"Tunggu,"Arin refleks menghentikan langkahnya saat Noel tiba-tiba memanggilnya. Gadis itu menoleh ke belakang.
"Kenapa?" Tanya Arin mengerutkan keningnya.
"Tas lo ketinggalan" jawab Noel sambil menunjuk tas Arin dengan dagunya.
"Ah iya, kelupaan lagi" Arin malah nyengir.
Ia segera mengambil tasnya yang tertinggal di sofa. Sekali lagi, Arin melirik Noel yang masih duduk santai dengan tampang datarnya. Ia pikir, tadi Noel memanggilnya karena berubah pikiran ingin mengantarnya pulang. Tetapi tidak. Menyebalkan!
"Kenapa lihat-lihat?" Tanya Noel dingin.
"Eh eum...siapa yang lihat-lihat? Idihh kepedean banget!" Arin memutar bola matanya.
"Yaudah, sana pulang!" usir Noel.
"Arin juga mau pulang kali. Gak usah ngusir-ngusir segala!" Ketus Arin. Ia langsung melangkahkan kakinya pergi. Dasar cowok nyebelin!
***
"Arin!"
Merasa namanya dipanggil, gadis berseragam SMA itu menghentikan langkahnya. Sebenarnya, tanpa menoleh pun, Arin sudah tahu siapa pemilik suara cempreng itu. Siapa lagi kalau bukan Sinta.
"Arin.. tungguin gue!" Teriak Sinta, sambil berlari kecil menghampiri Arin.
"Tumben datang cepat?" Heran Arin.
"Abang gue tadi ngajak cepat-cepat berangkat. Gak tahu mau ngapain di kampusnya" jawab Sinta.
Arin hanya membuka mulut membentuk angka 'O'. Kedua gadis cantik itu lantas melanjutkan langkahnya lagi menuju kelas.
"Oh iya, btw semalam lo ngapain aja di rumah Noel?" Tanya Sinta penasaran.
"Ya gak ngapain,"
"Hah?"
"Ya cuma bincang-bincang aja sama papanya Noel. Itu pun cuma bentar doang"
"Ya ampun, ketemu sama papanya Noel? Astaga! Lo beruntung banget tau gak Rin!" Cerocos Sinta heboh.
"Apaan sih? Lebay!" Desis Arin.
"Bukannya lebay Rin. Tapi papanya Noel itu kan pengusaha kaya banget. Perusahaannya maju! Terkenal lagi! Gak sembarang orang bisa ketemu sama dia!"
"Ya terus?"
Sinta mendengus sebal, "tau ah! Capek ngomong sama lo!"
Arin malah tertawa tak berdosa.
"Kok ketawa sih?" Ketus Sinta.
"Muka kamu kalau lagi kesel, lucu tau sin" Arin terkekeh.
"Terserah!"
"Jangan ngambek dong,"
Sinta malah membuang mukanya dongkol. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Sebenarnya ia tidak sungguh-sungguh marah, hanya sedikit kesal saja.
"Isssh sinn, jangan ngambek dong. Kata orang, kalau suka ngambek, nanti mukanya jadi mirip Squidward lho. Emangnya kamu mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain For You
Teen FictionArin, gadis yang sangat menyukai hujan itu awalnya adalah gadis yang sangat periang. Namun semuanya berubah ketika kakak satu satunya, Sam telah tiada. Pasalnya hanya kakak yang sangat ia sayangi itulah yang selalu ada untuk nya. Orang tua Arin sang...