Bianca berdiri digedung yang tinggi,tapi tidak setinggi gedung calon lakinya, setelah melewati jalan yang super duper lika liku berbelok belok kek kehidupan bianca yang ngak perna lurus lurusnya, akhirnya bianca berdiri didalam gedung penginapan yang biasa disebut hotel.
Bianca melusuri semua sudut ruangan yang lebar kali tinggi itu dengan tatapan kagum, sedangkan elang sibuk dengan perempuan yang berdiri didepannya yang hanya dibatasi meja semen setinggi dada.
" pak, bapak tau ngak" ujar bianca, mereka sedang berada dikotak besi yang akan membawa mereka kekamar yang sudah dipesan elang.
" ngak" ujar elang datar yang langsung membuat bianca cemberut.
"aku tu dulu sering banget lewat depan hotel ini, dan berkhayal kalau aku bakal jadi salah satu pelanggan disini, dilihat dari luar kalau siang ya pak, hotel ini tu cantik banget elengan bersih, sampai sampai aku hafal jalan kehotel ini" cerita bianca tanpa memperdulikan elang yang sudah menampilkan ekspresi bosan.
Setelah mesin kotak itu terbuka elang langsung melangkah keluar meninggalkan bianca yang sedang bercermin kekotak besi itu
"norak" fikir elang.
" pak, kok aku ditinggal " teriak bianca seraya mengejar elang dengan berlari lari kecil.
"nih" ujar elang sambil menyodorkan kunci kamar, yang disambut ragu ragu oleh bianca
"bukannya kita sekamar pak" ujar bianca polos.
Hening, tidak ada yang bersuara, lorong yang mereka tempati sekarang sangat sangat sepi, hanya mereka berdua yang bernafas diruangan itu, sehingga membuat perkataan bianca sangat jelas saat masuk kegendang telinga elang,
Setelah tersadar dengan perkataanya bianca langsung membuang muka dan mengigit bibir bawahnya sambil merutuk didalam ati
"bodoh bodoh"
" kapan kapan" jawab elang dan langsung masuk kekamar yang bernomor 404
"kamu tuh ya bir, aku tau dia itu tampan, tapi kamu bikin harga diri aku jatoh tau ngak" gerutu bianca sambil menepuk nepuk bibirnya dengan kasar, lalu membuka pintu didepannya yang tertulis 403 lalu menghempaskan dengan keras, mungkin menghempaskan pintu bakal jadi kegiatan favoritnya,
Dirasa puas menyalurkan kekesalanya dengan mengacak ngacak kamar yang baru saja bianca tempati, bianca memilih untuk mandi agar kekesalan akibat salah bicara tadi pergi bersama keringatnya.
Sekitar dua puluh menit bianca berendam ia pun bangkit lalu menyambar handuk yang berada didekatnya lalu berjalan menuju tempat tidur dan mengobrak abrik koper yang berisi baju baju jadulnya, dan pilihanya jatuh pada kandidat baju tidur berwarna kuning telur, setelah berpakaian bianca pun membanting dirinya pada kasur empuk yang berada didalam kamar tersebut dan meraih ponselnya ,lalu berselancar didunia maya, dari membuka chat wa yang kosong melompong berpinda pada istagram yang hanya tarik ulur beranda.
"Gini amat jadi jomblo, ngak ada yang chat" gumannya lalu melempar ponselnya pada bantal disamping kepalanya.
Bianca pun menyapingkan tubuhnya berniat untuk tidur,tapi matanya tertuju pada map kuning yang diberikan elang padanya tempo hari.
Bianca pun mengambil map yang belum sempat ia baca karna kesibukannya melebihi ibuk negara beberapa hari belakangan ini.
PERSYARATAN PERNIKAHAN
Baru saja membuka map tersebut kalimat yang tercantum membuat sudut hati bianca berteriak tidak terima.
Bianca merasa ia sudah memainkan suatu hubungan yang sakral hanya demi uang,tapi apa boleh buat? Jika tidak menerima tawaran ini ia dan keluarganya bisa mati tidak makan dan adiknya akan putus sekolah, dan dia tidak akan membiarkan itu terjadi, tidak akan.
KAMU SEDANG MEMBACA
the perfect boss
Teen Fiction" huekk, huek" muntah itu keluar begitu saja tanpa bisa dicegah,aku pun membersihkan bibirku dengan punggung tangan"tinggal dikit lagi samp" ucapanku terpotong karena melihat sosok dada pria yang berdiri didepanku dengan baju penuh dengan muntah ber...