Kota padang dikenal dengan masakkan rendangnya yang enak dan tempat wisatanya.
Sesampainya bianca dan elang di bandara internasional minang atau bim mereka langsung menuju tempat penyewaan mobil, mereka menyewa mobil untuk beberapa hari kedepan, dan rencananya mereka akan menginap disebuah hotel terlebih dahulu, karena tubuh mereka sudah letih karena perjalan jakarta padang juga cukup menyita tenaga,
" pak kita makan dulu ya? Laper" bianca yang semula anteng anteng disebelah elang yang sibuk dengan hapenya pun mulai merengek karna perutnya sudah mendrobak dobra mintak diisi.
Mendengar ucapan bianca, elang hanya menoleh sekilas dan melanjutkan kegiatannya, menganggap ucapan bianca hanya angin lalu.
"pak, perut saya laper loh, kalau saya pingsan gimana?"
"saya ngelindingi kamu kejalan,kamu ngak liat kita dimana?" jawabnya ketus, sontak bianca melihat jalan yang mereka lalui, mereka berada dibukit yang gelap dan minim pencahayaan, yang ada hanya pencahayaan dari lampu mobil mereka tapi jika dipandang kebawah, indah,banyak lampu dari kapal laut dan rumah rumah orang yang berada dibawah bukit
Bianca merapatkan dirinya pada elang ngeri juga kalau liat jalan gelap gelapan kayak gini rasa rasanya ada aja yang berdiri ditepi jalan pakai baju putih
Elang yang melihat kelakuan bianca menyeringitkan jidatnya.
"kenapa kamu dekat dekat, jauhan dikit"
"takut tau pak," jawab bianca seraya menampilkan wajah polosnya
"jauhan"
"ngak pak, saya takut"
" apa yang kamu takutin? Didalam mobil juga, jauhan" ujarnya dengan nada super datar.
"apa sih pak, ngak dekat jugakan, masih ada jaraknya juga tuh" jawab bianca seraya menunjuk tempat duduk mereka yang hanya terpisah satu jangkal.
Elang hanya melirik sebentar lalu memutar matanya, jauhan dari mana? Lengannya aja bergesekan, dasar cewek sinting
Supir yang membawa mereka hanya senyum senyum melihat kelakuan bianca dari kaca mobil.
"fokus nyetir pak" ujar elang yang dibalas anggukan oleh pak supir, tapi sayangnya elang tidak melihat kearahnya dia malah asik memandangi benda persegi empat ditangannya.
bianca merasa ia memang ditakdirkan untuk selalu menderita,sudah pergi sama orang kaya dengan dompet tebal ia masih saja merasa kelaparan, sungguh tuhan memang tidak perna memihak kepadanya.
Perut lapar yang sedari tadi bianca tahan sudah berklaborasi dengan mata yang sudah mulai memberat, tapi itu bisa disebut dengan keberuntungan karna bila lapar bisa diganjel dengan tidur,benar ngak tuh?
Bianca pun mencari posisi tidur yang nyaman,tapi semua bentuk sudah ia coba, dari menyandar kekaca, tidur dengan tangan dilipat, menghadap kearah elang, sebuahnya gagal.
Bianca pun pasrah, nyaman ngak nyaman yang penting tidur, bianca pun mulai memejamkan matanya, tak butuh berapa menit bianca sudah berlayar kealam mimpi yang lebih indah dari alamnya nyatanya.
***
"tuk tuk tuk" sudah beberapa kali kepala bianca terantuk kekaca mobil, yang membuat kosentrasi elang yang sedang membaca email dari sekretarisnya widya buyar.
Elang memandang bianca sambil geleng geleng kepala" dasar kebo" ujarnya dalam hati dan kembali membuka hapenya, tapi baru saja ia mengeser layar hapenya, hape nya langsung jatuh kebawah tempat duduknya disebabkan oleh bianca yang sudah meletakan kepalanya paha elang yang membuat elang melongong.
KAMU SEDANG MEMBACA
the perfect boss
Teen Fiction" huekk, huek" muntah itu keluar begitu saja tanpa bisa dicegah,aku pun membersihkan bibirku dengan punggung tangan"tinggal dikit lagi samp" ucapanku terpotong karena melihat sosok dada pria yang berdiri didepanku dengan baju penuh dengan muntah ber...