31 Ingatan...

28.3K 1.2K 46
                                    

Azzam pov.

Wajah manis itu kini menatap ku dengan tatapan polosnya, seakan bertanya ada apa?. Aku menggeleng sebagai jawaban.

Aku cukup terkejut saat tangannya tiba-tiba berada di wajahku. Dapat kurasakan dengan jelas, tangan halusnya yang mengelus rahang ku. Tak tahu kenapa aku sangat menyukai tindakannya itu. Jantungku kini ikut bereaksi karena sentuhannya. Sebisa mungkin ku tahan rasa yang kian membuncah dalam diriku, saat matanya kembali menatap ku dengan tatapan polosnya.

Sekarang ia memposisikan dirinya menjadi duduk dengan menghadap kearah ku. Tak bisa ku pungkiri kalau sekarang dia kelihatan semakin lucu dengan muka bangun tidurnya.

"Mas, kenapa tidak bangunin Killa sih." ucap nya cemberut setelah melihat jam yang menggantung diatas dinding kamar.

"Mas gak tega. Kamu kelihatan nyenyak banget tidurnya." ujarku jujur apa adanya.

Karena suatu pondasi sebuah hubungan itu, adalah kejujuran dan saling percaya. Buat apa suatu hubungan tanpa ada rasa kejujuran dan saling percaya. Yang ada hubungan itu akan kandas ditengah jalan. Dan aku tak ingin seperti itu. Cukup satu kali seumur hidup. Menjalin suatu hubungan sampai janah Nya. Insya Allah.

"Mm mandi gih setelah itu kita jalan-jalan. Mas tunggu di depan ya" ucapku setelah itu meninggalkan nya.

***

Diruang tamu masih terdapat abi, umi, dan bang Fadli. Sedangkan kak Fina memutuskan ke kamar untuk istirahat. Maklum ia sedang hamil muda, dan aku dengar kandungannya juga rentang akan keguguran. Jadi bang Fadli selalu mewanti-wanti agar kak Fina tidak kecapaian.

Ku hampiri mereka yang terlihat sedang asik mengobrol kan sesuatu. Kini aku ikut-ikutan bergabung dengan mereka.

Aku memilih duduk di sebelah abi, sambil mendengarkan mereka yang sedang mengobrol, dan sesekali aku tanggapi. Semakin lama kami pun terhanyut dalam obrolan simpel yang mampu menghangatkan keluarga kami.

"Assalammualaikum" suara lembut saat mengucapkan salam itu terdengar oleh telinga ku. Dan aku sangat paham betul siapa pemilik suara itu.

"Waalaikum salam" jawab kami semua. Aku menatap sosok cantik yang berdiri tak jauh dari kami. Ku tatap lekat-lekat dirinya, seakan tak mau kulewatkan sedikit pun. Tak tahu kenapa aku selalu ingin menatapnya terus-menurus. Seakan dirinya itu bagaikan candu ku.

"Mm... Maaf umi, pak kyai, apa boleh Killa ikut bergabung?" pertannyaan polos itu keluar dari mulutnya. Jujur saja saat ini aku ingin sekali tertawa melihat tingkah polosnya itu.

Kulihat umi, dan abi tersenyum kemudian mengangguk."sini duduk disamping umi" ujar umi,
Yang diangguki Killa.

"Maaf umi, pak kyai Killa ma-" belum sempat ia melanjutkan ucapannya. Abi terlebih dahulu memotongnya.

"Panggil Abi saja nak" Killa mengangguk mengerti. Kemudian ia kembali melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda.

"Maaf umi, abi. Killa mau menagih janji kepada mas Azzam" ujarnya sambil menatap ku. Aku yang sedang dibicarakan mengernyit bingung. Janji? Janji apa ya?. Aku merasa tidak berbuat janji.

Kini abi dan umi menatap ku dengan tatapan bertannya. Bang Fadli pun sama halnya. Aku seakan menjadi seorang terdakwa yang sedang diadili dipengadilan.

"Emangnya Azzam ada janji apa sama kamu, nak?" tannya umi penasaran.

"Mas Azzam janji mau ngajak Killa jalan-jalan kesesuatu tempat umi. Apakah Killa boleh pergi berduaan dengan mas Azzam?"

Seketika bang Fadli yang berada disebelahku terlihat tengah menahan tawannya. Sedangkan abi dan umi hanya tersenyum. Aku menatap tajam kearah bang Fadli, yang tengah menertawakan istri ku. Dia yang kutatap hanya menyengir kuda tanpa merasa bersalah.

***

Kini kami berada di perkebunan teh, tempat pertama kalinya aku bertemu dengan nya. Dan tempat pertama kali aku melihatnya menanggis pilu. Aku berjanji, tak akan membuatnnya menangis lagi, karena saat melihatnnya menangi diri ku merasakan sakit yang ia rasakan.

Kugenggam tangannya penuh cinta, kusalurkan rasa cinta ku lewat genggaman tangan itu yang terasa hangat dan nyaman.

"Mas.." panggilnya menatap ku. Aku pun menatap balik kearahnya.

"Emm..."

"Kamu inget ngak, sama tampat ini?, tempat pertama kalinya kita bertemu?" aku mengangguk sebagai jawaban.

"Bukan disini tempatnnya" kalimat itu tanpa sadar keluar dari mulut ku. Aku memilih menatap kupu-kupu yang terbang melintas didepanku tanpa menatap kearahnya. Sedangkan dia menatapku binggung.

"Maksudnya apa mas?" tannyanya penasaran.

"Hufttt... pertama kali kita bertemu bukan disini tempatnya" terangku kepadanya. Mungkin dia lupa akan kejadia waktu itu. Aku menatap raut wajahnya yang terlihat kebingungan.

"Ka-kalau bukan disini. Lalu dimana?" tannyanya penasaran, tak lupa wajahnya polosnya itu yang selalu membuatku ingin tertawa. Aku tersenyum kearahnya, ku elus kepalanya yang tertutup oleh hijab berwarna coklat, senada dengan bajunya.

"Emm...Yuk, nanti mas ceritain" ajaku sambil menggandeng tangannya.

"Tap-"

Ku ajak dia pergi ke suatu tempat yang pernah kami datangi sebelumnya. Sebuah curug atau bisa disebut air terjun yang tak jauh jaraknya dari perkebunan teh. Sengaja aku mengajaknya kesana, sesekali mengingat moment kita bersama waktu itu.

 Sengaja aku mengajaknya kesana, sesekali mengingat moment kita bersama waktu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia terlihat sangat bahagia saat kuajak kemari. Apalagi saat ia bermain air. Terlihat jelas kecantikannya bertambah berjuta kali lipat saat ia tersenyum bahagia. Tak menyia-nyiakan moment ini, ku ambil hp yang berada di saku celana lalu diam-diam aku mengabadika kencatikan itu.

"Mas, sini temani Killa mainan air" panggilnya. Aku hanya bisa tersenyum sambil menggeleng-ngelengkan kepala melihat tingkahnya seperti anak kecil.

Aku pun mau tidak mau menghampirinya. Saat aku mulai mendekatinya tiba-tiba saja aku langsung diserang menggunakan air olehnya, dan aku bales menyerangnya dengan senang hati. Kami terlarut akan permainan saling serang menyerang menggunakan air. Sampai-sampai baju yang kami kenakan sudah setengah basah karena terkena cipratan air.

Aku pun menyuruhnya untuk berhenti memainkan air. Dan kini kami duduk ditepian sungai, saling memandangi keindahan air terjun. Tak lama Killa bersuara.

"Mas..." panggilnya.

"Umm?" aku menatapnya hanggat.

"Katanya mau cerita?" ujarnya menatap ku dengan mata beningnya. Aku berdehem sebentar kemudian ku ceritakan semuannya, tanpa ada yang ku tutup-tutupi.
.
.
.
.
.
maaf baru bisa up date lagi. Semoga kalian suka

Jangan lupa saran sama votenya
Ya:)
Biar aku semangat buat lanjutin lagi sampai End!.

See you part selanjutnya

Salam
Istri sah zayn!

Halal Is My Way[TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang