Part 1 (Meet)

664 43 22
                                    

Seoul, desember.

Seorang gadis mungil berusia 11 tahun berjalan pelan sembari menunduk dengan tangan kanan mungilnya yang menggenggam erat tangan seorang wanita paruh baya.

Gadis mungil tersebut berjalan sambil sesekali melirik wanita paruh baya tersebut dan dibalas senyuman kecil oleh wanita tersebut.

Mereka berdua berjalan menyusuri jalanan kota Seoul yang sebagian besar ditutupi salju. Ya, saat ini natal. Salju ditambah dengan suasana natal bukankah merupakan hari yang sangat membahagiakan?

Sepanjang jalan dihiasi pernak pernik natal, pohon natal beserta lonceng-lonceng yang melekat pada tangkainya.

Mereka berjalan melewati taman bermain anak, gadis mungil itu melihat banyak anak-anak seusianya sedang bermain dan bercanda dengan orang tua mereka dibawah salju, 'sungguh sempurna.. Benar-benar sempurna' Batin gadis mungil tersebut.

Seraya tersenyum miris ia kembali menghadapkan kepalanya lurus kedepan dan terus berjalan sembari memegang erat tangan wanita paruh baya bernama Ny jung, yang kelak akan menjadi ibu pengasuh baru nya.

Gadis mungil ini terpaksa harus tinggal di panti asuhan milik pemerintah yang terletak di kota seoul dikarenakan ayah ibunya yang sangat miskin sudah tidak sanggup untuk membesarkannya.

Ia lahir di busan. Ayahnya ialah seorang petani dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Gadis mungil ini memiliki seorang adik lelaki.

Keterbatasan keluarga dalam bidang ekonomi merupakan salah satu faktor mengapa ia bisa sampai dibuang ke seoul. Miris memang. Meskipun kenyataannya ia bukanlah dibuang melainkan agar ia bisa bisa medapatkan kehidupan yang lebih layak, itulah yang dikatakan orangtuanya sebelum ia berangkat ke kota ini.

sandara pov

"Kau harus mengerti, ini kami lakukan demi kebaikanmu, putriku" ucap Eomma sambil menitikan air mata kesedihan sembari memeluk adikku sanghyun yang terus menerus menangis.

"Nuna! Jangan pergi!" rengek adikku sambil menangis keras. Eomma segera memeluk sanghyun yang terus menjerit.

"Maafkan Appa, Dara. sungguh kami menyayangimu" lirih appa sambil terus memelukku erat. aku hanya bisa menatap mereka dengan wajah sedih dan tentu dengan airmata mengalir dikedua pipiku.

Bayangan-bayangan perpisahanku dengan keluargaku terus berada dalam fikiranku hingga tak terasa kakiku sampai pada gerbang panti asuhan St. Bartolomeus, tempat aku akan menjalani hari-hari ku kelak.

"Dara-ya, ini tempat tinggalmu mulai saat ini sayang, kau akan mendapat banyak teman baru disini. Jangan mengkhawatirkan apapun arraseo?" ucap wanita paruh baya itu sambil berjongkok dan memegang kedua tanganku.

"Nde, Ahjuma" jawabku sambil menganguk patuh. "anni, Eommoni! Panggil aku Eommoni, arraseo?!" tegas wanita paruh baya itu sambil berpura-pura kesal. Aku pun terkekeh "Nde, Eommoni. Arraseo"

Ada sedikit kelegaan dalam hatiku melihat masih ada sosok keibuan disini, setidaknya aku merasa sedikit nyaman.

"Itu baru gadis cantik! Kajja!" Ny. Jung bangkit lalu menggandeng tanganku sambil sesekali mengayunkannya ke atas dan kebawah seraya tersenyum padaku.

Aku mendongakan kepalaku keatas, menatap langit sore sambil berucap dalam hati 'Tuhan, aku berharap aku mendapat kebahagiaan disini. dan satu lagi.. jagalah keluargaku, aku mengasihi mereka' satu lelehan air mata jatuh dipipiku. dengan cepat kuhapus dengan kasar sembari tersenyum kecil.

***

Langit sudah berganti warna menjadi gelap. bulan dan bintang mulai menampakan kecantikannya disela-sela langit malam. Ditambah salju pada malam ini yang terus menerus turun menerpa jalanan.

Me after YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang