"Annyeonghaseyo.."
Senyum yang sudah lama Chani rindukan, akhirnya datang juga hari ini.
Bertepatan dengan itu, Daniel keluar dari kamar mandi. Melihat siapa yang telah datang, ia langsung menyambutnya dengan merangkul tubuh pria berperawakan tinggi itu. Yang tak lain adalah sang sahabat yang selama dua minggu menghilang tanpa kabar, sang atlet renang, Kim Rowoon.
"Ngilang mulu lu ah! Gimana kabar?"
"Ya kaya yang lu lihat lah. Gini-gini aja." Dengan senyum manis yang terpapar di wajah tampannya sembari memberikan bingkisan yang dibawanya kepada Daniel.
"Gimana bokap? Sehat?" Rowoon merespon dengan anggukan kepala.
"Hadiahnya udah dateng nih. Kabar bahagianya ya ini. Seneng nggak kamu?" Goda sang kakak kepada si bungsu saat meletakkan bingkisan pemberian Rowoon di atas meja. Dan si manis itu langsung melemparkan death glare kepada kakaknya.
"Btw, ada yang kangen tuh. Samperin, gue mau keluar dulu bentar."
Satu tepukan pelan pada bahu Rowoon diberikan oleh Daniel. Kemudian tersangkanya terkikik dan melenggang pergi keluar dari kamar rawat.
Suasana menjadi semakin canggung saat keduanya berada di dalam satu ruangan setelah beberapa waktu tidak bertemu dan tanpa bertukar kabar. Chani sendiri rasanya ingin menghilang detik itu juga. Yang lebih tua perlahan berjalan mendekat ke ranjang si manis, senyumannya masih belum luntur tersungging rapi di kedua ujung belah bibirnya. Tangannya terulur memberikan satu bucket bunga krisan ungu kepada Chani.
"Terima kasih." ungkap Chani lirih menerimanya.
Saat ia mencium wangi semerbak bunga di tangannya itu, tangan yang lebih tua kembali terjulur mengarah pada puncak kepala si manis. Mengusap pelan surainya sembari bergumam, "Terima kasih kembali."
Perlakuan dari Rowoon yang sangat Chani rindukan beberapa hari terakhir. Si manis itu tersenyum dengan menutup matanya sejenak. Lalu tangan itu beralih pada pipi yang lebih muda, diusapnya pelan benda yang semakin tirus dengan warnanya yang perlahan memerah, "Cepat sembuh ya." Lanjutnya.
Setelahnya Rowoon duduk di kursi yang berada di sebelah ranjang Chani. Menatap si manis dengan senyuman yang masih belum pudar. Jantung Chani rasanya seperti akan meledak akibat serangan berkali-kali yang diberikan oleh si tampan yang dengan brengseknya telah lancang mengumbar senyum yang seakan permanen pada wajah tampannya itu!
Keduanya masih terdiam, baik Chani yang masih mengontrol tubuh dan degup jantungnya, maupun Rowoon yang tak henti-hentinya tersenyum menatap Chani.
"Dari tadi senyum terus, apa nggak capek?" Tanya si kecil lirih, sembari meletakkan bunga di tangannya di atas nakas.
"Enggak. Lihat kamu bawaannya pengen senyum mulu." Kekehnya kemudian. Membuat Chani harus menangkup pipinya dengan kedua tangannya.
"Gombal terus." Dibalas kekehan lagi oleh Rowoon.
"Maaf ya baru muncul." Lanjutnya sembari menggenggam tangan yang lebih muda.
"Iya nggak papa. Yang penting kakak sehat. Ayah kakak juga sehat kan?" Rowoon mengangguk sebagai jawaban.
Selang beberapa sekon, perawat datang ke kamar rawat Chani dengan membawa makanan untuk makan siang si manis. Dan setelahnya mereka berdua bercerita tentang hal-hal random sembari Chani memakan makanannya dibantu dengan Rowoon yang sesekali membersihkan mulut yang lebih muda. Kadang mereka berdua juga tertawa, entah apa yang membuat mereka terlihat sebegitu bahagianya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dearest; rochan
Fiksi Penggemardirist; (n.) most loved or cherished. #1 kimseokwoo 230819 #1 kimrowoon 060819 #1 rochan 140919 #1 chani 301219 #1 kangchani 260420 #1 chani 081120 yaoi! bxb! don't like, don't read! ©hydrangeasweetpea, 230419