13. Rain

177 116 24
                                    

Tentang hujan. Ia mengajariku tentang bagaimana merasakan hangatnya sebuah rasa.

_Arsland Dharma Erlangga_

Sepulang sekolah, Ariela langsung menuju UKS sebagai anggota baru organisasi PMR. Sesui ucapan Melia bahwa hari ini ada sosialisasi dari pihak kesehatan.

Sesampainya di UKS, Ariela langsung menghampiri Melia dan duduk disebelahnya. "sorry ya gue telat, baru selesai nyatat materi tadi" ujarnya kepada Melia.

"ga papa kok, lagian mulainya juga baru aja." ucap Melia lembut dengan senyuman. "ooh iya, kalau udah selesai sosialisasinya kamu masih di suruh tinggal. Nanti kak Rani mau ngenalin kamu sama alat-alat medis sebagai anggota baru." lanjutnya.

"kak Rani siapa?" tanya Ariela.

"kak Rani tu dia pembina kita. Tuh,, dia yang duduk disebelah Dokter Vela" tunjuk Melia pada siswi yang duduk disebelah seorang Dokter yang sedang menerangkan sesuatu. Ariela mengangguk paham.

Sosialisasi berjalan cukum memakan waktu yang lumayan lama. Banyak materi yang Ariela dapat. Seperti bagaimana cara saat menerima pasien yang membutuhkan pertolongan pertama dan bagaimana cara menyikapi pasien yang membutuhkan perawatan darurat.

Setelah sosialisasi selesai, didalam UKS kini hanya tinggal Ariela, Melia dan juga Rani. Mereka sengaja pulang lebih lambat untuk membereskan UKS setelah digunakan untuk acara tersebut.

"kak.. Melia boleh izin pulang?. Soalnya mama udah nelfon dari tadi. Tugas Melia sudah selesai kok kak." ujar Melia meminta izin kepada Rani.

Rani tersenyum. "iya ga papa. Hati-hati ya" ucap Rani.

"iya kak. Ya udah, Melia pamit dulu. Ril,, aku pulang dulu ya. Daa" Melia melambaikan tangan kepada Ariela

Ariela mengangguk kemudian membalas lambaian Melia. "iya, hati-hati. Daa"

Sekarang hanya tinggal Ariela dan Rani. "kamu Ariela ya?" tanya Rani saat merapikan meja UKS.

Ariela mengangguk dua kali. "iya kak, saya Ariela anggota baru PMR" ujarnya sopan.

"oke, langsung mulai aja ya. Diluar udah mendung soalnya. Eeemm sebelumnya jadwal piket kamu hari kamis pagi ya" ucap Rani dan memulai menerangkan perlengkapan UKS seperti kotak P3K, bidai, tandu, alat pengukur tensi, berat badan, tinggi badan, stetoskop, dan beberapa alat lainnya berserta cara penggunanya. Selain itu ada beberapa jenis obat-obatan dan juga pemanfaatannya.

Setelah selesai, Ariela kembali kedalam kelas untuk mengambil tasnya yang tertinggal. Angin bertiup kencang memembus pori-pori kulit mulusnya Ariela. Ariela menengadah menatap langit yang mulai tampak kelabu mencapai titik jenuhnya. Mungkin sebentar lagi langit itu akan menumpahkan airnya.

Ariela menghela nafas lega saat melihat beberapa siswa yang masih berkeliaran di sekitar lapangan basket. Setidaknya ia tak hanya sendirian di sekolah.

Ariela merogoh ponsel dari sakunya untuk menghubungi bundanya karena akan pulang lebih lambat. Ia menempelkan ponsel itu di telinganya menunggu sambungan. Saat baru dua kali nada sambung, Ia tak lagi mendengar suara ponselnya. Saat di cek, ternyata ponsel Ariela sudah kehabisan daya.

Ariela hanya bisa menghela hafas panjang. Saat beberapa langkah memasuki kelasnya, Ariela menepuk jidatnya saat mengingat bahwa hari ini adalah jadwalnya piket kelas. "Astaga!!!. Kok gue lupa sih" gerutu Ariela.

Waiting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang