Kejadian kemari,aku harap hilang tanpa berbekas dari otak boss super ganas pemilik perusahaan dimana aku berdiri seraya menengadah melihat lantai delapan belas yang super tinggi ini.
"ya tuhan tolonglah engkau hilangkan semua ingatan sibos bersamaku ya tuhan,terutama tentang perjanjian kampret yang dia ajukannya" ucapku dalam hati dan berjalan pelan menuju ruangan dimana tempatku mendekam selama beberapa tahun terakhir ini.
Yang seketika membuat kakiku rasanya tertancap pada bumi dan nafasku sesak,mata panas sesampai dimeja kubikelku. bukan, bukan mbak dewin dan mas brian serta riri yang berdiri dimeja kubikelku, melainkan barang barangku yang telah tersusun rapi didalam kartus terletak ditengah tengah meja,seketika akupun mengangkat wajahku agar air mataku tidak keluar
"bi" baru saja aku mendengar suara mbak dewin aku pun langsung mengangkat tanganku didepannya,yang membuat mbak dewin bungkam seketika
"ngak apa – apa mbak" ujarku bergetar" aku mau ketemu pak elang dulu" sambungku langsung berbalik menuju lift agar sampai dilantai delapan belas.
Didalam lift yang bisa aku lakukan hanya menarik nafas dan menghembusnya kembali, seperti itu berkali kali, jika ada orang yang naik bersamaku mungkin yang mereka kira aku pasti mau melahirkan,dan untuknya aku sendiri tanpa ada orang lain,mungkin orang orang itu sibuk,karna pada jam jam begini adalah jam jam super sibuk.
Sesampainya aku dilantai delapan belas,lantai keramat,lantai yang hanya bisa dinaiki oleh orang orang berjabat,orang orang yang memiliki stelan kerja super mewah,pokoknya lantai yang hanya bisa dinaiki oleh orang orang terkenal,dan sekarang ternodai oleh sepatu bututku yang haknya sudah mengelupas untuk kedua kalinya
"mbak mau kemana?" tanya seseorang yang berdiri dibelakangku,yang membuat aku berbalik.
"saya mau ketemu elang" ucapku tanpa embel embel bapak,toh aku bukan lagi karyawanya,aku mau ketemu dia untuk meyakinkan kalau aku ngak bakal mau jadi bininya yang tertera disurat berjanji yang elang berikan kemarin,ngak bakal mau,aku sama seperti perempuan lainnya,ingin punya laki yang hangat,baik,murah senyum,ramah, lah elang? Jangankan murah senyum,bicara aja ngak perna kalau itu bukan masalah pekerjaan,baik? Bicara sama dia yang diberi tatapan tajam kek pisau,tu tu orang ke itu dijadiin laki,males banget,ogah, ya walaupun masih banyak ewek cewek cantik yang mau sama orang sedingin dia,dan aku bisa jamin cewek cewek yang dekat sama tu orang pasti karena duit nye banyak,yakin aku tuh
Orang yang menyapa tadi mengangkat sebelah alisnya dan memperhatikan tampilanku dari atas sampai bawah dan dari bawah sampai atas.
"kenapa" tanyaku,risih juga diliat ke itu, mungkin karena aku panggil bosnya hanya pakai nama,kesetara gitu derajat aku sama dia, padahal sama cewek yang berdiri mempunyai rambut hitam tinggi semampai ini style ku kalah jauh,yang dia pakai barang brended semua,lah aku?barang pasar luak iya
"udah buat janji?" ujarnya seraya berjalan menuju meja didekat pintu masuk yang kemarin aku hempas dengan sekuat tenaga tetapi tidak pecah.
"hmm, udah kemarin sama mbak widya" jawabku bohong, yakali aku buat janji sama mbak widya punya no hape aja engak"dan kamu siapa?" nah keluar jugakan sifat kepo aku.
"sekretaris pak elang" jawabnya santai seraya mengatak atik tlepon kantor yang terletak dimejanya Kemudian meletakan ketelinganya.
"owh" jawabku santai tanpa ada minat menanyakan mbak widya lagi,padahal diotakku sudah tersusun soal soal pertanya yang sudah siap meluncur,sambil menunggu dia menelvon dengan mantan bos, aku pun mengalihkan tatapan mataku keseluruh penjuru ruangan ini, sudah setahun lebih aku menjadi karyawan disini, ini adalah kali pertama aku berdiri dikeramit yang bisa membuatku bercermin sakik bersihnya, tidak dihitung kejadian kemarin ya,soalnya kemarin aku ngak merhatiin setiap sudut tempat aku berdiri ini
KAMU SEDANG MEMBACA
the perfect boss
Teen Fiction" huekk, huek" muntah itu keluar begitu saja tanpa bisa dicegah,aku pun membersihkan bibirku dengan punggung tangan"tinggal dikit lagi samp" ucapanku terpotong karena melihat sosok dada pria yang berdiri didepanku dengan baju penuh dengan muntah ber...