PART 11 KEPUTUSAN MARYAM

496 19 0
                                    

Menjadi perempuan itu tidak mudah. Terlebih ketika mendapatkan lamaran dari seseorang di saat hati menginginkan seseorang yang lainnya. Haruskah aku menerima dan membuang jauh rasa untuk yang lainnya?

- Maryam

KEDUAkeluarga tengah mendengar ucapan dari Rayhanmengenai niat baiknya untuk mempersunting Maryam, tetapi berbeda dengan gadis yang duduk di sebelah Ummi Fatimah. Dia selalu menurunkan pandangannya bahkan sesekali melihat ke arah ujung rumah, hatinya merasa tidak tenang bahkan menjerit ingin menghentikan acara baik ini. Setetes air mata membasahi pipi Maryam, dalam diam gadis itu menangis bahkan hatinya sangat sakit saat ini.

Maryam berharap ada seseorang datang untuk membatalkan lamaran ini. Mungkin akan sia-sia Maryam berpikiran seperti itu, orang yang di tunggu-tunggu pun tidak datang. Yedo melihat wajah Maryam yang menunduk terus hanya menenangkan pikirannya sendiri, mungkin gadis di sampingnya ini tengah menunggu seseorang yang dia harapkan sebelumnya. Namun, dia juga tau jika semuanya batal maka ini akan membuat hati sahabatnya Rayhan menjadi sakit.

"Barakallah ternyata adek abang selama ini ada yang menyukai kamu dalam diam yah, tetapi keputusan hanya ada di tangan Maryam. Kita panggil Maryam untuk berdiri agar bisa mengemukakan pendapatnya." Kak Edi sambil melangkahkan kakinya menuju Maryam, tetapi matanya mencari keberadaan Noer yang tak jauh duduk di belakang Yedo.

"Iya betul Kak Edi, berarti mereka sudah siap untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius yaitu bahtera rumah tangga. Karena beramal yang paling panjang yaitu rumah tangga, para pasangan suami istri berlomba-lomba untuk mencari amal baik untuk nanti."

"Kami menyambut baik maksud dan tujuan dari keluarga besar Ananda Rayhan Farhan, sebelum mendiskusikan lebih lanjut ke acara pernikahan, tak kenal maka tak sayang, maka saya sendiri perwakilan dari keluarga Ananda Siti Maryam, saya menyambut niat baik dari Rayhan namun keputusan hanya ada di tangan adik saya yang akan menjadi calon istri kamu. Bagaimana menurut kamu Maryam dengan pinangan Rayhan?" ujar Kak Edi sambil menatap Maryam dan memberikan mikrofon.

"Bagaimana Ananda Siti Maryam, apakah anda bersedia menerima pinangan dari saudara Rayhan Farhan untuk menjadi pelabuhan terakhirnya dan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak?" tanya Muslim selaku pembawa acara.

"Sebelumnya saya selaku putri dari Abi Yusuf Al- Ghifari dan Ummi Siti Fatimah memohon maaf pada tamu dan keluarga yang hadir dalam acara malam ini, saya sangat terkejut dengan pinanagan dari Kak Rayhan karena ini di luar dari perkiraan saya bahwa saya akan secepat ini berganti status menjadi istri dari beliau. Bagaimana pun dengan acara yang baik pada malam hari ini sangat membuat saya terharu bahkan tidak bisa berkata-kata lagi." Maryam menjeda ucapan, menghela napas sebelum menyampaikan pendapat lagi, "Sebelumnya saya minta maaf, setelah melaksanakan shalat istikharah sebelum acara ini. Saya tidak bisa melangsungkan acara khitbah ini, Maryam hanya menganggap Kak Rayhan sebagai saudara sendiri, tidak lebih. Karena hanya perhatian Kak Rayhan dan kebersamaan kita selama ini yang Maryam anggap hanya sebagai seorang Kakak tidak lebih."

Maryam dengan nada sendu dan buliran air mata jatuh di pipi, tangannya menutupi bibir agar isak tangis tidak terdengar oleh orang lain. Ummi Fatimah memeluk Maryam dengan erat dan menenangkan gadis itu, diciumnya kening putri kesayangannya lalu mengusap air mata yang menetes di pipi Maryam.

"Kamu yakin dengan keputusan ini, Nak? Ummi mendukung semua keputusan yang terbaik untuk kamu, mungkin ini jalan yang terbaik selama ini. Ummi dan Abi menganggap Nak Rayhan sebagai anak kandung kami sendiri sama seperti Maryam dan Edi."

Rayhan melangkahkan kaki menuju Maryam dan duduk di depannya agar wanita itu bisa melihat wajahnya, walaupun keputusan Maryam membuat lelaki itu sangat sakit. Namun, kebahagiaan Maryam adalah yang utama baginya, percuma saja jika melanjutkan khitbah ini tetapi Maryam sama sekali tidak mencintai dan bahagia dengan dirinya.

ISTIKHARAH CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang