Rumah Tanggaku Rusak, karena Teman Sendiri

7.5K 358 2
                                    


Aku berbalik dan melirik Sinta tajam. Mereka malah tertawa sambil berlalu. Jantungku berdebar makin kencang. Aku melangkah perlahan sambil membetulkan penampilan. Tanganku rasanya dingin. Aku duduk berhadapan dengan Reza.
Suasana malam yang dingin membuat jantungku semakin tak karuan. Tanganku yang berada di atas meja tiba-tiba digenggam oleh Reza.

Aku refleks menarik tanganku. Jantungku berdebar semakin kencang. Rasanya pipiku ingin meledak. Reza tersenyum manis, yah sangat manis. Rona wajahnya terlihat sangat lembut dan menghanyutkan.

Aku mengalihkan perhatian. Aku bangkit dan duduk di dekat perapian sisa barbeque tadi. Kini Reza duduk di sampingku dengan jarak beberapa sentimeter. Aku terus memasukkan kayu, berencana membuat api unggun. Karena cuaca malam ini memang sangat dingin.

Reza membuka jaketnya. Lalu memberikannya padaku. "Pakailah ini. Aku tak ingin kau sakit karena kedinginan."

"Aah, tidak usah. Aku akan ambil di dalam." Aku menolak.

"Pakailah, ini baru. Masih wangi kok," ucap Reza. Seraya menyodorkan jaketnya.

Akhirnya aku menerima tawaran Reza. Aah nyaman sekali jaket ini. Dan betul sangat harum. Lama kami saling diam. Seperti anak remaja yang baru pertama kali bertemu. Debaran-debaran dalam hati rasanya membuatku ingin melayang tinggi ke angkasa. Reza terus saja memberikan senyuman manisnya. Berulang kali dia memergoki aku menatap dirinya.

"Nindi!" Panggil Reza.

"Iyah," ujarku kilat.

"Bagaimana perceraianmu?" tanya Reza. Tangannya terus membetulkan api unggun yang kami buat.

"Alhamdulillah, lancar. Sinta dan suaminya membantu," jawabku.

"Syukurlah. Aku senang mendengarnya," balas Reza dengan senyuman.

"Apa kau sudah makan?" tanyaku.

"Sudah, aku sudah makan tadi," balas Reza.

"Aarrggg Nindi! Pertanyaan bodoh apa itu," gumamku dalam hati.

Aku tersenyum. "He ... he ... he ... kukira belum," ucapku.

"Apa kau lapar?" tanya Reza. Kini dia menatapku.

"Aah ... nggak. Aku nggak lapar kok," balasku. Tangaku memutar-mutar kayu yang ada di sampingku.

Suasana ini sangat romantis. Aku belum pernah merasakan hal seromantis ini selama hidupku. Aku bahagia bertemu dengan Reza. Aku berharap dia selalu ada di sisiku dan Ais. Yaah aku berharap itu.

"Nin ...." Panggil Reza lagi.

"Iya, Reza," jawabku.

"Kamu nggak ada yang mau ditanyakan gitu?" ucap Reza.

"Hmm ... " Aku mendehem.

"Jangan hanya hmm ... tanyakanlah semua yang ingin kau tahu," ucapnya.

"Kau sudah menikah?" tanyaku.

Lama Reza terdiam membisu. Seakan diwajahnya terlihat kesedihan yang sangat dalam. "Sudah. Aku sudah menikah dan punya anak. Anak kembar, Nindi."
Sekarang giliran aku yang terdiam. Kaget, sesak dan kecewa. Mendengar itu rasanya semua yang kupikirkan tadi ikut terbakar bersama kayu yang ada di hadapanku.  Aku tak ingin merusak rumah tangga mereka. Karena aku tahu rasanya seperti apa. Aku kembali mengalihkan pembicaraan.

"Lalu Sofia?" tanyaku serius.

"Sofia? Kenapa dengan wanita itu!?" tanya Reza sinis.

"Yah, kemarin kau tak sempat menjelaskan tentang Sofia bukan? Maka kali ini aku ingin tahu, Reza," kataku. Sambil memasukkan potongan kayu ke dalam api.

Rumah Tanggaku Rusak, karena Teman SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang