RIP

2 1 0
                                    

Pov Kimberly

08 : 40 pm

Telepon Naomi terus bergetar. Namun ia masih kekeuh menunggu jawaban Anderson.

Aku setuju dengan pernyataan sekaligus pertanyaan Naomi. Bahwa Anderson justru orang yang paling tidak terpikirkan hanya karena ia tidak pernah ada di antara kami, tapi dia justru yang mengatur kami.

Aku pun cukup penasaran dengan jawaban kepala sekolah itu, namun kenapa tak ia jawab.

"Silakan angkat ponselmu lebih dulu," jawabnya setelah terus memperhatikan Naomi yang menggenggam ponselnya.

"Kenapa?" tanyanya lagi.

"Aku yakin panggilan itu lebih penting Naomi," jawabnya kali ini ia tanggap lebih cepat.

"Tapi kenapa hari ini anda meminta kami berkumpul jam segini, sementara kita tahu bahwa kita tidak punya waktu karena korban selanjutnya akan dimulai pukul sembilan?" jawab Naomi yang kali ini terlihat panik.

"Saya butuh jawaban Anda segera, Professor Anderson. Please. Hanya untuk memastikan aku salah," lanjutnya memohon.

"Aku cukup sibuk Naomi, aku tidak hanya mengurus sekoalah. Dan aku tidak punya waktu untuk melakukan hal kotor seperti itu," jawabnya segera.

Naomi sedikit menghela nafas ia melihat ponselnya dan sayangnya panggilan itu telah berakhir.

Kini ponsel Leon yang justru berbunyi. Leon segera mengangkatnya. Dan terdengar suara Charyl san Carrol yang panik disertai teriakan Emma.

Naomi segera berlari tanpa permisi, termasuk kami, kami hanya memandang kepala sekolah itu sejenak lalu memperhatikan bahwa ia mengangguk tanda mengerti bahwa kita akan segera pergi.

Kami berlari menuju ruang Autopsi dimana Charyl dan Carrol telah ditugaskan memeriksa Emma sekaligus menjaganya.

Naomi berlari lebih cepat dari kami, dia pasti lebih khawatir terlebih semalam bahkan ia berusaha menjaga Mrs. Emma. Lagipula kenapa dia yang harus ikut rapat? Kenapa bukan dia saja yang menjaga dan memeriksa Mrs. Emma?

Apa hanya karena ingin menanyakan hal itu? Dan lagi rapat malam ini juga tak menghasilkan apapun. Lihat, pada akhirnya kami bubar jalan hanya karena 1 panggilan mendesak. Rapat ini percuma, seperti hanya untuk mengalihkan perhatian sebelum pembunuh itu melakukan aksinya. Dan nyatanya Naomi tak mendapatkan jawaban apa yang ia pertangakan.

Ahhhh. Sial! Kenapa aku justru berpihak padanya. Dia menjadi salah satu orang yang aku curigai. Anak yang tidak bisa berempati, berhati dingin dengan IQ yang cukup tinggi. Bukankah itu yang biasanya menjadi ciri. Psikopat. Mungkin saja dia datang untuk mengelabui kami. Dia pasti sudah merencakannya. Atau mungkin dia punya teman kerja sama? Siapa?

08.50 am

Waktunya sudah sangat mepet, kami masuk elevator bersama. Termasuk Delyna ia juga ikut panik bersama. Sedikit aneh, kami selalu dengan pikiran yang berbeda. Namun kaki kita melangkah di tempat dan tujuan yang sama. Meski begitu aku yakin kami saling mencurigai satu sama lain. Memang inilah yang diinginkan pembunuhnya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Delyna di sela kepanikannya.

"Apakah kau selalu begini, ini adalah kedua kalinya kita panik seperti ini bukan? Cukup langkahkan kakimu, jangan banyak nanya," ucap Leon kesal.

"Leon, jaga ucapanmu," pintaku kemudian. Aku tak ingin mereka berdebat. Aku hanya merasa kegagalan kami menyelamatkan Jack David adalah karena keributan yang mereka buat. Jika saja mereka tak membuang waktu, mungkin setidaknya kita bisa melihat pembunuhnya kapan dan dimana Jack David sebelumnya. Karena bagaimanapun lokasinya berubah dan tidak sesuai dengan yang dibuku. Apakah ceritanya juga berubah? Apakah di buku itu juga mengecoh? Ah sial! Di mana buku itu?

Leyl The WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang