Winter, 1 december 2005."Nanaa!!" panggil seorang anak yang berumur sekitar 5 tahun itu ke arah rumah yang di ketahui penghuninya bernama Na Jaemin.
"Eh Eno, mau main sama Nana?" tanya anak mungil itu yang baru saja keluar rumah dan berhenti di ambang pintu menghadap ke arah Eno-ah lebih tepatnya Jeno.
"Sini deh, Na. Eno mau ngomong." ucap Jeno sambil menggerakkan tangannya kepada Jaemin bermaksud memanggil.
Lantas jaemin pun berjalan pelan menuju Jeno yang sedari tadi sudah menunggu.
"Apa?" tanya Jaemin lalu membersihkan sedikit salju yang ada di rambutnya.
Jeno meraih kedua tangan Jaemin dan menatap manik-manik indah itu. Sedangkan yang ditatap hanya mengedipkan matanya polos dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Nana harus jaga diri baik-baik kalo Eno nanti ga ada ya~!" ujar Jeno dengan senyuman yang mengembang hingga matanya membentuk bulan sabit.
"Eno mau kemana?" tanya Jaemin dengan polosnya.
"Eno mau pergi jauh." jawab Jeno sambil menunduk dan sedikit menghembuskan nafas.
"Janji bakal balik sama Nana?" tanya Jaemin lagi. Jujur hati Jaemin sedikit sakit ketika mengetahui sahabatnya ini ingin pergi jauh entah kemana.
"Iya janji." jawab Jeno lalu memeluk erat orang yang menurutnya spesial di hidupnya. Yang di peluk pun membalas dengan senang hati.
"Jeno-ya! Ayo berkemas, sebentar lagi kita berangkat." teriak wanita paruh baya yang diketahui ibu dari Jeno itu dari ambang pintu rumah milik Jeno.
Ya, rumah mereka berdekatan. Bahkan mereka hanya butuh 10 langkah untuk pergi ke rumah Jeno atau rumah Jaemin.
"Iya Eomma!" jawab Jeno sedikit berteriak lalu melepaskan genggaman tangan mereka.
Jeno tersenyum sedangkan Jaemin terisak. Ia masih tidak bisa melepaskan sahabatnya ini. Alhasil Jeno menepuk pelan pundak jaemin dan berkata,
"Udah, Nana gaboleh nangis. Nana harus kuat! kan masih banyak temen yang mau main sama Nana~!"
Tangisan Jaemin semakin menjadi-jadi, bahkan hidungnya sampai merah dan matanya sedikit bengkak. Jaemin mengangguk mendengar tuturan dari Jeno.
"Jaga diri baik-baik ya naa~ Tunggu Eno 10 tahun kedepan!" ujar Jeno sebelum meninggalkan Jaemin yang masih bertahan dengan isakannya.
"Iya, Eno. Nana bakal tunggu Eno 10 tahun kedepan." ucap Jaemin lirih lalu mengusap air matanya dan masuk ke dalam rumahnya.
Sungguh perpisahan yang sangat menyedihkan.
♚♚♚
10 tahun kemudian...
"Na! Gw laper nih, ayuk ngantin." ajak Chenle kepada Jaemin yang sedang duduk termenung dengan jari yang mengetuk-ngetuk buku.
Chenle itu teman Jaemin. Sebenarnya dia adalah orang China tapi orang tuanya ada project di Korea Selatan dan akhirnya mereka menetap sebagai warga Seoul.
Chenle sudah tau banyak tentang Jaemin, bahkan Chenle sudah tau tentang teman masa kecil Jaemin. Jaemin sudah menceritakan semuanya tentang Jeno termasuk dia yang akan kembali 10 tahun kedepan.
"Helllooooo.. NANAAAA!!!!" teriak Chenle menyadarkan Jaemin dari lamunannya. Jaemin yang tersontak atas suara ultrasonik Chenle langsung menepuk keras punggung Chenle menggunakan buku yang lumayan tebal.