calon suami dan ayah anak anak

688 28 4
                                    

"Assalamualaikum" teriak bianca setelah mobil yang mereka tumpangi berhenti didepan rumah yang terbilang sangat sederhana, Bianca terus berjalan mengelilingi halaman kiri kanan rumah tersebut tapi dia tidak melihat seorang pun anggota keluarganya.

Sedangkan elang dan supir mobil yang mereka tumpangi sibuk mengeluarkan barang barang.

"Kayaknya ibu sama ayah kesawah deh pak" ujar bianca seraya berjalan menuju elang yang sedang meletakankoper dihalaman.

"Terus? "

"Bapak mau nunggu disini atau mau liat kesawah? " tanya bianca.

"Tunggu disini aja, saya capek" jawabnya.

"Hhmm ya udah, saya kesawah dulu pak" Ujar Bianca seraya meninggalkan elang yang berjalan menuju teras rumah yang terdapat dua kursi rotan.

Tapi baru beberapa menit Bianca berjalan terdengar suara langkah yang mengiringi setiap langkah Bianca, tapi Bianca tidak menghiraukannya, dia sibuk melihat lihat sekeliling, menggali memori yang sudah lama terpendam, mencari jalan menuju sawahnya yang samar samar dalam ingatanya.

"Masih jauh?" Terdengar suara berat yang beberapa hari ini sering kali Bianca dengar, yang membuat Bianca langsung menoleh kebelakang.

"Loh, kok bapak disini? Bukannya mau nunggu dirumah aja? " Tanya Bianca tampa menjawab pertanyaan yang dilontarkan elang.

" Saya tidak mau membuat pandangan orang tua kamu pada saya menjadi buruk karena membiarkan calon istri saya ke sawah sendirian" Jawabnya sambil melihat sekeliling yang masih banyak ditumbuhi tanaman.

"Owh" Jawab Bianca.

"Ini mau kemana lagi" Tanya elang setelah mereka sampai dipersimpangan jalan, dan karena melihat Bianca yang sudah mulai gelisah.

"Hmm gini lo pak, saya kan udah lama ngak pulang, jadi saya lupa lupa ingat dimana letak sawah saya, dan jalan dikampung ini juga sudah banyak jalan yang berubah pak" Jawab Bianca.

"Tapi saya rasa memang kesini kok pak jalannya" Lanjut bianca.

"Terserah kamu" Jawab elang santai sambil memasukkan tangannya kedalam saku celana.

Sudah sekitaran beberapa jam mereka menyusuri jalan yang berupa pematang pematang sawah yang kecil ,membuat nafas bianca mulai sesak, dan keringat yang juga sudah membanjiri bajunya, sedangkan elang masih dengan santainya mengikuti jalan bianca tanpa protes sedikit pun.

"Pak" Ujar bianca yang sudah berdiri dibawah pohon yang cukup rindang, sedangkan elang masih berjalan pelan memperhatikan sekeliling, maklum orang yang biasa menginjakan kaki dilantai marmer kini malah bertemu dengan lumpur.

"Ya? " Jawab elang setelah berdiri disamping bianca.

"Kita pulang aja ya pak," Ujar bianca sambil mengibas gibaskan bajunya.

"Kenapa? Kan kita belum sampai?" Jawab elang.

"Gini pak, kan tadi sudah saya sudah bilang pak, jalan di kampung ini sudah banyak berubah, jadi saya ngak ingat ingat bener pak, jadi mending kita tunggu dirumah aja" Ujar bianca.

" Bilang saja kamu lupa" Jawab elang datar lalu berbalik menyusuri jalan yang baru saja mereka lewati.

"Pak, bapak itu mau kemana? Biar saya didepan ntar bapak kesasar lagi" Teriak bianca yang berusaha mengejar elang yang sudah beberapa langkah menjauh darinya.

"Saya tidak sebodoh kamu" Jawabnya setelah bianca sampai dibelakangnya.

"Bangkek" Umpat bianca dalam hati lalu mengikuti langkah elang dengan berjuta umpatan.

"Ini ibuk kemana sih, bukan dirumah masak nyuci malah ngilang" Omelnya pelan dengan tangan yang mengusap usap perut yang sudah mulai terasa lapar, "mana perut minta diisi lagi" Lanjutnya dengan kepala ikut menunduk.

Bugh

" Au, pak, bapak kalau mau ngerem tu bilang, hidupkan lampu sen kek bapak, biar lawan dibelakang antisipasi, sakit kepala saya pak, " Ujar Bianca dengan tangan yang tadi mengusap perut sekarang berpindah mengusap jidatnya.

"Cerewet" Jawab elang yang berbalik dan ikut mengusap usap jidat Bianca " Itu yang duduk di teras rumah kamu siapa? " Ujar elang dengan tangan yang belum berhenti mengusap jidat Bianca

" Mana "? Celinguk Bianca melihat kearah teras rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter, setelah melihat objek yang dimaksud elang, Bianca seketika berlari kearah rumahnya tanpa menghiraukan elang yang jauh tertinggal dibelakang.

" Ibuk, ibuk kemana sih, Bianca dari tadi nyariin tau, sampe kesawah juga, malah tadi kesasar lagi buk, lupa jalan"

Mayang ibuknya Bianca yang sedang duduk memberi ayam ayamnya makan hanya diam melihat Bianca nyerocos tanpa jeda

"Baa kok bisa pulang nak? Lah kanai hantian lo? Itulah makonyo karajo tu bana bana, jan sakalamak dek awak sajo" Gantian, sekarang mayang ibuk Bianca yang nyerocos tanpa jeda yang membuat Bianca cengo

(Kok bisa pulang nak, lah dipecat loh? Itu makanya kerja tu yang sungguh-sungguh jangan sekehendak hati saja)

"Dih siapa bilang bian kena pecat, bian pulang bawa mantu tau buat ibu, bilang makasih dulu dong ama bian"
Ujarnya sambil melambai kearah elang yang memang sudah sedekat kearah mereka

"pak kenalin ini ibuk saya, buk kenalin calon suami dan ayah dari anak anak Bianca" Ucapan Bianca yang membuat ibu dan elang seketika shock berat.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the perfect bossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang