09.09.2019

49 5 0
                                    

Aku berdiri di depan lab komputer degan Dia, ketua dari jurusan komputer akselarasi, sekaligus pemilik Intellegent High school yang menerima siswa berkemampuan unik dari seluruh penjuru dunia. Memberi kelas akselarasi yang dilakukan melalui undangan khusus tanpa Test. Selanjutnya adalah kelas reguler yang diisi anak orang elite, ah bukan elite apapun itu namanya adalah kalangan yang memiliki kepentingan tentang sebuah misi rahasia yang tentu mengetahui sekolah rahasia ini.

Sekolah ini menyediakan asrama bagi seluruh siswa. Kecuali aku dan Leon. Tidak adil memang karena Leon adalah pacarku, dan dia adalah pemilik sekolah yang artinya kami menjadi kebal hukum. Bahkan seluruh guru diwajibkan tinggal di asrama tanpa keluarga. Hal ini menjadi konsekuensi mereka yang telah bersusah payah menjadi bagian dari intelegent high school. Pengabdian, begitulah yang bisa mewakili mereka yang benar-benar berharap bisa mengajar di sekolah rahasia yang memiliki siswa yang memiliki kemampuan luar biasa.

Leon, lelaki berwajah pucat itu membuka pintu lab dengan deteksi wajah dan retina matanya. Seluruh area lab hanya dapat diakses oleh guru pengajar dan ketua jurusan atau ketua ekskul yang bersangkutan. Namun Leon memiliki akses semuanya karena pada dasarnya dialah yang membuat sandi keamanan untuk semuanya.

Setelah pintu ruangan terbuka terlihat seperti ruang lab komputer biasa. Dengan 15 komputer yang berjajar rapi. Sesuai jumlah siswa dalam 1 kelas.

Leon mengambil sesuatu di dalam sakunya. Sebuah kacamata khusus, katanya. Lalu terlihat sebuah benda kecil berbentuk silinder yang memiliki banyak huruf berwarna perak, kryptex?

Dia menggabungkan sebuah huruf yang aku tidak bisa melihatnya karena sangat kecil. Kemudian dinding di depan kami terbuka. Seperti sebuah pintu otomatis yang bergeser membelah ruangan. Lantai berukuran seluas lab komputer menyambutku, kosong. Hanya ada 1 komputer besar yang memenuhi dinding yang kini dipandangi oleh kekasihku.

"Apa yang kamu lakukan, Leon?" Aku berdiri di belakangnya.

"Mengubah sistem, mematikan seluruh akses jaringan. Seluruh siswa tidak dapat memberi kabar di luar sekolah. Sehingga berita ini tidak akan menyebar. Mengecek data siswa untuk memastikan seluruh data bersih dari foto kematian Madam Nelson. Kemudian mengalihkan seluruh situs media sosial ke dalam aplikasi bayangan yang dibuat sekolah. Serta duplikasi search engine yang hanya mengakses berita dan informasi yang diizinkan sekolah,"
jawabnya serius dengan terus menggeser touch screen lebar yang berada di depannya.

"Sekolah kita memiliki sistem secanggih itu?"

"Aku yang memilih seluruh siswa di sini. Mereka adalah orang yang unik, yang memiliki kemampuan lain dari pada yang lain. Tidak heran jika bisa saja mereka adalah orang yang berbahaya. Maka dari itu sistem keamanan apapun harus jauh lebih unik daripada siswanya sendiri."

Perkataan Leon, membuatku mengingat perkataan kepala sekolah tentang mencari tahu siapa diriku, tentu saja aku tidak memiliki keunikan apapun. Bahkan saat ini aku adalah siswa ranking terakhir di kelas akselerasi. Dengan nilai paling rendah di seluruh sekolah. Memalukan.

"Kenapa kamu memilihku, Leon?"

"Hmmmm?" Ia mendongakkan wajahnya, tidak begitu kaget dengan pertanyaanku yang tiba-tiba, namun justru ia bingung akan jawabannya.

"Mungkin... Karena aku sayang kamu?"

Sesaat dia menghentikan kesibukannya, layar monitor yang sekarang sudah tidak lagi bergerak seperti semut. Dia memandangku sejenak. Aku tersenyum sedikit. Tidak tersentuh dengan kata-katanya. Tidak seperti sebelum-sebelumnya. Namun aku memeluknya dari belakang. Dia memiringkan wajahnya dan mencium pipiku lembut.

"Isshhh, kamu tidak bisa menjadi pria romantis, hah?"

"Hahaha, Ah! Aku akan berusaha."

"Meskipun aku tidak memiliki kelebihan, kamu tetap memilihku?"
tanyaku lagi.

Leyl The WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang