Tersangka

1 0 0
                                    

23 jam setelah kepergian Emma membuat mereka tampak tak berdaya. Namun Delyna semakin panik karena tahu ia adalah korban selanjutnya.

Ia segera bersiap dan menuju ruang autopsi itu lagi. Ia membuka pintu dan melihat si kembar yang tertidur di bangku.

"Apa yang kalian lakukan selama ini hah? Aku memintamu untuk mengecek kamar Angeline Rose apa yang kalian lakukan? Apa kalian semua yang melakukan ini? Apa kalian sengaja membiarkannya supaya aku bisa menjadi korban selanjutnya hah? Sial!"

Delyna meremas wajahnya dengan tangan kanannya ia terlihat cukup frustasi.

Gadis kembar itu terbangun karena kaget mendengarnya. Mereka masih linglung untuk menjawab pertanyaan dari detektif muda berusia 20 tahun itu.

"Dimana Naomi?"

"Aku sudah mengecek semuanya." Naomi datang ia membawa sebuah buku, berjudul Leyl the Writer.

"Mereka juga sudah bekerja keras, jadi kumohon jangan menghinanya," lanjutnya seperti biasa dengan nada juteknya.

"Kenapa kamu berikap baik hati, apa kamu juga akan mati, hah?" ledek Delyna menghilangkan rasa stressnya.

"Aku tidak masuk ke daftar sempurna itu. Kau tahu kan, bahwa korbannya ada lima. Pembunuh mengoleksi kuku jari itu, telunjuk, jari tengah, jari manis, kelingking dan terakhir pasti jempol. Aku sarankan kau memotong kukumu, Detektif" ucap Naomi santai seraya memandang jari-jari Delyna yang dihiasi Nail art berwarna hitam yang cocok dengannya.

Delyna memadangnya kesal, ia menarik nafas lalu melirik ke sebuah buku yang dibawa Naomi.

"Apa yang kamu bawa."

"Petunjuk. Namun setiap halaman terakhir selalu hilang. Dan lagi buku ini tidak menjelaskan apakah kamu akan selamat atau tidak, juga tidak bisa menjelaskan siapa pembunuh sebenarnya. Oleh karena itu tidak ada waktu untuk membaca buku ini. Namun dari bab terakhir yang aku baca tepat di jam ini aku akan mengatakan apa yang telah aku temukan," jawabnya, ia menjeda kalimatnya seraya membuka buku di bab yang akan dia baca.

" yang pertama TKP pembunuhan pertama berada di kamarnya, lalu ia memindahkan korban dengan brankar dan meletekannya di depan kelas. Aku menemukan DNA dari tetesan darah yang sama di spreinya, dan DNA lain itu cocok dengan darah Angeline Rose. Lalu di kamar Angeline..." ia sedikit menyunggingkan bibirnya yang terlihat seperti senyum malas, "bekas sperma Jack. Hahaha. Bukan sesuatu yang mengejutkan karena dia berniat memperkosa Angeline sebelumnya. Lalu Jack David, di tangannya terdapat lipstik Mrs Emma. Sepertinya ia sengaja membekam mulut Emma saat itu. Ini sedikit sulit untuk menemukan pembunuh sesungguhnya jika saja mereka saling membunuh dan dibunuh secara berurutan dan artinya yang terakhir adalah kau yang membunuh Mrs Emma."

"Hahaha, kau terus memojokkanku sampai akhir, hah? Dengar aku tidak memiliki banyak waktu." Delyna merebut buku itu dan membuka halaman paling akhir di buku itu.

Naomi terdiam

"What? Kamu menemukan petunjuk lain yang kamu sembunyikan hah? Hanya karena Leon kamu bertindak tak jujur?"

Plak!

Naomi terdiam setelah tamparan itu mendarat di pipinya hingga membuat rona merah di sana.

"Katakan, apa yang kau temukan hah? Katakan!" Ia mengguncang-guncangkan tubuh Naomi yang masih terdiam.

"Kertas itu hanya memiliki 1 sidik jari dan itu cocok dengan milik Kimberly, aku meminta Leon untuk mengecek kembali tulisan tangan itu dengan teknologi IA, yang telah ia ciptakan untuk mengenali jenis tulisan itu, dan itu cocok dengan data yang ditulis Kimberly. Namun kami berdua percaya bukan dia pelakunya."

"Kalian? Naomi, Aku tahu, Kimberly adalah orang yang kamu benci sementara Leon dia adalah orang yang kamu cintai kan? Kalian jelas-jelas rival. Dan kamu tak bisa menutupi kebohonganmu, bahwa kamu yakin pelakunya adalah Kimberly."

"Kamu!" jawab Naomi yang membuat Delyna terkejut.

"Hah?"

"Pelakunya adalah kamu!"

"What? Hah," ia sedikit menyunggingkan senyum tak percaya hingga perlahan senyumnya menjadi pekikan tawa.

"Semua yang tertulis di sini mengarah padamu. Bagaimana kamu membunuh mereka, dan aku akan membuktikan itu. Kamu harus membaca halaman selanjutnya maka kamu akan tahu bahwa kamu adalah pembunuhnya."

"Apa maksudmu?" tanyanya heran. "Apa kau terkecoh pada petunjuk seperti itu? Bukti sudah mengarah kuat pada Kimberly!''

"Kamu adalah mantan detektif, kamu pasti tahu juga cara menangani berbagai kasus dan bagaimana pembunuh menutup-nutupi kasusnya. Kamu bahkan tahu caranya mengambil barang bukti tanpa meninggalkan sidik jari. Hal ini bisa saja dilakukan olehmu untuk memasukan kertas itu. Bagiku detektif adalah kamuflase dari pembunuh itu sendiri. Keduanya sama-sama orang yang terlibat dalam pembunuhan, hanya orang yang bersembunyi yang mengetahui tempat persembunyiannya. Pembunuh dan detektif seperti sebuah permainan Petak Umpet, kau mengetahui persembunyian orang lain dan bisa saja kau mengikuti jejaknya, melakukan persembunyian di tempatnya dulu bersembunyi."

Naomi mendenguskan nafasnya.

Detektif muda itu tak percaya, ia segera berlari untuk menuju ruangan Kimberly. Naomi mengejarnya.

Delyna mengetuk pintu kamar Kimberly. Kimberly terlihat kaget melihat buku yang dicarinya ada di tangan Delyna.

"Buku itu?"

"Kau tahu buku ini?" tanya Delyna.

"Ah... aku..." jawab Kimberly terbata.

"Bagus. Aku akan menangkapmu sementara, Kim." ucap Delyna seraya memberikan borgol pada kekasih Leon itu. Leon yang melihat berusaha menepis tapi Delyna terus menyeretnya.

Leon berusaha mengejarnya terlebih karena teriakan kimberly yang didengarnya.

Naomi memegang tangannya, berusaha mencegah Leon untuk mengejarnya.

"Aku tahu siapa pembunuhnya." Ungkap Leon, dengan tatapan tajamnya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Leyl The WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang