Sheilla Regina

715 122 1
                                    

"TETEH!!!"

Gelegar suara Bunda Liyyana membuat Regina yang kala itu barusaja masuk ke dalam rumah, segera berlari menuju kamar mandi.

Dengan napas memburu, Regina kecil mengunci pintu kamar mandi dari dalam sebelum Bunda keburu menyusul dirinya masuk. Gawat kalau tidak keburu, bisa-bisa telinga Eggy akan memerah sebab mendapat jeweran maut dari Bunda.

"Sheilla Regina! Lama-lama Bunda masukin kamu ke pesantren, mau?!" Suara penuh ancaman Bunda Liyyana terdengar dari balik pintu.

"Enggak Bundaaa, ampuuun. Teteh cuma khilaf, maafin Teteh. Teteh janji ini yang terakhir Bunda, jangan masukin Teteh ke pesantren. Teteh janji abis ini berangkat ngaji tiap hari, beneraaan, sueeeer."

"Cepetan mandi, terus berangkat ke masjid!" Perintah mutlak tersebut membuat Regina dengan panggilan Eggy itu segera melaksanakannya.

Jadi sebenarnya, amarah Bunda kali ini memang diakibatkan oleh kesalahan Eggy sendiri. Siang tadi, Bunda berpesan pada Eggy untuk diam di rumah menemani Syahla karena Bunda harus ke kantor sebentar. Tetapi, bukannya menjaga adiknya Syahla yang dititipkan Bunda di dalam rumah, Eggy malah membawa Ala bermain ke halaman belakang. Awalnya masih baik-baik saja, kemudian ada teman main laki-laki Eggy yang berencana pergi ke sawah dekat perumahan mereka untuk menangkap belut.

Dan kesalahan Eggy pun terjadi sebab dia malah membawa serta Ala bersamanya ke sawah. Pada akhirnya mereka berdua pulang dalam keadaan penuh lumpur. Haduh, kalau kata Bunda memang susah punya anak luarnya saja yang perempuan tapi jiwanya jadi-jadian.

Seiring berjalannya waktu, kekhawatiran Bunda Liyyana mulai memudar. Anak perempuanya yang urakan perlahan-lahan berubah menjadi lebih anggun. Apalagi, ketika Bunda mengetahui ternyata putri nakalnya banyak didekati lawan jenis. Hal tersebut kadang-kadang membuat Bunda jadi sedikit bangga, sebab tidak menduga putrinya bisa semenarik itu.

"Bunda, Teteh mau pergi. Nanti sore Teteh pulang, kok."

Siang itu, Eggy yang keluar dari kamarnya dengan setelan rapi menghampiri Bunda di dapur.

"Pergi kemana? Sama siapa?"

Tidak bisa dipungkiri, makin ke sini Bunda harus semakin ikut masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan putrinya.

Jaga-jaga itu penting.

"Sama Mas Kur, Bun. Boleh yaaa Bunda?" Mohon Eggy dengan wajah memelas.

Bunda bergumam namun kemudian beliau mengangguk memperbolehkan Eggy pergi.

"Makasih, Buuun. I love you, Teteh pergi dulu nggak akan lama janji pulang sebelum magrib." Eggy memeluk singkat Bunda-nya. "Assalam'mualaikum."

Bunda tidak pernah putus berdoa, semoga putri kesayangannya mendapatkan segala yang terbaik. Baik itu jodoh rezeky, jodoh pertemanan, jodoh pendidikan, maupun jodoh pasangan.

"Semoga Eggy sama Allah diberi yang tebaik ya, sayang. Bunda selalu berdoa buat Teteh."

"Aamiiin."

Bunda menoleh setelah berguman selepas kepergian Eggy, dan Bunda Liyyana melihat Syahla mengamini doanya dengan suara lucu ditambah cengiran berhias gigi ompongnya. Senyum cerah terbit dari pasangan Ibu dan anak itu.

*
*
*
***

******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] PARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang