Betapa terkejutnya aku saat mendapati pesan dari akun itu pada akun Taehyung. Pria ini sungguh tak ngeindahkan peringatanku untuk tidak terlibat.
"Aku punya alasanku sendiri. Jadi, jangan katakan kalau ini kalau itu. Aku hanya-"
"Terserah..." ucapku.
Aku menyerah. Terserah. Aku tak perduli lagi. Jika sesuatu terjadi padanya... ya sudah, dia yang memilih untuk masuk dalam pusaran ini. Kalau sesuatu terjadi padanya... maka... Ah, sial! Kenapa aku begitu khawatir?!
"Kau... tidak marah?"
Dia menatapku heran. Merasa aneh karena kali ini aku hanya melemparkan 'terserah'. Tidak lebih. Tidak ada perlawanan lain.
"Kau mau aku memarahimu?"
"T-tidak... bukan begitu."
"Jalankan mobilnya. Kita kembali ke kantor sekarang."
"O-okay..."
Dia memutar kunci mobil yang masih tertancap pada tempatnya. Suara erangan mesin mobil mulai memenuhi pendengaranku. Mobil ini kembali bergerak melaju. Membawa kami kembali ke tempat dimana kami seharusnya berada.
***
"Bagaimana? Ada lagi yang kalian temukan?"
Begitu sampai Jungkook langsung menyambut kami dengan pertanyaan yang tak bisa langsung kami jawab.
"Diary? CD?" tanya Yeri.
Aku hanya mengangguk. Terlalu lelah walau hanya untuk sedekar menjawab 'ya'.
"Kami... tetap tidak boleh lihat ya?"
Aku kembali mengangguk.
"Bagaimana hasil penyelidikan kasus Bogum? Sudah menemukan titik terang?"
Bagus.
Taehyung mewakiliku untuk menanyakan itu pada mereka. Tadinya aku ingin menanyakannya sendiri, tapi... seperti yang kubilang tadi, aku lelah..."Kami masih mencari tau orang berseragam polisi itu. Dan belum membuahkan hasil." Yeri mengakhiri penjelasannya dengan hembusan nafas berat.
"Kita bisa bicarakan ini di kantin, aku sudah melewatkan makan siangku sejak 2 jam yang lalu-akh! Yah!!"
"Jeon Jungkook, sudah ku bilang jangan sampai telat makan!"
Dua orang ini. Entah apa sebutan yang tepat untuk mereka. Sepasang kekasih bukan, sekedar teman juga bukan. Yeri dan Jungkook memang... sudah lah...
"Kalian duluan saja, aku mau meletakan ini dulu di kantorku." Kataku sambil memperlihatkan kotak putih lusuh yang sedari tadi kubawa.
Mereka semua menurut dan satu persatu berjalan melewatiku. Kecuali...
Oh Sehun.
Saat aku hendak melangkah dia mencekal tanganku. Dia mendekat, tubuhnya yang tinggi menjulang berdiri sangat dekat tepat di hadapanku. Mengharuskanku mengangkat kepala sedikit lebih tinggi hanya untuk menatapnya.
"Sekarang kau percaya kalau aku bukan pelakunya kan?"
Boleh aku jujur?
Aku... sungguh tak tau harus menjawab apa."Kim Sohyun..."
"Aku tidak tau."
Dia menarikku semakin mendekat. Membuat ujung sepatuku tak sengaja menginjak ujung kakinya.
"Kau masih mencurigaiku?"
"Kenapa kau begitu bersikeras memintaku untuk percaya padamu?"
"Jangan memutar pembicaraan, jawab saja pertanyaanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
inVsible
Fiksi Penggemar"Ikuti aturannya, dan kau akan tau apa yang terjadi. Bagaimana? Apa? Kapan? Dimana? dan, Kenapa? Semua itu akan terjawab. Jika kau melanggar, aku akan memberimu kejutan kecil. Jangan tanya kejutan apa. Tunggu, dan lihat apa yang kukirimkan untukm...