Menjadi Wanita yang Afifah

246 10 0
                                    

MENJADI WANITA YANG AFIFAH

Bila seorang muslim dituntut untuk memiliki ‘iffah maka demikian pula seorang muslimah. Hendaknya ia memiliki ‘iffah sehingga ia menjadi seorang wanita yang ‘afifah, karena akhlak yang satu ini merupakan akhlak yang tinggi, mulia, dan dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Bahkan akhlak ini merupakan sifat hamba-hamba Allah yang saleh, yang senantiasa menghadirkan keagungan Allah subhanahu wa ta’ala dan takut akan murka dan azab-Nya. Ia juga menjadi sifat bagi orang-orang yang selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya.

*Berkaitan dengan ‘iffah ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh muslimah untuk menjaga kehormatan diri, di antaranya:*

*1. Menundukkan pandangan mata (ghadhul bashar) dan menjaga kemaluannya.*

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: Hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka….” (an- Nur: 31)

Asy-Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi rahimahullah berkata,
“Allah Jalla wa ‘Ala memerintah kaum mukminin dan mukminat untuk menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka. Termasuk menjaga kemaluan adalah menjaganya dari perbuatan zina, liwath (homoseksual), dan lesbian, serta menjaganya dengan tidak menampakkan dan menyingkapnya di hadapan manusia.”
📚Adhwa’ul Bayan, 6/186

*2. Tidak bepergian jauh (safar) sendirian tanpa didampingi mahramnya yang akan menjaga dan melindunginya dari gangguan.*

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تُسَافِرِ امرَأَةٌ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

“Tidak boleh seorang wanita safar kecuali didampingi mahramnya.” (HR. al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 1341)

*3. Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya.*

Karena bersentuhan dengan lawan jenis akan membangkitkan gejolak di dalam jiwa yang akan membuat hati itu condong kepada perbuatan keji dan hina.

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah berkata, “Secara mutlak tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, sama saja apakah wanita itu masih muda ataupun sudah tua. Sama saja apakah lelaki yang berjabat tangan denganya itu masih muda atau kakek tua. Sebab, berjabat tangan seperti ini akan menimbulkan godaan bagi kedua pihak. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ يَدَ امْرَأَةٍ إِلاَّ امْرَأَةً يَمْلِكُهَا

“Tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan wanita, kecuali tangan wanita yang dimilikinya (istri atau budak beliau).”
📚HR. al-Bukhari, no. 7214

*4. Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki yang bukan mahram.*

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan dalam titahnya yang agung:

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ وَمَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ

“Tidak boleh sama sekali seorang lelaki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali bila bersama wanita itu ada mahramnya.”
📚HR. al-Bukhari no. 5233 dan Muslim no. 1341

*5. Menjauh dari hal-hal yang dapat mengundang fitnah*

'Seperti mendengarkan musik, nyanyian, menonton film, gambar yang mengumbar aurat dan semisalnya.

Seorang muslimah yang cerdas adalah yang bisa memahami akibat yang ditimbulkan dari suatu perkara dan memahami cara-cara yang ditempuh orang-orang bodoh untuk menyesatkan dan meyimpangkannya. Ia akan menjauhkan diri dari membeli majalah-majalah perusak dan tak berfaedah, dan ia tidak akan membuang hartanya untuk merobek kehormatan dirinya dan menghilangkan ‘iffah-nya. Karena kehormatannya adalah sesuatu yang sangat mahal dan ‘iffah-nya adalah sesuatu yang sangat berharga.[2]

Memang usaha yang dilakukan untuk sebuah ‘iffah bukanlah usaha yang ringan. Perlu perjuangan jiwa yang sungguh-sungguh dengan meminta tolong kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan,

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُم

ۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٦٩

“Orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (al-‘Ankabut: 69)

Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.'

Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah

Motivasi Remaja ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang