Feelings

304 32 1
                                    

"Yoongi-ah, sebenarnya kenapa kita keluar?" Tanya Seokjin yang berjalan disamping Yoongi. "Molla." Jawab  Yoongi singkat.

Seokjin berhenti berjalan. "Maksudmu?" Yoongi menoleh, "aku diminta Namjoon untuk membawamu keluar rumah dan me-- oh.. maaf sepertinya aku baru saja membocorkan rahasia. Hyung, ayo tetap berjalan sampai Namjoon bilang padaku untuk kembali."

Seokjin memasang wajah aneh pada Yoongi. "Kenapa kau menurutinya?" Tanya Seokjin lagi.

"Dia janji akan membersihkan kamar dan studioku."

"Kau percaya?" Tanya Seokjin untuk kesekian kalinya.

"Ani, tapi yasudahlah. Aku ingin makan. Hyung, traktir aku." Jawab Yoongi datar.

Mereka tiba di Myeongdong dan memasuki sebuah restoran yang tenang. Yoongi memilih duduk di pojok dekat sebuah lukisan Cupid.

"Hyung." Panggilnya sekilas yang dibalas dengan tatapan tanya. "Apa kau suka pada yeoja itu? Yang datang ke apartemen kita beberapa hari lalu?" Seokjin tersenyum, "maksudmu (y/n)? Pemain biola itu? Hmm.. kurasa aku sedikit menyukainya." Jawab pria bermarga Kim itu dengan santai. Yoongi tidak memberikan tanggapan, bahkan ekspresinya tetap datar.

"Apakah mungkin Hyung akan jatuh hati padanya?" Tanya Yoongi lagi. "Entahlah, siapa tahu? Dia tidak buruk, kok." Dia kembali bertanya "Apa alasanmu, Hyung?" Jin tersenyum lagi, "kupikir suka pada seseorang tidak perlu alasan. Kalau aku suka, ya suka saja."

Tak lama pesanan mereka datang. Semangkuk Ramen, Black Pepper Beef Bowl dan dua es Americano. Yoongi langsung meminum minuman favorit masyarakat Korea Selatan itu. "Kenapa (kau bertanya tentang y/n)?" tanya Seokjin sambil memakan Ramennya. "Kehadiran yeoja itu mengusik hidupku." Kata Yoongi tetap memakan makanannya tanpa memandang ke arah Jin. "Singkatnya, aku tidak suka dia." Lanjut pria yang suka tidur itu.

"Apa dia pernah membuatmu kesal?" Tanya Jin yang dibalas gelengan. "Lantas kenapa?"

"Kalau Hyung bisa menyukai seseorang tanpa alasan, aku juga bisa tidak menyukai seseorang tanpa alasan." Jawabnya tegas dan langsung mengunyah makanannya.

Sebenarnya Seokjin ingin bertanya lagi, tapi ia melihat aura gelap Yoongi yang mencekam. Usai menghabiskan makan siang, mereka kembali ke apartemen, tapi kemudian Jin memutuskan untuk datang ke villamu tanpa sepengetahuan yang lain.

"Yoongi memang seperti itu, aku tahu benar dia tidak mudah percaya dengan orang asing, tapi entah mengapa ucapannya tadi seakan menyimpan dendam tersembunyi.." gumam Seokjin sambil berjalan kaki ke villamu yang sudah kelihatan dari jauh.

Sekitar tujuh menit kemudian, pria yang dijuluki 'Mr. Worldwide Handsome' itu sudah berdiri di depan pintu. "(Y/n)-a! Ini aku si Tuan Tampan Kim!" Teriak Jin  memecah keheningan di siang menjelang sore hari itu. Kamu yang mendengar suara merdu seorang namja langsung berlari dan membukakannya pintu dengan senyuman lebar. "Tuan- maksudku Oppa!" Katamu senang.

Ia mengangkat tangan kanannya yang membawa gorengan yang lebih dikenal sebagai 'Twigim'. "Mau makan ini bersamaku?" Tanyanya dengan tatapan semanis madu. Kamu mengangguk cepat, "bagaimana kau tahu camilan favoritku? Heol, jangan-jangan kau seorang stalker, ya? Hahaha.." katamu sambil mengizinkan pria itu masuk dan duduk di sebuah sofa.

- ini adalah twigim :) -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- ini adalah twigim :) -

"Selain tampan, aku juga pandai mengerti isi hati seorang yeoja, apalagi kalau yeoja itu kamu." Katanya yang sudah berhasil membuat mukamu setengah merah. "Hentikan!! Selalu saja oppa menggodaku! Jangan membuatku berhayal bahwa pria tampan seperti oppa bisa menyukai yeoja cumi sepertiku.." katamu cepat dan langsung memakan twigim itu.

Dia tertawa. Tawanya yang khas seperti pengelap kaca. Kamu yang tidak tahan akan tawanya ikut tertawa juga. "Kenap-ha kamu keta-ha-wha?" Tanya Jin yang masih berusaha menghentikan tawanya. Kamu menggeleng tanda tidak tahu apa alasanmu, bedanya kau sudah berhenti tertawa. "Yak, oppa! Kau benar-benar mengejekku!"

Ia mengelap sudut matanya. Benar, ia tertawa sampai menangis. Sungguh menyebalkan.

"Haaaah.. kau mau tahu sesuatu? Pertama aku tidak menertawai ucapanmu, kedua ekspresimu begitu lucu, ketiga.. cumi? (Y/n)-ah, kau adalah yeoja yang cantik dan imut  bagaimana bisa kau mengatakan dirimu sendiri seekor cumi? Keempat, apakah salah jika aku benar menyukaimu? Kau boleh berhayal setinggi itu, aku mau mengabulkannya." Katanya menjelaskan satu per satu.

Mwo? Aku boleh berhayal dan dia mau mengabulkannya? W-what?!!

"Eh?" Itu reaksimu setelah mendengar jawaban panjang lebar Kim Seokjin. "Bisa di-jelas-kan..?" Tanyamu terbata. Seokjin menatapmu dalam dan tersenyum tajam. Euhm, senyuman ini bukan senyuman biasanya yang terlihat manis. Lebih tepatnya senyumannya kali ini sangat... sexy ( º﹃º ).

Intinya saat ini jantungmu berhenti berdetak, seakan jatuh kebawah dan.. begitulah.

"Aku mencium bau takdir disini. Apakah benar, kaulah takdirku, (y/n)-ssi?" Kata Seokjin membuatmu geli setengah mati. Kau tertawa keras tak mampu menahannya. "HEOL! Aku geli sekujur badan haHaHA!"

"Aku senang melihatmu senang. Sesimpel itu cara membuatku sen-- (y/n)-ssi? Ada apa dengan tanganmu? Kau habis kecelakaan?!" Seokjin tiba-tiba memasang wajah panik. "Ah.. itu ceritanya panjang... kecelakaan yang tidak lucu. Hehehe.." ia tidak mendengarmu dan berfokus pada tangan kirimu yang penuh balutan perban.

"Apa ini gara-gara Namjoon?" Tanyanya yang membuatmu batuk tiba-tiba. "Artinya iya?" Tanya pria itu lagi. "Kau tahu, belakangan ini Namjoon bersikap aneh dan menginginkanku untuk keluar rumah. Ini hanya asumsiku, tapi entah kenapa aku berpikir ada ulah Namjoon sehingga tanganmu jadi begini. Benarkah?"

"A-ah.. sepertinya.. begitu.." jawabmu pelan sekali.

Kau kaget melihat wajah manis Seokjin yang berubah menjadi tegas. Ia berdiri dan berkemas. "Mian, harusnya aku tahu lebih awal. Sepertinya kau harus istirahat lebih, (y/n). Aku akan mengurus bagianku. Jaga dirimu baik-baik, araji?" Tatapannya saat itu sangat berbeda. Seperti punya aura gelap yang tiba-tiba muncul.

"Ah.. de." Jawabmu yang sadar masih ditatap pria berumur 26 tahun itu.

Usai mendengar jawabanmu, ia pergi begitu cepat menyisakan ketegangan yang baru saja terjadi.

"Apa dia marah pada Joonie-oppa? Atau dia punya.. kepribadian ganda?"

🤔🤔🤔

Hayo, kira-kira Jin marah kenapa?

Apakah karena saya jarang update?🤣

Jinjja jinjja gomawo buat kalian semua yang setia membaca, menunggu, dan vote cerita ini😭💖

Xoxo, goldenpretzel🎶

Forevours (Jin X You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang