Kumohon, tetaplah disampingku, tetaplah bersamaku
Kumohon, jangan lepaskan aku yang selalu memegang tanganmu+++
Pagi-pagi sekali Sooyoung sudah bangun. Banyak hal yang harus ia lakukan hari ini.
Sooyoung mandi dan berpakaian dalam waktu yang cukup singkat, hanya 15 menit. Sedikit memoles wajahnya dengan make up tipis. Kemudian gadis itu keluar dari kamarnya menuju dapur. Sooyoung membuka kulkas dan menuangkan susu ke dalam gelas. Ia meneguk habis susu tersebut dan menyimpan gelas yang tadi di pakainya ke tempat cuci piring.
Mamanya belum masuk ke dapur. Itu artinya Sooyoung bisa kabur dari rumah tanpa ketauan. Sooyoung segera memakai sepatu flat shoesnya dan langsung keluar dari rumah.
Gadis itu ingin memastikan sendiri apa yang kemarin di pikirkannya bukan hal yang benar. Sungjae tidak mungkin sebuah ilusi ataupun mahluk tak kasat mata. Lelaki itu pasti nyata.
Tempat yang pertama Sooyoung datangi adalah rumah sakit, tempat pertama kali ia bertemu Sungjae.
"Suster Han!" Panggil Sooyoung kepada salah satu suster yang sering merawatnya.
"Park Sooyoung? Ada apa?" Balas Suster Han lembut.
"Suster ingat tidak waktu mengantar makanan pada saya ada seseorang yang duduk di sebelah brankar?" Tanya Sooyoung to the point.
"Apa maksudmu? Kamu waktu itu sendirian, Sooyoung." Suster Han malah bingung dengan pertanyaan Sooyoung.
Ternyata benar. Saat itu memang Suster Han tidak melihat Sungjae.
"Terima kasih, Suster Han." Sooyoung pergi meninggalkan Suster Han untuk ke tempat lain. Ia mencari lampu rumah sakit yang berbeda warna.
"Maaf, apa lampu disini ada yang berbeda warnanya?" Sesaat setelah Sooyoung sampai di tempat pertemuannya dengan Sungjae di lorong rumah sakit, ia bertanya pada salah satu OB.
"Disini tidak ada lampu yang warnanya berbeda." Jawab OB itu.
Jadi, apa yang Sooyoung lihat saat itu? Ia jelas-jelas melihat ada lampu yang warnanya berbeda.
"Terima kasih." Sooyoung kembali pergi untuk mendatangi tempat lain. Namun, belum sempat ia keluar rumah sakit, ponselnya berdering sebentar tanda ada pesan masuk. Ia langsung mengecek ponselnya, siapa tau itu pesan penting.
From: Sungjae Oppa
Sooyoung, temui oppa satu jam lagi di teater dekat taman bermain. Aku akan menjelaskan semuanya hari ini. Jadi kamu tidak perlu cape mencari bukti tentang rahasiaku."Dia tau kalau aku mencari tau tentang dia." Gumam Sooyoung tak percaya dengan isi pesan yang di terimanya.
"1 jam lagi ya. Aku harus kesana sekarang." Sooyoung keluar dari rumah sakit. Gadis itu menyetop taksi yang kebetulan lewat. Setelah memberi alamat pada supir, taksi itu pun melaju ke teater tempat mereka akan bertemu.
Setengah jam kemudian Sooyoung sampai di depan teater. Gadis itu masuk ke dalam teater setelah membayar ongkos.
Sepi. Itulah kata yang bisa menggambarkan teater tersebut. Di dalamnya tidak ada orang selain dirinya. Sooyoung berjalan menyusuri teater tersebut sampai di depan panggung. Ia melihat ada satu kursi di atas panggung. Panggungnya pun sudah di dekorasi sedemikian rupa.
"Bukannya aku bilang untuk datang satu jam lagi? Kamu terlalu cepat datang." Tegur sebuah suara yang Sooyoung yakini adalah suara Sungjae. Ia berbalik dan melihat Sungjae yang berpakain rapi dengan memakai tuxedo.
"Kenapa oppa memanggilku kesini?" Tanya Sooyoung to the point.
"Kamu ga inget tempat ini? Ini tempat pertama kalinya kita ngobrol. Tempat ini juga pertama kalinya kita ikut lomba teater satu tahun lalu. Kita jadi pemeran utamanya." Timpal Sungjae yang matanya menatap ke arah panggung seperti menerawang masa lalu.
Sooyoung ikut melihat ke arah panggung seolah mencari ingatan yang hilang.
"Sooyoung, duduklah." Perintah Sungjae yang sudah duduk terlebih dulu. Gadis itu mengikuti duduk di sebelahnya.
"Oppa bakal cerita semuanya. Oppa harap kamu tidak menyesal mengenal oppa." Tatapan sendu Sungjae membuat Sooyoung terbawa suasana.
"Musim panas kemarin kita pergi ke pantai berdua. Waktu mau pulang, kita berebut ponsel. Kita ga liat ada truk yang melaju cepat. Kita ketabrak. Oppa ga sempat jauhin kamu, jadi yang bisa oppa lakuin waktu itu cuma meluk kamu, berharap kamu selamat. Ternyata kamu benar-benar selamat walaupun amnesia. Setidaknya kamu masih hidup." Sungjae memulai ceritanya.
"Kita masuk rumah sakit yang sama. Mungkin karena aku pasang badan didepan truk, tubuhku sebagian hancur." Lanjut Sungjae. Mendengar fakta itu langsung dari mulut Sungjae membuat Sooyoung menitikkan air matanya.
"Seharusnya aku sudah mati, tapi Tuhan kasih kesempatan buat kita. Tuhan kasih waktu biar kamu inget aku lagi. Walaupun harus berwujud roh seperti ini, aku tidak masalah. Asalkan kamu bisa mengingatku. Setidaknya aku pernah hadir di hidup kamu." Air mata Sooyoung kian menderas. Jadi benar kalau Sungjae bukanlah manusia, melainkan roh.
"Noonaku indigo. Dia bisa melihatku dalam wujud roh. Selama ini aku bergantung padanya. Aku selalu merepotkannya. Karena aku tidak bisa menyentuh apapun, aku minta tolong noona untuk mengetik pesan padamu lewat ponselku." Akhirnya Sooyoung mengerti kenapa Sungjae bisa mengiriminya pesan.
"Maaf aku berbohong padamu, Sooyoung. Maaf aku merahasiakan hal ini." Mata Sungjae semakin sayu dan berkaca-kaca.
Sooyoung menggeleng beberapa kali. Sungjae tidak salah apapun. Ia hanya ingin di ingat.
"Sekarang gimana keadaan oppa?" Tanya Sooyoung sesenggukan. Tangisnya masih belum reda.
"Buruk, Sooyoung. Aku kritis. Dokter bilang tidak ada harapan lagi." Sungjae menghela nafas berat saat berhasil mengucapkannya.
"Ga mungkin! Oppa harus hidup! Jangan tinggalin aku! Aku mohon.." Pinta Sooyoung. Gadis itu ingin menyentuh tangan Sungjae namun tangannya tembus. Ia tidak bisa menyentuh Sungjae sama sekali.
"Maaf, Sooyoung. Oppa ga bisa mengabulkannya."
Dunia Sooyoung runtuh. Kata-kata yang tidak ingin ia dengar, terucap dari mulut Sungjae. Nafasnya tercekat, pasokan udara seakan menipis. Wajahnya sudah banjir air mata.
"Waktu oppa ga banyak. Oppa ingin kamu mendengar lagu ini." Sungjae bangkit dari duduknya berjalan ke atas panggung. Di tangannya sudah ada mic yang entah datang dari mana.
"Ada sesuatu yang ga bisa aku bilang walaupun aku ingin. Aku bakal bilang dengan lagu ini." Ucap Sungjae. Tiba-tiba musik menyala. Sepertinya ada orang lain selain mereka disini.
Lagu yang dinyanyikan Sungjae berjudul Hug Me oleh Jung Joon Il. Sungjae berharap Sooyoung mau memeluknya untuk terakhir kalinya sebelum ia benar-benar pergi.
Sooyoung menangis meraung-raung. Sekarang ia ingat semuanya. Dirinya tidak pernah memeluk Sungjae saat mereka pacaran. Selalu Sungjae yang melakukannya duluan.
Lagu berakhir diikuti dengan tubuh Sungjae yang perlahan mulai menipis dan transparan.
"Oppa?"
"Selamat tinggal, Sooyoung. Jangan pernah melupakan oppa lagi. Dan ingat satu hal. Oppa selalu mencintaimu. Terima kasih selalu menjadi sumber kebahagiaanku, Joy."
################################
Update! Maaf kemaleman
Gimana? Gimana? Pada baper ga? Masih ada ekstra part kok. Di tunggu ya!
Voment juseyo and please love this story
Love you, readers!
KAMU SEDANG MEMBACA
Joy For Me (SungJoy)✅
Teen FictionNamanya Park Sooyoung atau biasa dipanggil Joy. Seorang gadis yang mengalami amnesia akibat kecelakaan dan trauma yang di alaminya. Ia bertemu dengan Yook Sungjae yang ternyata adalah kekasih yang dilupakannya. Sungjae membantu Joy untuk mendapatkan...