13. Epilog

2K 166 28
                                    

"Kamu ngeblok aku?"

Nggak sengaja, aku ketemu Athan ketika aku sedang gabut parah dan pengen jajan di minimarket. Dia sama Sammy, tentu saja. Tumbenan kita bisa ketemu di daerah rumahku. Minimarket itu ada dimana-mana gitu, lho, maksudku. Terus ngapain dia di sini?

"Aku ganti nomer WA, kok."

"Kenapa?"

Aku memutar kepala ke arah lain. Sore ini di minimarket tidak banyak konsumen yang masuk, jadi aku tidak terlalu malu buat ngadepin Athan yang kelewat ngegas. Sammy aja sampai pura-pura lihat es krim lama-lama buat nunggu kami ngobrol.

"Pengen ganti aja. Kemarin boros banget kartunya," jawabku setengah berbohong.

"Kok nggak ngasih kabar aku?" tanya Athan.

"Buat apa? Nanti kamu sebar-sebarin ke kenalan kalian. Males aku, tuh."

Athan mengatupkan kedua bibirnya. Mungkin dia kehilangan kata-kata.

"Aku duluan, ya. Udah selesai aku. Kalau ada apa-apa bisa kontak lewat Instagram aja. Lagian, kamu juga jarang kontak aku, sih."

Athan tampak marah, tapi dia diam saja. Dia kemudian berjalan ke arah Sammy. Sementara itu, aku menenteng belanjaanku dan pergi ke kasir dengan menebalkan muka. Sebenarnya aku cukup malu karena terciduk berantem di tempat umum seperti ini.

.

.

.

Aku mungkin sorenya terlihat baik-baik saja dengan Charles. Aku bahkan bisa bercanda, tertawa haha-hihi seperti orang yang tidak punya masalah. Namun, malamnya aku memutuskan untuk tidak memakai lagi nomor yang sudah lama aku pakai. Aku tiba-tiba saja merasa muak dengan keadaanku sekarang. Aku berada dalam lingkaran yang membuatku merasa seolah-olah aku tidak pernah melangkah kemana-mana.

Aku sudah bertekat untuk pergi dari mereka; Athan, Sammy dan Charles. Di lingkaran pertemanan dengan mereka, aku tidak mendapatkan apa yang namanya pertemanan. Mungkin karena tidak terlalu cocok.

Aku juga memutuskan kontak dengan beberapa orang yang pernah aku kenal lewat aplikasi kencan. Entah itu yang hanya menjadi koleksi kenalan sampai yang pernah ketemu beberapa kali atau sempat baper karena pernah diberi perhatian.

Aku benar-benar ingin lepas dari lingkaran masa lalu. Masa-masa SMA yang pernah kulewati biarlah aku kubur dan tinggalkan. Segala perasaan sedih, senang, baper, marah, cemburu dan sebagainya, biarlah semuanya menjadi kenangan.

Kalau urusan pacar-pacaran? Aku masih pengen, sih. Cuman entah kenapa rasa ingin disayang-sayang ini sudah menguap. Aku merasakan kebosanan. Mungkin karena terbiasa tidak memikirkan kehidupan asmara selama berbulan-bulan, sepertinya.

Entahlah. Aku benar-benar ingin lepas, memberi jarak pada perasaan yang kata banyak orang ini salah. Masa bodoh dengan percintaan.

[]

.

.

.

[]

"Aksa. Pokoknya sekarang nama panggilan aku Aksa."

"Nggak, ah. Kamu tetep Loui. Temen-temen SMA juga manggil kamu Loui, kan?"

Aku meminum Chatime yang hampir habis ini lekas-lekas. "Pokoknya nama panggilan aku sekarang Aksa. Nama tengahku itu Aksara, jadi panggil Aksa."

"Kamu beneran menghilangkan jejak masa lalu, ya?" tanya Charles lagi. "Kamu berubah banyak, lho, satu semester ini."

Aku hanya bisa meringis. "Kamu juga kenapa getol banget nyariin aku selama itu juga. Kenapa?"

"Karena pengen aja. Bukannya kita temenan?"

Aku mengedikkan bahu. "Aku emang berubah banget, ya?"

"Rambut kamu sekarang coklat tua, kacamata kamu sudah ganti frame jadi sedikit bulat. Kamu sekarang nggak pernah pakai poni dan nggak pernah pakai kaos. Kemana-mana pakai kemeja. Siapa yang nggak pangling, sih? Mana sekarang kemejanya agak ketat gini. Kamu gemukan?" Charles bertanya seperti itu sambil menusuk-tusuk dadaku.

"Aku sekarang pergi gym sama minum susu suplemen."

Bibir Charles membulat, kedua telapak tangannya bertemu beberapa kali dalam gerakan lambat. "Keren, ya. Demi apa emang kamu sekarang keren, sih. Nggak kurus kayak dulu. Makin ganteng, deh. Imutnya ilang."

Aku hanya berterimakasih singkat dan menghindari tatapan dari Charles yang tampak berbinar-binar. Entah, aku merasa jika dia seperti ingin tertawa melihatku sekarang.

"Tapi kamu masih uke, kan?"

Aku menggeleng. "Jangan ngomong uke atau seme sama perjaka. Lebih tepatnya, kamu jangan kemakan sama stereotipe, deh, Charl. Bosen aku, tuh."

Charles tertawa. "Sori-sori. Emang kamu belum dapet pacar juga?"

"Nyari juga enggak. Buat apa? Ngewe gratis? Mending dibayar kali, ya. Banyak sugar daddy nawarin, nih. Tapi aku nggak tertarik sama tawaran mereka, tuh."

"Anjiiirrr. Sombong banget ya Loui sekarang. Mentang-mentang sekarang udah ganteng gini."

"Aksa. Panggilanku sekarang Aksa, Charl," ingatku.

Charles meminta maaf dan mengatakan jika dia khilaf. Dia mengatakan jika dia belum terbiasa untuk memanggilku dengan nama Aksa.

"Aku balik dulu. Capek dari pagi belum balik kos."

"Kos kamu mana, sih?"

"Nggak perlu tahu, Charl. Kapan-kapan aja, deh. Balik duluan, ya."

Charles menahan tanganku ketika aku berdiri dari bangku panjang. "Bagi nomer WA dong? Biar bisa kontekan lagi."

Aku menggeleng. "Nggak mau. Kapan-kapan aja kalau di sini hujan salju."

Mungkin aku terlihat kasar, tapi inilah bagaimana caraku untuk memberi jarak dengan orang-orang. Kalau bukan dari aku, siapa lagi? Jarak itu memang kita yang bisa menentukan sendiri. Mau dekat atau mau menjauh.

Oh. Aku bercanda kok tentang sugar daddy tadi. Aku masih menjaga diri untuk tidak terlalu penasaran dengan aplikasi kencan dan tawaran yang menggiurkan untuk menjadi sugar baby.

Sekian cerita dariku. Sekarang, panggil aku Aksa, ya.

[]

FIN

[]

Udah, ini selesai, kok.

Ini sebenernya cuman curhatan aja karena sosok Athan emang senekat itu dulu. Sekarang aku nggak pernah kontekan sama Athan walau punya sosmed dan kontak WA dia. Athan baru sakit tipus, nih. Doain cepet sembuh ya~. Hihihi.

Buat temen-temen yang pernah tahu aku, mungkin ini relateable sama aku. Aku pernah ganti nama akun wattpad aku; mulai dari amoeba_unyu, shampo_shaset sampai setangkup apel ini.

Ini dikarenakan ada beberapa temen RL yang tiba-tiba tahu ini akun karena keteledoranku sendiri wkwkkwk. Juga karena udah capek nulis BL sih. wkwkwk. Pernah sekali tutup akun tapi gagal ketika puncak-puncaknya punya masalah di Wattpad. Wkwkkw lucu sih kalau diinget.

Dan juga aku memang pernah menghindari untuk ditemukan oleh orang-orang. Nomer WA pernah ganti. Nama akun IG juga pernah ganti beberapa kali. Line pun beberapa kali ganti-ganti. Aku pernah dalam keadaan parno banget karena ada orang yang bisa segampang itu lacak akun media sosial. Kan jengkel. Apalagi ada orang yang tiba-tiba kasih kontak kita tanpa persetujuan. Itu tuh nggak sopan lhoo.

Mungkin buat temen-temen yang ngerasa capek buat main mediia sosial, ada baiknya memang buat istirahat dari media sosial, lho. Berinteraksi dan bertemu dengan temen-temen yang uudah lama nggak ketemu bikin jiwa ini sedikit berisi emosi. Apalagi ngelihat selebgram, beuh, nggak sehat aja sih kalau aku. Makanya aku sekarang hanya mengikuti temen-temen yang sekiranya deket saja. Atau hanya untuk punya-punya saja akun media sosial untuk mengecek trend yang sedang terjadi.

Sekian dari aku. Kita jumpa di proyek-proyek selanjutnya ya... yang entah kapan akan terjadi.

Ciao!

Moses

The DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang