Jimmy Aditya

1.1K 136 2
                                    

Dulu. Bila semua keluarga tengah berkumpul di rumah Nenek, maka Jimmy dan Syahrul adalah dua laki-laki paling tampan di sana.

"Rul, siapapun yang paling banyak dapet uangnya wajib traktir bakso 2 mangkuk, eskrim 2, coklat 1, permen kaki 10."

"Enggak-enggak! Itu namanya kamu malak! Badan bantet kayak babi gak usah diperparah, Jim."

Jimmy Aditya mendengus tidak terima sebab dirinya disamakan dengan hewan oleh sepupunya sendiri.

"Awas ya! Nanti pacar ku cantiknya bakalan kayak bidadari." Lalu Jimmy beranjak dari sofa yang ia duduki bersama Syahrul.

"Siapa? Si Siti? Anaknya pak RT Masmul?"

Syahrul tertawa meledek, senang rasanya melihat Jimmy kesal sebab dia paling tidak suka dikait-kaitkan dengan perempuan bernama Siti itu, alias anak tetangga yang kebetulan adalah bapak RT di sana. Kebetulan juga, Siti memang menyukai Jimmy kecil. Siti bahkan hampir setiap hari mampir ke rumah Nenek apabila Jimmy serta keluarga sedang pulang kampung dari Jakarta.

Percakapan tadi terjadi ketika usia keduanya baru menginjak 12 tahun.

Saudara sepupu ini mulai beranjak dewasa. Jimmy dan Syahrul memang seumuran, mereka sekarang sama-sama sudah masuk jenjang sekolah menengah atas. Bedanya, Jimmy tinggal di Jakarta sedangkan Syahrul di Malang.

Keduanya memiliki banyak persamaan. Dari mulai kebiasaan, sampai jumlah anggota keluarga masing-masing yang terdiri dari 4 orang. Ada Ayah, Ibu, Jimmy maupun Syarul, juga satu orang adik perempuan.

Entah kebetulan atau memang hanya ingin ikut-ikutan saja, Jimmy dan Syahrul sama-sama memiliki keinginan untuk kuliah jurusan teknik suatu hari nanti. Lalu, keduanya juga berkeinginan memiliki pekerja di perusahaan bernama Pindad. Kalau kata Syarul, Pindad itu sangat keren karena di sana kita merancang lalu membuat berbagai macam senjata serta alat tempur bagi Negara.

Jimmy kecil yang kala itu mendengar perkataan Syahrul berdecak kagum. Dia langsung menambahkan Pindad sebagai impiannya di urutan kedua setelah instansi kepolisian.

"Maaaaaas, Dedek minta uang."

Sedangkan kini, Jimmy yang kebetulan baru saja pulang sekolah menoleh ketika adik perempuannya berlari menghampiri dirinya. "Mas lagi bokek, Dek. Minta sama Mama."

Adik kecilnya Zahida, cemberut mendengar kakaknya tidak memiliki apa yang dia pinta. "Mama belum pulang. Dedek pengin jajan terus main ke rumahnya Mbak Dinna, uang jajan Dedek abis soalnya tadi bayar uang kas di sekolah. Apa-apaan coba? padahal sekolah juga bayar tapi kenapa masih aja harus bayar uang kas! Gak suka sekolah SMP, Dedek mau balik lagi sekolah SD aja."

Tawa Jimmy pecah melihat betapa menggemaskan gerutuan sang adik, lelaki dengan seragam putih abu itu kemudian bergerak merangkul Zahida. "Ya udah, ikut sama Mas. Kita bongkar celengan biar Dedek bisa jajan."

Zahida tentu berseru senang kemudian ikut bersama Mas-nya menuju kamar untuk membongkar tabungan kaleng kepunyaan Jimmy.

"Mas ku terbaik seduniaaaaaaaa."

*
*
*
***

******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] PARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang