinya nanti Arin kabarin" lanjut Arin.
"Hemm" Noel hanya berdehem.
"Yaudah kalau gitu Arin pamit mau pulang" Arin beranjak dari tempat duduknya. Arin menoleh ke Noel yang hanya terdiam.
"Noel gak mau anterin Arin?" Tanya Arin polos.
"Gak"
Arin memanyunkan bibirnya. "Oke, Arin pulang dulu"
"Tunggu"
Terima kasih ❤️
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya 😇😇😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain For You
Teen FictionArin, gadis yang sangat menyukai hujan itu awalnya adalah gadis yang sangat periang. Namun semuanya berubah ketika kakak satu satunya, Sam telah tiada. Pasalnya hanya kakak yang sangat ia sayangi itulah yang selalu ada untuk nya. Orang tua Arin sang...