36. Merasa bersalah

25.6K 1.1K 39
                                    

Suasana malam ini begitu dingin. Awalnya hanya grimis biasa kini hujan turun semakin lebat membasahi bagian bumi. Dan tak ada sedikit pun tanda-tanda orang berkeliaran diluar rumah, kecuali seorang gadis yang tengah berdiri didepan sebuah rumah minimalis sembari menahan hawa dingin yang menusuk sampai ketulang-tulang.

Dengan hanya berbekal payung dan jaket, ia memaksakan tubuhnya menerobos hujan hanya untuk menyelesaikan secepat mungkin permasalahan yang menganggu pikirannya semenjak kemarin. Rasa bersalah kini menyelimuti relung hatinya. Membuatnya selalu terbebani dengan perasaan itu.

Lilis menaruh payungnya diteras rumah pak kyai kemudian ia mengeratkan jaket pada tubuhnya saat angin malam menerpa kulitnya. Ya, perempuan itu adalah Lilis. Ia memaksakan datang kemari hanya untuk menyelesaikan permasalahan yang membuat hatinya secara tidak langsung merasa bersalah terhadap Killa - mantan majikan sekaligus temannya.

Tok...tok...

Lilis memberanikan diri untuk mengetuk pintu dengan perasaan campur aduk nya. Tak lama pintu itu terbuka dengan menampakan sosok laki-laki yang sudah ia anggap sebagai abangnya sendiri. Azzam muncul dibalik pintu itu kemudian disusul dengan Killa dibelakangnya.

"Lilis?..." Killa cukup terkejut melihat kedatangan Lilis ditengah hujan lebat.

"Mbak Ki-" belum sempat Lilis menyelesaikan ucapannya. Langsung Killa potong dengan perkataannya.

"Ayuk masuk di luar dingin" Killa menarik Lilis untuk masuk kedalam. Lilis hanya tersenyum menanggapi Killa.

Saat ini mereka bertiga duduk diruang tamu. Suasana terasa canggung diantara mereka bertiga. Hal tersebut membuat Lilis merasa gugup dan berpikir ulang. Apakah ia akan mengatakannya? Atau justru memilih bungkam.

Lilis terlihat membuang napas kasarnya kemudian ia memberanikan diri untuk menatap Killa dan Azzam.

"Hehehe... Sebelumnya Lilis minta maaf telah mengganggu waktu Mas Azzam dan Mbak Killa" Lilis tersenyum sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Iya aku maafkan" ucap Killa dengan cepat membuat Azzam meliriknya sekilas.

"Ada apa Lis?, ayo katakan. Gak mungkinkan kamu datang kesini ujan-ujan gak ada apa-apa" lanjut Killa sebari menekankan kata gak ada apa-apa.

Azzam menghela napas lelahnya melihat istrinya yang terlalu to the point dan terburu-buru. "Iya katakan saja Lis ke kami. Apa ada yang mengganggu pikiranmu? Mungkin kami bisa bantu." ujar Azzam, yang diberi anggukan oleh istrinya.

Lilis menundukkan kepalanya sembari meremas jari-jari tangannya. Tak lupa dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Lilis bungkam cukup lama membuat Killa dan Azzam menjadi penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Lilis nanti.

"Umm... Li-Lis minta maaf. Ini semua salah Lilis. Tolong maafkan Lilis Mas, Mba. Hiks..." kalimat itu lolos dari bibirnya disusul dengan lelehan air yang keluar dari matanya. Lilis menangis tersedu karena rasa bersalahnya.

Hal tersebut membuat Azzam dan Killa kebingungan. Killa bangkit dari duduknya kemudian ia pindah duduk disebelah Lilis.

"Lis kok malah nangis sih?. Coba cerita, aku gak akan marah kok" Killa mencoba untuk menenangkan Lilis sambil mengelus punggungnya.

"Ini salah aku, ini salah aku mbak, ini salah aku meminjamkan hp ke neneng. Jadi seperti ini hiks..." rancau Lilis sambil menangis.

"Tatap aku Lis!, jelasin pelan-pelan ok" Killa mengarahkan wajah Lilis supaya menatapnya. Kemudian ia mengusap air mata Lilis menggunakan tangannya.

Setelahnya,, Lilis pun menceritakan semuanya dari awal tanpa ada yang ditutup-tutupi. Dari mulai,, dirinya melihat Killa dan Azzam sedang bermesraan ditaman belakang rumah pak kyai sampai dirinya memfoto moment itu bertujuan untuk dikirimkan ke Killa namun saat itu dia baru keinget kalau kuotanya habis tadi pagi. Sehingga ia pun menunda untuk mengirim foto itu ke Killa.

Sampai Neneng salah satu teman Lilis mengajaknya jalan-jalan mencara spot foto dan kebetulan saat itu hp Neneng lowbet sehingga Neneng pun meminjam hp Lilis untuk berfoto-foto. Saat itulah  Neneng tak sengaja membuka galeri hp Lilis, saat ia melihat foto tersebut membuatnya seketika murka. karna kebetulan Neneng juga menyukai Azzam sedari dulu.

Setelah menceritakan semua itu Lilis merasa lega seakan tak ada lagi beban yang menimpa dadanya. Ia merasa beruntung memiliki majikan sekaligus teman yang mau memaafkannya.

****

Killa pov.

Saat sedang asik mengobrol dikamar kami berdua mendengar suara ketukan pintu dari luar rumah. Kami pun memutuskan untuk membukakan pintu itu. Aku cukup terkejut melihat kehadiran Lilis malam-malam gini, ditambah hujan yang semakin deras.

Aku pun langsung menyuruhnya masuk kedalam dan menanyakan maksud kedatangannya kemari? Gak mungkin kan dia datang kemari tanpa tujuan yang pasti?, keadaan hujan deras lagi!.

Awalnya aku tak menyangka saat Lilis menceritakan semuanya. Namun, mau bagaimana lagi? Ini semua sudah diatur oleh Allah SWT. Aku pun hanya bisa menerimanya dengan ikhlas dan memaafkannya.

Aku sih gak marah sama Lilis. Tapi... Gak tau kalau Azzam?, mungkin ia sedikit risih. 'Mungkin', karena privasinya diganggu. Ternyata, dugaan ku salah. Azzam terlihat biasa saja dan bisa memakluminya. Setelah permasalahan ini benar-benar clear dan tidak ada kesalah pahaman lagi. Lilis pun pamit pulang.

Setelah kepulangan Lilis aku kembali kekamar. Menghampiri Azzam yang tengah duduk di pinggir ranjang.

"Mas...?" pangil ku sambil melirik Azzam yang tengah sibuk mengetik sesuatu di Hp nya.

"Umm... Ada apa sayang" kini fokusnya teralihkan kearahku membuat aku tersenyum.

"Be-sok? Jadi?" ucap ku.

"Besok?..." Azzam mengerutkan dahinya terlihat seperti tengah berpikir sesuatu.

Masa dia lupa sih?! Besok kan acara resepsinya.--batin ku.

"Besok hari sabtu kan?" kata Azzam. Membuat ku menatapnya tak percaya.

Secepat ini kah kau lupa?. Tega sekali kau mas?! Apa aku tak penting lagi bagimu?--batin ku sedih.

"Masa kamu lupa sih?" ucap ku sendu serta agak sedikit kesal karena Azzam yang tak kunjung ingat. Setelah mengucapkan kalimat itu aku membuang muka kearah lain.

Terdengar helaan napas dari Azzam. Setelah itu ia pun menaruh Hp nya diatas nakas terlihat dari suara yang ditimbulkan.

"Besok ya?... Besok bukannya hari istimewa kita kan?" Aku kembali menatap Azzam yang juga tengah menatap ku sambil tersenyum. Hal tersebut mampu membuat senyuman terbit diwajah ku.

"Mas ngak akan lupa sama hari itu. Hari dimana mas bisa nunjukin kesemua orang bahwa kamu itu milikku, milik mas, milik Muhammad Azzam syafiqi" ujar Azzam sembali mengelus pucuk kepala ku lembut setelahnya ia pun menarik ku dalam pelukannya.

"Jadi-" Azzam melepas pelukannya kemudian menatap ku dengan tatapan hangatnya "ayok tidur udah malam" aku mengangguk.

Sekarang Azzam memposisikan dirinya diatas kasur. Kemudian ia menepuk bantal disebelahnya mengkode, supaya aku tidur disebelahnya. Kemudian kami pun tertidur dengan posisi Azzam yang selalu memeluk ku dalam tidurnya. Pelukannya begitu erat seakan menegaskan aku tidak boleh pergi kemana-mana.

Semoga kalian suka

Jangan lupa saran sama votenya
Ya:)
Biar aku semangat buat lanjutin lagi sampai End!.

Sekitar 2-3 part lagi End ya.

See you part selanjutnya

Salam
Istri sah zayn!

Halal Is My Way[TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang