"Yang tadi itu ga seperti yang kamu liat, Renjun." Renjun diam menunduk lalu menangis lagi."Yang dulu aku cerita aku punya temen masa kecil yang aku janjiin bakal balik sama dia itu Na Jaemin. Aku ga sadar kalo dia itu orangnya. Jadi, aku minta maaf banget sama kamu."
"Aku udah maafin kamu. Tapi aku punya satu permintaan sebelum hubungan kita berakhir sampe sini." ujarnya.
"Apa?"
"Bahagiain Jaemin."
♚♚♚Hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh Jaemin. Karena Ia sudah diperbolehkan pulang. Dan tepat pada hari ini juga, Jaemin mencopot benda sialan itu dari hidungnya.
"Meskipun udah di copot kenapa masih gabisa bau apa-apa, Eomma?" Jungwoo ragu untuk mengatakan semuanya kepada Jaemin, takut Jaemin frustasi.
"Kan masih pertama kali sayang, ya harus sabar dong!" ucap Jungwoo lembut.
"Di rumah Nana bosen~" rengek Jaemin kepada Jungwoo.
"Engga, nanti temen Nana dateng kok."
"Tante."
"Eh Jeno!" Jungwoo sedikit terlonjak karena kehadiran Jeno itu sangat tiba-tiba.
"Jeno ga sekolah?" tanya Jaemin.
"Ga."
"Bolos?"
"Iya."
Jaemin menghembuskan nafasnya, entah berapa hari anak yang sudah menjadi nakal itu tidak masuk sekolah.
"Udah boleh pulang, Tante?" tanya Jeno.
"Boleh. Jeno kamu tolong bawakan barang-barang Jaemin ke rumah ya."
"Siap, Tante!" Jaemin tersenyum hangat dan dibalas oleh Jeno.
♚♚♚
"Makasih, Jeno!"
"Iya, Jaemin."
Suasana kembali canggung, dan Jaemin benci dengan suasana itu.
"Jen—"
"Jaem—"
"Jeno dulu."
"Engga, Jaemin dulu aja."
"Anu, Jeno sud—"
"JAEMIN!!" Chenle datang lalu memeluknya secara tiba-tiba. Jeno hanya tersenyum maklum dan keluar dari tempat itu menuju ruang tamu sembari membantu Jungwoo membereskan barang-barang Jaemin.
"Lo kenapa nangis sih? dasar cengeng huu~" ledek Jaemin yang mendapat pukulan maut dari Chenle.
"Gw khawatir tau ga?!"
"Iya iya. Jisung mana?"
"Ada."
"Dimana?"