Aku adalah perahu kertas kecil
Tersesat selama perjalanan tanpa koordinat+++
"Yook..Sung..jae."
DEG
"A..pa?" Sooyoung terpaku mendengar nama itu. Rasanya ia pernah mendengarnya di suatu tempat. Sayangnya, sekeras apapun ia mengingat, ia tidak berhasil menemukannya.
"Kepalaku..." Sooyoung memekik kesakitan sambil memegangi kepalanya.
"Jangan paksa ingat, Sooyoung!" Kata lelaki bernama Sungjae.
"Tarik napas lalu keluarkan!" Perintah Sungjae yang mulai panik. Sooyoung mengikuti intruksi Sungjae. Lama kelamaan kepalanya tidak terlalu terasa sakit.
"Baikan?" Sooyoung mengangguk sebagai jawaban.
"Jangan paksa untuk ingat. Itu bahaya buat kamu." Peringat Sungjae.
"Sepertinya anda orang yang cukup penting di hidup saya." Ucap Sooyoung. Sungjae tertegun.
"Kembalilah ke kamar. Kamu harus tidur." Dari pada menjawab, Sungjae memilih untuk memulangkan Sooyoung ke kamarnya. Sungjae masih tidak bisa jujur tentang statusnya pada Sooyoung karena statusnya pasti akan membebani gadis itu.
"Anda tidak ingin mengantar saya?" Tanya Sooyoung.
"Kamu lupa kalau aku pasien juga?" Sungjae malah balik bertanya. Sooyoung mendengus, tak menyangka Sungjae akan membalasnya seperti itu.
"Ya udah!" Sooyoung memutar kursi rodanya dan kembali ke kamarnya.
"Apa-apan orang itu! Nyebelin!" Sooyoung terus merutuki lelaki bernama Sungjae itu.
---
Pagi harinya lelaki bernama Sungjae itu mengunjungi kamar rawat Sooyoung. Entah dari mana lelaki itu tau kamar Sooyoung.
"Hai, Sooyoung!" Sapa Sungjae dengan ceria.
"Aku udah bilang kan panggil aku Joy?"
"Ah, aku lupa!" Sungjae menepuk dahinya dengan ekspresi menyebalkan menurut Sooyoung. Gadis itu sampai mendesis tak suka.
"Orangtua kamu mana?" Sungjae menelisik seluruh ruangan dan tidak menemukan siapapun di dalam kamar itu.
"Mereka sibuk." Jawab Sooyoung singkat.
"Kalau temen kamu?" Tanya Sungjae lagi.
"Mereka sekolah. Masa iya nemenin aku terus?"
"Iya juga." Sungjae berjalan mendekati brankar Sooyoung.
"Mau apa kamu?" Tanya Sooyoung sinis. Sungjae terkekeh pelan mendengar pertanyaan menusuk dari Sooyoung.
"Aku kesini mau nemenin kamu." Sungjae sudah duduk di kursi samping brankar.
"Aku ga minta."
"Kan aku yang pengen." Sungjae terus membalas perkataan Sooyoung sampai gadis itu sudah tidak sanggup membalas.
"Kamu ga keliatan kayak orang sakit. Apa kamu cuma pura-pura sakit?" Cibir Sooyoung. Sungjae tertawa.
"Aku benar-benar sakit. Hatiku sakit karena ada seseorang yang melupakanku." Sungjae memegang dadanya agar lebih mendramatisir keadaan. Sooyoung sampai bergidik ngeri melihat lelaki itu.
"Aku lebih suka kamu ngomong ga formal sama aku." Lanjut Sungjae.
"Aku tau." Singkat. Itulah balasan Sooyoung.
Hening. Sooyoung paling benci keheningan. Sedangkan Sungjae kehabisan topik. Biasanya ia tidak seperti ini. Ia orang yang sangat aktif, semua hal akan ia bahas. Namun sepertinya Sungjae berubah menjadi pasif kalau dihadapkan situasi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Joy For Me (SungJoy)✅
Teen FictionNamanya Park Sooyoung atau biasa dipanggil Joy. Seorang gadis yang mengalami amnesia akibat kecelakaan dan trauma yang di alaminya. Ia bertemu dengan Yook Sungjae yang ternyata adalah kekasih yang dilupakannya. Sungjae membantu Joy untuk mendapatkan...